2. AKANKAH ITU HARAPAN?

0 0 0
                                    

"Chrystal, kau tidak bisa meninggalkanku seperti ini. Tenang saja, Chrystal . . . aku pasti akan menyusulmu," ucap Fengli dengan geram.

Fengli kemudian bangkit dan mengangkat tubuh Chrystal di pelukannya. Dengan sihir teleportasinya, ia pun membawa Chrsyal ke suatu tempat.

Sebuah padang bunga nan elok dan menguarkan keharuman tiada tara. Fengli membawa Chrystal ke sebuah padang bunga beraneka ragam warna.

Kemudian Fengli memangku Chrystal di atas pangkuannya. Ia memeluk jasad Chrystal dengan erat. Fengli yang telah memiliki perasaan cinta pun akhirnya tidak bisa lagi menahan air matanya.

Tes . . . airmata berwarna biru menetes melewati pipi Fengli, lalu mejatuhi pipi Chrystal. Air mata biru milik klan spirit menetes, karena ia tengah merasakan kesedihan yang sangat dalam.

"Chrsyal, kau lihat? Ini adalah padang bunga. Seharusnya aku membawamu ke sini lebih dulu. Kau selalu memintaku untuk membawamu ke sebuah padang bunga di dunia manusia. Tapi kenapa, kenapa aku selalu mencari alasan? Kenapa aku lebih mementingkan urusan balas dendam, dibandingkan hidup damai denganmu setiap hari?" Ucapan Fengli terhenti.

Fengli tidak sanggup untuk melanjutkan perkataannya. Ia menangis sekencang-kencangnya, sembari memeluk jasad Chrystal dengan erat.

"Chrystal, kenapa kau begitu bodoh? Kenapa kau harus melakukan sesuatu sejauh ini, hanya untuk membuatku tersakiti dan menyesal? Kau dengan sengaja mencarikan hati beku milikku, lalu kau meninggalkanku sendiri . . . di atas putaran bumi. Kau sangat jahat, kau wanita terjahat di dunia ini." Fengli tak bisa menahan dirinya lagi. Kemudian, ia pun mulai angkat bicara lagi, "Chrystal, aku akan segera menyusulmu. Aku akan menyusulmu sekarang juga," ucap Fengli dengan gentar.

Fengli mulai memaksa kelereng spiritual miliknya keluar dari mulutnya. Kelereng spiritual yang dikeluarkan secara paksa tanpa objek, maka akan membahayakan hidupnya. Apalagi saat ini Fengli termasuk spirit kucing yang sangat lemah. Namun, Fengli tidak perduli sama sekali dengan hal itu.

Energi dalam tubuh Fengli semakin bentrok dan saling melawan. Antara panas dan dingin, beradu di dalam tubuhnya. Hingga akhirnya, Fengli berhasil mengeluarkan kelereng spiritual dari dalam tubuhnya.

Kelereng spiritual yang dikeluarkan dari mulutnya membuat Fengli memuntahkan banyak darah. Tubuh Fengli telah kehilangan energi. Seluruh tubuhnya terasa gemetar, tetapi ia tidak menyerah.

Fengli menggenggam kelereng spiritual berdarah miliknya dengan erat. Kemudian ia berusaha menghancurkannya dengan sedikit tenaga yang tersisa. Akan tetapi, tiba-tiba kelereng spiritual yang sudah berubah warna menjadi merah itu . . . berubah menjadi biru lagi.

Melihat keanehan dari kelereng spiritual miliknya, Fengli pun langsung melemaskan genggamannya. Kelereng spiritualnya menyala cahaya biru yang berkedip-kedip.

"Ada apa ini? Kenapa kelereng spiritual terkutuk ini berubah menjadi biru lagi?" Fengli berpikir sejenak, lalu mulai berkata lagi, "Mungkinkah, ini yang disebut sebuah harapan? Haruskah aku berjuang melawan takdir?" ucap Fengli dengan seribu tanya dalam pikirannya.

Fengli mengurungkan kembali niatnya. Kali ini, keputusasaan dalam diri Fengli ia rubah menjadi sebuah pengharapan. Dalam hati Fengli berikrar bahwa, ia pasti akan menghidupkan Chrystal kembali.

Fengli akan mencari cara, meski ia harus tertusuk ribuan pedang. Ia percaya bahwa pasti akan ada cara untuk mengembalikan sebuah nyawa.

Dengan segenap tenaganya, Fengli bangkit sembari mengangkat tubuh Chrystal di pelukannya. Semangat api membara telah merasuki otak dan mengalir lewat darahnya.

"Chrystal, aku pasti akan mencari cara untuk menghidupkanmu kembali. Tunggu saja, aku pasti akan bertemu denganmu lagi. Di kehidupan ini, aku tidak akan pernah lagi mengecewakanmu," cetus Fengli.

