1. TAKDIR DI BAWAH REMBULAN

2 0 0
                                    

Fengli tertidur pulas setelah Chrystal telah mengembalikan kelereng spiritual milik Fengli yang ada di dalam tubuhnya.

Fengli terbaring di samping Chrystal dan memejamkan matanya, karena efek lelahnya mengumpulkan energi Yin dan Yang. Fengli baru saja berhasil mencairkan hati beku miliknya, ketika berhubungan intim dengan makhluk lain selain suku spirit. Dia tak lain adalah Chrystal Aurora dari suku tiga elemen.

Chrystal menatap wajah Fengli dengan sendu. Lalu Chrystal tidak sadar bahwa airmatanya tiba-tiba mengalir begitu saja. Chrystal mengelus dengan lembut wajah Fengli dengan penuh perasaan.

Terlalu sakit, hingga Chrystal harus memilih langkah ekstream sedemikian rupa. Chrystal mengelus dengan lembut wajah Fengli, lalu tangannya tiba-tiba mengepal.

Pecah airmata bak mutiara, tak hentinya membanjiri lataran bening merona. Chrystal tak bisa menahan tangisnya. Ia hanya bisa menutup mulutnya, agar Fengli tak mendengar suara sendunya.

"Fengli, maafkan aku. Sepertinya, kita tidak ditakdirkan bersama. Aku mencintaimu, tetapi kau selalu melukaiku. Sekarang kau telah mencintaiku, tetapi kali ini aku ingin melihatmu terluka. Aku ingin kau merasakan derita dan sakit yang selama ini kurasa. Maafkan jika aku pamrih, tetapi aku tanpa daya. Aku terlalu mencintaimu, tapi kau terlalu menyakitiku," ucap Chrystal dengan lirih.

Chrystal mulai bangkit dari tempat tidurnya. Kemudian ia mengenakan helai kain sutera biru miliknya. Chrystal berjalan ke arah jendela yeng ditembus cahaya purnama.

Chrystal menatap ke arah luar jendela yang menampakkan kilau emas nan cerah bulan purnama. Cahaya yang menembus pipi bening merona di tengah gelap gulita.

"Fengli, selama ini kau tidak pernah merasakan kebahagiaan. Hidup dalam hati beku tak berperasaan. Sedih saja, kau tak merasakan. Aku tidak yakin, akankah kau mencintaiku setelah ini? Jika kau tak bisa merasakan perihnya penderitaan, semoga kau bahagia . . . tanpaku," batin Chrystal berkata-kata, sembari menatap bulan purnama.

Cring!!! Suara belati Chrystal yang ditarik dari sarungnya.

"Chrystal! Apa yang kau lakukan?"

Tiba-tiba Fengli terbangun, ketika merasa ada sesuatu yang tidak beres. Fengli menatap Chrystal dengan sikap antusiasnya. Mata Fengli menatap lekat sosok Chrystal yang bersinar di bawah kilau emas bulan purnama.

Chrystal yang tersadar bahwa Fengli telah terbangun pun langsung berbalik menatap wajah Fengli di kegelapan. Belati Chrystal telah ia tempatkan di ujung lehernya. Belati yang sewaktu-waktu akan memutus arus kehidupannya.

Chrystal menatap Fengli dengan tatapan sendu, lalu ia pun berucap, "Fengli, maafkan aku!" seru Chrystal, hingga setelahnya ....

Srrek!!!

Chrystal menyayat lehernya sendiri dan memutar tubuhnya. Fengli tak bisa berkata-kata dan langsung menghampiri Chrystal dengan sihir teleportasinya.

Fengli menangkap tubuh Chrystal yang lemas tak berdaya. Darah segar dari putri suku tiga elemen mengalir dengan derasnya. Membanjiri helai kain sutera di antara keduanya.

Fengli memangkukan tubuh Chrystal di atas pangkuannya, lalu memeluknya dengan erat. Cengkrama yang sungguh tak bernada.

"Aarrrghh!!! Chrystal . . . kenapa? Ke-kenapa kau harus melakukan hal ini? Kenapa?" Fengli berteriak dengan keputusasaannya.

"F-Fengli, maafkan aku. Aku ingin kau merasakan sakit yang selama ini kuderita. Akan kutunjukkan, perasaan betapa sakitnya kehilangan orang yang kau cintai. Apa kau telah mencintaiku? Jika kau tidak bisa menderita setelahku meninggalkanmu, maka berbahagialah ... ." Ucapan Chrystal terhenti, setelah tangan yang mengepal menahan rasa sakitnya mulai terbuka lemas.

