MEREKA YANG SALING MEMBUNUH

Start from the beginning
                                    

“Jadi, ada apa Osamu?” Pak Takeda memberi isyarat kepada Pak Ukai yang memanggilnya dari kejauhan. Ia meminta kepada para guru untuk menunggu sebentar.

“Di ruangan klub ada Kak Tendou, dia…”

“Shhht…!” Belum usai Osamu berbicara, Pak Takeda segera membungkam bibirnya dengan jari telunjuk. Dengan senyuman parau itu, Osamu paham kalau sepertinya para guru sudah mengetahuinya. “… darimana kamu tau kalau Tendou ada disana?” raut wajah Pak Takeda mendadak berubah menjadi serius. Ia memandang Osamu begitu tajam.

“saya satu kegiatan ekstrakurikuler sama Kak Tendou.” Jelas Osamu. Ia menjeda ucapannya sejenak. “… Pagi tadi, Kak Tendou ngajak saya dan beberapa anggota lain buat latihan bareng sore ini. Makanya saya yakin kalau Kak Tendou ada disana.” Kedua tangan Osamu ia lipat didepan dada. Sungguh, ia khawatir dengan senior yang paling dekat dengannya selama ada didalam klub itu. Terlebih, Tendou pasti masih terpukul akibat teman dekatnya, Ushijima meninggal dunia.

“… Saya tau kalau belakangan ini duka selalu menyelimuti kita semua, tapi saya mohon agar kalian bertiga tidak menyebarluaskan hal ini.” Jelas Pak Takeda. Lagi-lagi ia diteriaki oleh Pak Ukai karena terlalu lambat.

“Sebentar, maksud bapak…?” Sakusa berpikir sejenak. Ucapan gurunya itu sedikit ambigu, meskipun ia paham dengan maksudnya.

“Ya…” Pak Takeda hanya berucap satu kata, sebelum akhirnya meninggalkan ketiga muridnya yang masih mematung disana.

Sakusa dan Atsumu awalnya hanya memandang punggung Pak Takeda yang kian menjauh, tapi suara isak tangis Osamu membuat keduanya segera menoleh. Disana, Osamu sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Tendou memanglah seorang senior yang terkenal jahil, dan terkadang sedikit menyebalkan.

Tapi, bersama dengannya Osamu selalu senang. Kemahiran Tendou dalam hal memasak membuat Osamu terkagum-kagum dengannya.

“Omi…” Gumam Atsumu dengan raut wajahnya yang ikut ditekuk.

Sejujurnya Sakusa sudah lelah. Ia tidak ingin mengurusi insiden-insiden kematian yang terus saja datang belakangan ini. Melihat Atsumu, sahabat terdekatnya ikut bersedih- membuatnya merasa tidak tega. Ada satu ide yang terbesit didalam kepala Sakusa, dan ia menjamin bahwa ide-nya itu akan lancar seratus persen.

“Jangan ngerasa bersalah. Lo bisa tenangin Osamu, dan sisanya serahin ke gue.” Sakusa membelai rambut si kembar dengan penuh rasa sayang. Baik Atsumu dan Osamu, sudah Sakusa anggap sebagai adik sendiri. Ya, meskipun mereka seumuran sih.

Atsumu mengerutkan dahi, dengan sisa-sisa penyesalan yang masih tergambar jelas di wajahnya. Dengan berat hati, ia mengangguk. “Sorry, gue ngerepotin lo terus, Mi…” ada seutas senyum yang Atsumu paksakan disana.

Sakusa mendengus kecil, ia tidak keberatan melakukannya. Sedetik kemudian, Sakusa segera beranjak dari sana. Ia menuju ke tempat para guru yang masih berkumpul, seperti sedang membincangkan sesuatu.

“Bisa nggak semua kepedihan ini berakhir?” Osamu menggosok matanya karena tak henti mengeluarkan air. Ia kesal dan masih belum bisa menerima kenyataan kalau Tendou menjadi korban atas kebakaran itu.

“Sorry, tapi gue nggak sengaja denger pembicaraan kalian.” Seorang siswa dengan rambut sebahu itu muncul dari arah belakang. Ia berjalan begitu tenang, hingga sampai tepat dihadapan Atsumu dan Osamu. “… bisa ikut gue? Ada yang mau gue omongin.” Ajaknya yang langsung memimpin jalan, seolah yakin kalau Atsumu dan Osamu sudah pasti mengikutinya.

Disela-sela keramaian itu, sepasang mata milik Akaashi Keiji menangkap ketiga murid yang mengasingkan diri dari kerumunan. Kecurigaannya itu bertambah-tambah, mengingat seorang yang memimpin jalan adalah Kozume Kenma. Akaashi cukup yakin kalau Kenma adalah seorang siswa yang enggan bersosialisasi, terlebih- Akaashi satu kelas dengannya. Sudah pasti Akaashi keheranan melihat teman sekelasnya itu malah berjalan beriringan dengan Si Kembar yang berbeda kelas.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now