Enam

69 16 38
                                    

Baru Sehari
|
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
|
Cerita ini murni hasil kerja otak saya, berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Jadi, tolong hargai karya saya.
Terima kasih.
[*******]


"Assalamu'alaikum," suara dari seberang sana memulai percakapan.

"Wa'alaikum salam," jawab para bodyguard secara serentak.

Saat ini, keenam bodyguard sedang duduk bersisian di sofa kamar tamu. Dengan smartphone Juni yang ada di hadapan mereka.

Dari layar smartphone terlihat Sergio sedang duduk di kursi kebesarannya. Seakan telah siap untuk menginterogasi mereka berenam.

"Bagaiman kabar kalian?" tanya Sergio berbasa-basi.

"Baik, Tuan Sergio," Imin menjawab lantang.

"Sehat, Tuan," Malik ikut menjawab.

"Alhamdulillah sehat semua. Termasuk Nona Nazmi." Juni mewakili jawaban yang lainnya.

"Baguslah kalau begitu." Sergio mengangguk-angguk. "Oke. Saya tidak mau berbasa basi."

Lah, tadi situh yang basa-basi, cibir Jaka dalam hati.

"Saya mau bertanya, bagaimana perkembangan Nazmi?"

Semua terdiam. Membiarkan Juni yang mengambil alih. "Alhamdulillah, Tuan. Sejauh ini, Nona Nazmi sudah ada perkembangan. Kami dapat menanganinya dengan baik."

"Sudah bisa apa saja dia?"

"Baru bisa memasak telur dan mencuci piring, Tuan." Walaupun sebenarnya Juni malas menjawab. Karena yakin si Tuan Besar sudah tahu pasti apa jawabannya.

"Telur apa?" tanya Sergio lagi. Ingin bodyguard-nya menjelaskan secara detail.

"Menggoreng telur dadar dan telur ceplok, Tuan. Juga sudah bisa mencuci piring dengan benar. Kalau soal menangis, Nona Nazmi masih saja menangis. Sudah tiga kali dalam sehari kemarin," Juni menjelaskan laporannya lebih terperinci.

Bukannya Tuan Gio udah tahu apa yang terjadi kemarin?! Jaka berceloteh dalam hati.

"Iya, dia memang cengeng. Cukup sulit membujuknya agar tidak menangis." Sergio mengangguk setuju. "Sekarang dia ke mana?"

Jaka mengerutkan kening, cukup kesal dengan si Tuan Besar. Lalu dengan segera mengemukakan apa yang ada di pikirannya, "Maaf, Tuan, bukankah ada CCTV? Tuan Sergio tahu pasti apa yang sedang Nona Muda lakukan."

Juni melotot. Dia menengok dengan cepat ke arah Jaka yang ada di sebelah kiri Imin. Dia juga sedikit kesal. Tapi bukan begitu cara mainnya.

Juni yakin Sergio hanya ingin mengetes para bodyguard. Kesabaran, kejujuran, dan kelancaran berbicara pasti yang menjadi pertimbangkan Sergio.

"Wahh, Jakaa, kamu ternyata tidak suka berbasa-basi, yaa." Sergio terkekeh mendengar perkataan lancang salah satu bodyguard-nya.

Sesuai perkataan Jaka, di vila Sergio terdapat banyak CCTV. Di setiap sudutnya, kecuali di kamar mandi. Bahkan di luar vila pun ada. Di pagar depan dan halaman belakang.

Semua kegiatan Nazmi selalu dipantau Sergio. Ada satu orang khusus di rumahnya yang dia perintah untuk mengamati CCTV.

Yang lebih parahnya, salah satu bodyguard harus memakai kamera CCTV kecil di pakaiannya, jika akan membawa Nazmi keluar dari kawasan vila.

Sergio benar-benar tak mau tertinggal informasi dari setiap kegiatan Nazmi.

"Maaf, Tuan, Jaka memang kurang sopan."

BODYGUARDWhere stories live. Discover now