"Tidak, tidak!!! Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku. Kenapa? Kenapa? Tidak, kau hanya bercanda. Chrystal, jangan bercanda seperti ini. Kau ingin aku melakukan apa, aku pasti akan lakukan. Kau ingin aku mencintaimu, aku pasti akan mencintaimu. Kau ingin aku memberikan kasih sayang yang hangat padamu, akan kuberikan semua untukmu. Kau ingin hidupku, akan kuberikan seluruh hidupku. Aku akan memberikan semua padamu, semuanya. M-mohon jangan tinggalkan aku! Aarrgh!!!" Suara teriakan Fengli terdengar kuatnya rasa keputusaan.

Fengli memeluk jasad Chrystal dengan erat, rona wajah Chrystal mulai memudar. Dan kini, hanya roman wajah kelabu yang terlihat sendu.

Fengli terus berteriak dan menangis sejadi-jadinya, lalu tiba-tiba tangisnya terhenti. Fengli menatap lurus pandangannya dengan tatapan sinar mata tajamnya. Sepertinya, ia tengah memikirkan sesuatu.

Bruakk!!!

Tiba-tiba suara pintu tengah didobrak oleh seorang. Rafaela dan Vega tiba-tiba muncul dari balik daun pintu.

Ruangan yang gelap itu tak membuat mereka buta. Mereka melihat dengan jelas di bawah terangnya sinar rembulan yang menerobos sela jendela.

Rafaela dan Vega melihat dengan jelas sebuah insiden tak terduga. Rafaela terlonjak dan refleks menutup mulutnya dengan kedua kedua telapak tangannya.

"Fengli, apa yang telah terjadi?" tanya Vega dengan penasaran dan antusias.

"Keluar!" Fengli tidak menjelaskan dan malah menyuruh mereka keluar dari sana.

"Fengli kenap ... ."

"Keluar!!!"

Belum sempat Vega menyelesaikan perkataanya, Fengli kembali memerintah keduanya untuk keluar dengan nada murka.

Vega pun hanya bisa menuruti perkataan Fengli dan menuntun Rafaela yang terpaku di tempat untuk keluar dari sana. Rafaela tak bisa berkutik, karena ia terlalu terkejut.

Kesadaran Rafaela benar-benar telah teralihkan. Hingga ia sendiri tak menyadari keberadaan tubuhnya sendiri. Rafaela tak sadar jika Vega telah menuntunnya keluar.

Klotak . . . hingga akhirnya, Rafaela tersadar setelah kakinya tak sengaja terkilir. Rafaela langsung menajamkan kedua matanya dan berbalik untuk memeriksa keadaan Fengli dan Chrystal.

Akan tetapi, Vega langsung menyaut lengan Rafaela dan menahannya. Rafaela berbalik, lalu menatap lengannya yang dicengkram oleh Vega. Kemudian, ia menatap mata Vega dengan intens.

"Lepaskan aku!" Rafaela memerintah Vega untuk tidak menghentikannya.

"Tidak akan. Apa yang akan kau lakukan, jika aku melepasnya? Kau akan kembali dan mengacaukan mereka? Kau akan mengomeli dampak tindakan kekeraskepalaan mereka? Jangan lupa, kau juga turut bersalah atas semua ini. Biarkan Fengli sendiri. Dia butuh waktu," ucap Vega.

Namun, kekeraskepalaan Rafaela tak bisa dihentikan oleh Vega dan juga dengan kata-katanya.

Rafaela pun menjawab perkataan Vega dengan berani, "Aku tahu, aku memang salah. Di sini, aku yang paling bersalah. Namun, aku sudah mengingatkan mereka beberapa puluh kali, tetapi mereka tidak mendengarkan. Mereka tidak ditakdirkan bersama, mereka memiliki keterikatan takdir naas yang tidak bisa ditebak. Meski demikian, mereka tetap bersikeras dan . . . mereka harus menanggung konsekuensinya. Aku adalah orang yang paling bersalah di sini. Jadi, aku tidak akan mengacaukan perasaannya. Vega . . . kau sepertinya tidak tahu, Fengli saat ini telah jatuh cinta kepadanya. Aku tidak bisa membuatnya berada dalam keterpurukan dan membiarkannya begitu saja," tutur Rafaela panjang lebar.

"Lalu . . . apa yang mau kau lakukan? Aku tahu, kau mengakui kesalahanmu. Tapi jangan lupa, semua ini terjadi karena keegoisanmu. Kau pikir, kenapa semua ini bisa terjadi? Kau pikir, kenapa mereka bisa bertemu? Tanyakan sendiri kepada hatimu. Keegoisanmu . . . menghancurkan segalanya. Entah dirimu, atau mereka yang berada di sekitarmu.".

Raise Life: Cinta Setelah MatiWhere stories live. Discover now