MATA BATIN

3.3K 531 197
                                    

Chapter 5 - Mata Batin

Ukai Ikkei, yang tak lain adalah kakek dari Ukai Keishin. Dalam kesaksiannya, beliau mengatakan bahwa pada dua malam terakhir, ia mengalami mimpi buruk. Sebagai pria yang sudah tak lagi muda, Ikkei berkata bahwa mimpi itu cukup mengganggunya. Ikkei kerap dikejutkan oleh bayang-bayang murid Akademi yang telah meninggal dunia, dan hal itu membuat jantungnya terasa lepas dari tempatnya.

“wajar saja, memangnya kemana lagi mereka meminta pertolongan kalau bukan kepadamu? Kepala sekolah.” Sambar Nekomata Yashifumi yang merupakan sahabat dekat Ikkei. Tawa-nya itu mengembang sebagai upaya untuk membuat sahabatnya itu tenang.

“ya, tapi aku sendiri tidak mengerti harus bagaimana.” Ikkei mengambil posisi duduk pada salah satu kursi yang ada disana. Pandangannya masih terkunci kearah gedung yang masih mengepulkan sisa-sisa asap. “… aku juga ingin menolong murid-murid itu, tapi aku juga tidak ingin kehilangan Akademi ini.” sambungnya kemudian.

“Pak, apa anda punya waktu luang?” Suara itu membuat para guru segera menoleh. Sakusa Kiyoomi, siswa kelas dua itu sudah berdiri tepat dihadapan mereka semua. Khas dengan masker yang menutupi setengah wajahnya.

“Kiyoomi? Mengapa kamu kemari?” Tanya Takeda. Ia kerap membenarkan posisi kacamatanya ketika sedang kebingungan.

“saya yakin kalau pak guru semua tau, semua ini berhubungan dengan hal mistis.”      Sakusa menurunkan masker yang ia kenakan.      “… mungkin saja, orang-orang yang menetap di akademi ini melakukan kesalahan, entah sengaja atau tidak. Yang jelas, saya yakin kalau makhluk penunggu akademi ini marah, sampai akhirnya mereka mengganggu, bahkan mencelakai murid-murid.”      Jelas Sakusa. Statement-nya itu cukup masuk akal. Semua orang pasti tahu, kalau dunia manusia dan dunia makhluk tak kasat mata itu sebenarnya berdampingan. Perbedaannya, manusia tidak dapat melihat makhluk-makhluk itu sedangkan makhluk itu bisa melihat manusia.

“apa kamu berniat membeberkan hal itu ke publik? Omong kosong itu bisa saja membuat Akademi ini berakhir.” Sanggah Ukai Keishin. Sedaritadi ia sibuk memperhatikan ke arah lain, takut kalau ucapan Sakusa didengar oleh orang lain.

“humph…”      helaan napas itu begitu kasar. Sakusa tidak mengerti mengapa gurunya itu selalu saja meminta murid untuk tutup mulut.      “… apa keuntungan yang saya dapat jika membeberkannya? Lagipula saya hanya ingin memberi usulan, yang siapa tau bisa menyelesaikan insiden mengerikkan ini.”      Sakusa berharap kalimatnya itu mampu membuat para guru dihadapannya tergiur.

“bocah sepertimu memang tau apa?” Pak tua Nekomata itu memang gemar mengeluarkan kata-kata yang sedikit menyayat. Sakusa hanya membalasnya dengan sebuah senyuman, meskipun kedua tangannya sudah mengepal dengan geramnya. Ia ingin sekali memukul wajah penuh kerutan itu.

“saya punya kenalan yang bisa mengatasi hal ghaib. Jika bapak guru sekalian berminat, saya mohon izin untuk mengundangnya kemari. Kalian bisa berbicara sendiri dengannya nanti.” Usul Sakusa kemudian. Itu adalah satu-satunya cara terakhir yang Sakusa punya. Ia begitu berdebar-debar, takut jikalau bujukannya itu tidak berhasil.

Pak kepala sekolah menatap Sakusa. Selama hampir dua tahun, ia tahu betul sifat anak muridnya itu. Sakusa merupakan orang yang dapat dipercaya. Ia tekun dan juga bertanggungjawab. Bagi Ikkei, tidak ada salahnya mencoba usulan dari Sakusa.

Ikkei segera tersenyum tipis. “kami mempercayaimu.” Sambung Ikkei kemudian.

Ketika indra pendengaran milik Sakusa menangkap seutas kalimat itu. Ada sensor yang mendadak menjalar ke hati dan juga pikirannnya. Iya, Sakusa begitu senang karena usulannya diterima- tapi entah mengapa ia juga merasakan sesak yang teramat menyakitkan.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin