KONTRAK

1.7K 372 51
                                    

Chapter 26 - Kontrak

Helaan napas Atsumu tak lagi stabil. Ia sudah berlari ke sepanjang sisi sebuah jurang yang cukup curam, sembari berusaha mencari celah yang aman agar bisa turun kesana.

Selama hampir tiga jam lamanya, dan Atsumu masih bisa melihat Osamu yang terkapar dibawah sana. Bersimbah darah, dan tak kunjung sadarkan diri meskipun Atsumu sudah meneriaki namanya berkali-kali.

"Tsumu.. kita gabisa panggil bantuan, sorry." Sahut Sakusa dengan nada kecewa. Ia sudah berusaha berpindah tempat supaya ponselnya mendapatkan sinyal, meskipun hanya satu batang.

Atsumu menyekungkan bibirnya, berusaha menenangkan Sakusa yang tampak tak enak hati kepadanya.

"Gapapa, ayo kita turun kebawah... Kayaknya bisa deh dari situ." Atsumu menunjuk sebuah jalan yang tertutupi oleh timbunan daun-daun kering. Ia segera melangkah dengan hati-hati, sembari memastikan jalan yang dipijaknya tidak longsor secara tiba-tiba.

Jantungnya berdebar-debar, ketika ia hampir berhasil menjangkau ketempat Osamu. Matanya menyipit, berusaha memfokuskan ke bagian punggung Osamu yang tak lagi bergerak.

Kala itu Atsumu hanya bisa menepis segara pikiran jelek yang merasuk kedalam otaknya. Ia tidak ingin berpikiran yang macam-macam sekarang.

"Astaga..." Suara Atsumu hampir tak terdengar. Seluruh urat-uratnya terasa menegang, usai berjongkok tepat disisi Osamu.

Yang Atsumu lihat adalah, sosok adik kembarnya yang terkapar dengan kondisi kepala mengeluarkan darah.

Hal tersebut membuat Atsumu segera menoleh kearah atas, dimana ada beberapa batu besar yang kemungkinan Osamu hantam sebelum benar-benar jatuh ke permukaan.

"Idih, kebo banget... Bangun Samu..." Ejek Atsumu yang kini mencolek-colek pipi Osamu. Ia tahu, ia juga merasakannya kalau Osamu tak lagi memiliki panas tubuh layaknya manusia yang masih memiliki kehidupan.

"Bangun tau, Sam... Bunda pasti nungguin kita." Air mata Atsumu tak dapat berbohong. Ia menetes, jatuh ke tanah lalu menghilang.

"Kita punya ranjang yang gede tau dirumah... Masa Lo milih tidur di tanah gini." Sahut Atsumu lagi. Kali ini ia memapah tubuh Osamu, lalu membelai wajahnya beberapa kali.

Wajah Osamu yang penuh dengan memar, dan bercak-bercak darah miliknya sendiri. Ia terpejam dengan begitu damai, dengan seutas senyum yang tak kunjung hilang dari wajahnya.

Seolah, kematian itu tak membuatnya menyesal.

"Mi.. Omi... Ini salah gue, kan..." Sesal Atsumu, sembari memeluk tubuh Osamu yang kini tak lagi bernyawa. Bahkan, untuk sekadar mengucapkan selamat tinggal saja- Atsumu tidak sempat lagi.

Ia sudah dengar dari Sakusa, bahwa Osamu mati-matian menyelamatkannya yang hampir jatuh karena pintu mobil yang terbuka. Kala mengetahui hal tersebut, Atsumu langsung mengutuk dirinya sendiri. Mengecap bahwa ia adalah sosok kakak yang sangat tidak berguna.

"Huaaaa.... Osamu... Bangun Sam..." Pelukan Atsumu semakin mengerat, meskipun ia tahu tidak akan pernah ada respon dari Osamu.

"Mi... Tolongin Osamu mi... Please, mi..." Isak Atsumu semakin menjadi-jadi. Ia khawatir- Osamu pasti merasa amat kedinginan sekarang. "... Gue, gabisa mi... Hidup tanpa Osamu." Sambung Atsumu.

Bagi Sakusa, apa yang ia dengar bukanlah suatu hal yang bagus. Meskipun hubungannya dan Osamu tidaklah baik, tapi perlakuan Osamu telah sukses menyelamatkan Atsumu.

Paling tidak, Sakusa lega karena Atsumu masih dalam keadaan baik-baik saja.

Sakusa tahu, kalau ia tidak akan pernah berhasil membujuk Atsumu. Perasaannya gundah begitu mendengar bahwa Atsumu tak dapat hidup tanpa sosok Osamu.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang