"Bisa diem, gak?"

Bibir Aileen mengerut. "Sakit tau!"

"Makannya jangan ceroboh."

"Kenapa Kakak suka ngomel sih? Mulutnya gak cape ngomel terus? Ini telinga aku aja berdenyut denger Kakak marah-marah terus kaya ibu tiri."

"Udah dibantu, bukannya makasih lo malah ngehina?"

"Aku gak ngehina, cuma ngomong fakta kalo teling aku sakit denger Kakak gak berhenti marah!"

"Ya udah, lo jalan sendiri aja!" kata Gibran hendak melepaskan Aileen.

"Ih....Iya-iya aku gak ngatain lagi. Bantuin dong, Kak. Aku gak kuat jalan sendiri. Nanti kalo kaki aku dia amuputasi, gimana?"

"Amputasi." Koreksi Gibran.

"Nah iya, di amputasi. Gimana?"

Gibran bergedik tidak peduli. "Urusan lo. Kan itu kaki lo. Lagian kalo kaki lo diamputasi malah bagus jadi lo gak usah jatuh-jatuh lagi."

Aileen melotot garang. "HEH?! KAKAK ITU YA?!"

🐻🐻🐻

Hampir satu jam sudah Gibran berada dirumah Aileen. Menemani gadis itu karena Sang Bunda sedang keluar.

Apa Gibran sendiri yang berniat?

Oh, tidak.

Itu karena Aileen yang memaksanya dan memohon agar Gibran menemaninya sampai Bundanya pulang.

Melihat wajah memohon Aileen membuat Gibran mengangguk pasrah.

"Kak, haus."

Gibran yang tengah memainkan ponselnya mendongak dengan alis terangkat. "Ya terus?"

"Boleh ambilin minum, gak?"

"Gak." sahut lelaki itu kembali fokus pada ponselnya. "Ambil sendiri, ini rumah lo. Toh, gue yang tamu kenapa gue yang ngambilin?"

Aileen meringis pelan. Betul juga, ini kan rumahnya. "Aku susah jalannya, Kak. Nanti jatuh lagi."

"Kalo jatuh ya bangun, ribet!"

"Tega banget sih, Kak. Masa gituuu?" Mata bening itu memelas. "Enggak kasihan sama aku?"

"Enggak."

Tangan Aileen melingkar ke lengan berotot milik Gibran. "Pleasee dong, Kakkk. Ambilin minum. Ya ya ya?"

"Lepas."

"Gak mau. Ambilin minum dulu."

Gibran mendekus sebal. "Oke, gue ambilin. Lepas."

Aileen tersenyum penuh kemenangan melihat Gibran berjalan ke arah dapur sesekali menggeuru karena Aileen. Sedangkan gadis itu sudah terkekeh geli melihatnya.

"Ternyata gini rasanya kalo punya babu. Hihihi... Maaf ya Kak Gibran."

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Gibran yang ternyata sudah kembali dengan segelas air mineral dan kotak P3k.

"E-enggak! Aku cuma senang aja, Kakak mau nolongin aku."

"Nggak usah kepedean. Gue kasihan aja ke lo."

Aileen mengangguk cepat. "Gak masalah hihi."

"Yang penting bisa jadiin Kakak babu sebentar," lanjutnya dalam hati. Tentu dengan kekehannya.

"Sini kaki lo."

"E-eh...?"

Gibran menarik kaki Aileen. Menempatkannya dipaha lalu membuka kotak p3k yang ia ambil di nakas. Kebetulan saat mengambilkan minum untuk Aileen ia melihat kotak obat itu.

"M-mau apa, Kak?"

"Gue amputasi, biar gak punya kaki."

Aileen memekik takut. Menarik kakinya dari sana. "JANGAN! AILEEN MASIH MAU PUNYA KAKI, KAK."

"Berisik! Suara lo kaya kaleng rombeng."

"IH KAK, JANGAN DIPOTONG KAKINYA!"

"Jangan berisik, Aileen. Gue gak motong kaki, lo. Mau gue obatin."

Aileen menatap Gibran penuh curiga. Siapa tahu, tiba-tiba Gibran beneran amputasi kakinya pake pisau dapur.

"Cepetan."

"Gak dipotong, kan?"

"Enggak bawel!"

Aileen kembali menaruh kakinya di paha Gibran. "Awas loh ya, Kak!"

"Hmm..."

Gibran mengambil botol minyak di dalam kotak itu. Membaca dengan seksama kegunaannya. "Sini, gue kasih minyak tawon."

"Hah?? Ada tawonnya?"

"Iya. Biar lo di entup."

"Kakak tuh punya dendam kesumat, ya sama aku?"

"Gak ada."

"Terus kenapa kaya benci banget sama aku?"

"Gue gak pernah benci ke orang," jawab Gibran. "Ini minyak tawon, bisa ngeredain pegal sama ngilu. Setidaknya bisa lah ngeredain kaki lo, daripada dibiarin."

Aileen tercekat melihat Gibran yang telaten mengusapkan minyak ke kakinya.

"Kak?"

"Hmm."

"Kakak marah sama aku karena belain Kak Keo waktu camping?"

"Enggak, itu hak lo."

Masih memperhatikan Gibran. "Tapi Kakak kaya marah waktu itu."

"Lupain aja. Sekarang gue yang mau tanya ke lo."

Aileen mengangguk. "Tanya apa?"

"Lo suka sama Keo?"

Pikiran Aileen menerawang pada awal pertemuannya dengan Keo dan berlanjut sampai dimana kemarin ia memeluk Keo penuh sayang.

"Iya, aku suka sama Kak Keo."

"Berarti lo harus jauhi gue." kata Gibran.

"Kenapa?"

Gibran mengangkat kepalanya membuatmya bersitatap dengan Aileen. Pandangan Gibran terlihat datar tapi jika dilihat dari sisi lain ada sedikit kecewa dimata itu.

"Karena gue suka sama lo."

🐻🐻🐻

Tim Aileen x Gibran?

Tim Aileen x Keo?

Setuju Gibran jadi sadboy?

Next? Vote dan Komen

Jangan jadi silent readers dongg, ayo ramaikan laman inii supaya aku sering update karena dukungan kalian itu bisa bikin semangattt!! ≧ω≦


Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Jun 09, 2023 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Parelthon [ON GOING]// HIATUS Kde žijí příběhy. Začni objevovat