Kemudian, Fengli mulai kembali ke wujud selestial yang berwujud spirit kucing putih raksasa. Fengli membawa tubuh Chrystal dalam pelukannya, lalu menuju ke dunia tiga elemen. Dunia tiga elemen, dunia tempat Chrystal berasal.

***

"Tidak mungkin! Anakku, kenapa kau menjadi seperti ini?" Ucapan ayah Chrystal terdengar sangat lirih.

Fengli membawa jasad Chrystal ke hadapan orangtuanya. Kemudian, ia berlutut dan menundukkan kepalanya. Ia mengakui kesalahannya, karena tidak bisa menjaga Chrystal yang dititipkan kepadanya.

"Maafkan aku, aku ... ." Ucapan Fengli langsung dipotong oleh ayah Chrystal.

"Maaf? Sudah seperti ini, kau masih berani meminta maaf. Bisakah permintaan maafmu mengembalikan hidup anakku? Tidak! Aku menyesal, karena telah menikahkan kalian. Aku menyesal, karena telah menikahkan putriku yang berharga kepada spirit kucing rendahan sepertimu!!!" cerca ayah Chrystal.

Kedua telapak tangan Fengli mengepal, ketika ayah Chrystal menghina bahwa dirinya adalah makhluk rendahan. Fengli yang tidak terima dengan ucapan ayah Chrystal pun mulai mengumpulkan seluruh keneraniannya, hanya untuk melawan ucapan ayah Chrystal.

"Ini memang salahku, dan aku pun mengakuinya. Aku bersalah, karena tidak bisa memberikan cinta kepada Chrystal. Aku bersalah, karena terus melukainya, tanpa mengetahui keadaan hatinya yang terluka. Aku tahu di mana letak kesalahanku, tetapi jangan lupa . . . anda juga turut bersalah atas semua yang terjadi," cetus Fengli dengan geram tanpa rasa takut sedikit pun.

"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Berani-beraninya kau menyalahkanku. Dasar spirit kucing rendahan! Aku menyesal, karena memungut menantu sampah sepertimu!!!" cerca ayah Chrystal dengan geram.

"Lucu sekali, sungguh lucu. Aku ingat . . . bahwa sebelumnya, ada yang memintaku untuk menikah dengan Chrystal. Itu syarat yang anda sebutkan dalam sebuah perjanjian," ujar Fengli dengan sikap angkuhnya.

"Kamu! Bukannya terus berlutut, kau malah berani melawanku. Dasar makhluk kurang ajar. Sesuai dengan asal-usulnya, klan spirit memang makhluk rendahan!" Menghina Fengli secara bertubi-tubi.

Mendengar hal itu, Fengli langsung bangkit. Sekarang ia tidak lagi berlutut dan mengakui kesalahannya. Ia bangkit begitu saja, seakan-akan menantang ayah Chrystal.

"Sudah cukup! Daripada anda sibuk menghinaku dan klanku, lebih baik anda menyadari kesalahanmu lebih dulu. Ingatlah . . . pada awalnya, Chrystal tidak menyetujui pernikahan ini. Aku juga tidak pernah memaksa Chrystal menikah denganku, jika dia tidak setuju. Anda orangnya, anda adalah orang yang memaksa Chrystal untuk menikah denganku," cetus Fengli dengan geram, tatapan matanya seakan-akan menyala seperti lesser.

"Dasar sampah! Seharusnya aku ... ." Kali ini ucapan ayah Chrystal yang langsung disahut oleh Fengli.

"Ya, benar. Aku memang sampah! Aku mengakuinya. Setidaknya, sampah sepertiku mengakui bahwa aku berbau busuk. Bagaimana dengan sampah seperti anda? Apakah sampah seperti anda mengakui bahwa anda wangi? Sampah tetaplah sampah, semua sampah tidak ada yang berbau wangi," tutur Fengli dengan berani.

"Apa? Apa kau baru saja menyebutku sampah?!!" tanya ayah Chrystal dengan nada menyentak.

"Bagus jika anda langsung mengakuinya. Pernikahanku dengan Chrystal adalah perjanjian yang saling menguntungkan. Aku memang mendapat keuntungan, tetapi jangan lupa bahwa anda juga adalah orang yang memiliki keuntungan terbesar. Sudah menjual putri anda seperti ini, anda tidak mengakui kesalahan anda. Aku sangat kasihan dengan Chrystal," ucap Fengli.

Mendengar ucapan dari Fengli, ayah Chrystal pun hanya terhening tanpa menjawabnya sama sekali. Ia kembali berfokus kepada Chrystal dan menggenggam telapak tangan putrinya dengan erat.

"Izinkan aku menghidupkannya kembali!" cetus Fengli dengan lantang.

Raise Life: Cinta Setelah MatiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon