BAB 04 . Pertemuan Gabriel dan Zia

Почніть із самого початку
                                    

"Ooo, yang itu" Zia hanya mengangguk-angguk walaupun masih belum mendapatkan sosok dari Gabriel tersebut.

"Gabriel cakep tau, masa lo gak suka sih? Kalau lo gak suka siapa-siapa terus lo suka siapa? Gue kurang percaya kalau lo gak suka sama cowo lain selain kakak lo" Zia hanya terkekeh kecil, tanpa membalas ucapan Gania.

"Lo jangan pendiem banget apa, bagi-bagi ilmu biar pinter. Gue juga mau pinter tapi versi pecicilan" Ucap Haura yang sesekali melempar candaan garing agar suasana tak terasa canggung

Zia hanya bisa diam, sembari menyimak obrolan teman-temannya, namun terkadang sedikit berkomentar tentang apa yang dibahas oleh teman-temannya

Ia membuka handphonenya di saat kakak nya mengirimkan nya sebuah pesan. Zia pamit untuk duluan ke kelas, namun sebenarnya ia tak ingin ke kelas, tetapi ia ingin ke roof top untuk menelpon kakak nya.

"Assalamualaikum, kenapa kak kok ngajak telpon? Tumben"

"Kepala kakak pusing"

Zia terdiam, hatinya sekejap merasa menjadi khawatir dengan kakaknya, ia takut jika penyakit kakak nya kambuh lagi.

"Pusing gimana, Kak? Kakak udah minum obat kan?"

"Kakak udah minum obat, tapi kepala kakak masih pusing"

"Kakak istrahat aja dulu, tidur, biar engga pusing lagi. Sebentar lagi Zia pulang kok"

"Oke, belajar yang bener ya Zia"

"Siap kak! Zia matiin ya, assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Zia memasukkan handphone nya kembali ke dalam kantong rok nya. Lalu pergi meninggalkan rooftop menuju ruang guru untuk pulang terlebih dahulu karena urusan pribadi.

Zia berdiri di depan pintu ruangan walas nya, ia menghembuskan nafasnya sedikit kasar, detak jantung nya berdetak sangat kencang karena takut. Perlahan ia mencoba untuk mengetuk pintu ruangan gurunya berada tersebut dengan pelan.

Tok tok!!

Zia membuka kecil pintu ruangan tersebut, lalu mengintip sedikit untuk melihat ada seseorang atau tidak. Dan ternyata ada, guru nya sedang duduk di kursi kerja nya, sambil membuka-buka berkas.

"Assalamualaikum, bu, maaf saya boleh izin pulang terlebih dahulu, boleh tidak ya?" Tutur Zia dengan lembut

"Ada apa Zia? Kok pulang duluan?" Tanya wakil kelas nya

"Ada urusan keluarga mendadak Bu, tadi saya di kabari oleh ayah saya"

"Kalau urusan keluarga saya bolehkan, silakan. Hati-hati di jalan ya Zia"

"Makasih bu. Kalau gitu saya balik dulu ya bu, sekali lagi terimakasih Bu" setelah mendapatkan izin Zia berjalan pergi dari ruangan gurunya.

"Baik"

===

Sesampainya Zia di depan rumah nya, ia segera masuk ke dalam untuk menemui kakak nya. Zia melepas sepatunya terlebih dahulu lalu berjalan masuk.

Ia mencoba mengecek kakak nya di kamar nya, namun tidak ada seorangpun di dalam kamar. Ia mencari kakak nya di berbagai ruangan namun ia tak menemukan siapa-siapa, dan pada akhirnya Zia mencoba mengecek kakak nya di gudang rumah nya untuk mengecek apakah kakak nya berada di sana?

Dan ya, Zia mendapati kakak nya di sana namun dengan keadaan yang sudah pingsan di lantai. Zia segera menggoyangkan badan kakak nya untuk bangun, namun Kenzo tetap tidak bangun hingga pada akhirnya Zia meminta bantuan dari tetangga untuk membawa Kenzo ke rumah sakit.

Zia sangat ingin menangis, tetapi ia harus tetap terlihat tegar di depan kakak nya. Ia tak ingin membuat kakak nya menjadi khawatir tentang nya.

Zia sangat khawatir akan hal kakak nya. Penyakit kakak nya semakin parah, dan kemungkinan sudah dapat merebut nyawanya untuk selamanya.

"Kak, penyakit kakak kenapa bisa kambuh? Kakak ada apa? Pasti ada sesuatu yang kakak sembunyiin dari aku" gumam Zia dalam batin nya.

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now