Natta tak pernah menyangka bila keistimewaan yang ia miliki akan membawanya pada satu kenyataan paling membahagiakan sekaligus menyakitkan dalam hidupnya.
Namun, Natta selalu percaya bahwa akan ada hikmah di balik semua yang terjadi dalam hidupnya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Wait!" Chandra menyela dengan cepat. "Sebelum ke rumah sakit, lo berdua nggak ada yang mau jelasin apa-apa gitu, ke gue sama Raja? Dari tadi berasa jadi makhluk gaib, kalian ngobrol udah kayak dunia milik berdua doang," lanjutnya.
"Bener. Gue yang nggak se-goblok Chandra aja nggak paham apa yang lo berdua bahas." Raja menimpali.
"Itu fakta, Chan. Gue yang pinter aja nggak paham, apalagi lo. Bener, kan?"
Chandra hanya bisa menggeram tertahan. Ingin membalas pun percuma, karena justru akan membuat perdebatan tidak berfaedah ini semakin panjang.
"Maaf, saya lupa kalau dari tadi ada kalian berdua." Jerico menyahut dengan senyum tipis.
"Wah, parah banget, Ja. Kita dilupain katanya," adu Chandra dengan suara yang terdengar memelas.
Raja mendengkus dan melayangkan tatapan tajam pada Chandra. "Sekali lagi lo ngomong yang unfaedah, gue pastiin lo nggak bisa makan telur sampe minggu depan!" ancam Raja, membuat Chandra refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Jadi-"
Belum sempat Raja melanjutkan kalimatnya, terdengar suara rintihan. Sontak, ketiganya mengalihkan perhatian pada Natta yang terlihat sedang menahan sakit dengan kepala yang menunduk dalam.
"Na, kenapa? Apa yang sakit?" Jerico bertanya panik seraya berjongkok di samping Natta agar bisa melihat wajah pemuda itu.
Natta ingin menjawab pertanyaan Jerico, tetapi yang keluar dari bibirnya hanya ringisan. Ia juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba pinggangnya terasa begitu nyeri. Bahkan, keringat dingin mulai membasahi sekitar dahi dan leher yang membuatnya semakin tidak nyaman.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" titah Jerico.
"Pake mobil Natta aja. Bentar, gue ambil kuncinya," sahut Raja sebelum berlari menuju kamar Natta-tempat di mana kunci mobil tersebut berada.
"Chan, tolong bantu naikin Natta ke punggung saya." Jerico beralih pada Chandra yang sedari tadi bergeming.
Chandra terkesiap. "I-iya," balasnya terbata.
Setelahnya, Chandra membantu Natta-yang sudah melemas-untuk pindah ke punggung Jerico dan menyamankan posisinya. Sementara itu, Raja yang sudah mendapat kunci mobil segera melesat menuju garasi.
***
Natta tidak begitu ingat apa saja yang terjadi sebelum ia berakhir di atas brankar ruang rawat saat ini. Ingatannya hanya sebatas ketika dokter mengatakan harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait kondisinya setelah ia ditanyai keluhan apa saja yang dirasakan.
Pemeriksaan tersebut memakan waktu yang cukup panjang. Natta pun sudah pasrah dengan hasil pemeriksaannya nanti. Mungkin, saat ini Natta benar-benar berada di titik terendahnya.