BAB 02 . (Tidak) Sempurna

Start from the beginning
                                    

Zia dan Kenzo pergi ke taman kota sambil menaiki sepeda milik Zia, yang ada boncengan di belakangnya. Karena Zia tak ingin kakak nya kelelahan jadi ia yang akan menggantikan kakak nya untuk mengbonceng nya.

"Sekarang gantian dulu ya kak, kan dulu kakak yang boncengan zia. Sekarang zia yang boncengan kakak" ucap Zia.

"Nanti pelan-pelan ya, kalau capek ngomong biar kakak gantiin" jawab Kenzo.

"Siap!!"

Zia pun mulai perlahan menjalankan sepeda nya, walaupun terasa berat namun Zia yakin rasa berat ini akan menjadi menghilang tak lama lagi. Zia dan Kenzo berbicang bersama sembari bercanda singkat agar tak terlalu hening.

"Zia, kakak haus" ucap Kenzo di samping telinga Zia.

Zia pun meminggirkan sepeda nya lalu berhenti sejenak sembari istirahat. Zia tak sengaja mendapati Kenzo tengah mimisan, walaupun sudah Kenzo tutupi oleh tangan kekar nya tersebut.

"Kak? Kakak mimisan?" Tanya Zia yang memastikan

Kenzo menggeleng kencang. "Engga kok gausah khawatir, ayo lanjut. Atau mau kakak ganti?" Jawab Kenzo yang mengalihkan topik perbincangan nya.

Zia pun berdiri dari jongkok nya menghampiri Kenzo untuk memastikan nya kembali dengan dekat. Zia melihat bercak darah dari tangan kanan Kenzo membuat Zia semakin curiga dengan Kenzo.

"Kak, pulang ya? Kakak pasti kecapekan, maafin Zia" ucap Zia yang sudah benar-benar yakin jika Kenzo benar-benar sedang mimisan.

"Zia, kakak gapapa dek" ujar Kenzo menggenggam lengan Zia. Zia melepaskan genggaman tangan Kenzo dari lengannya lalu mulai menjalankan kembali sepeda nya ke arah rumah nya.

Kenzo hanya bisa pasrah, ia hanya bisa diam, menuruti apa seluruh ucapan Zia.

Sesampainya mereka kembali di rumah nya, Kenzo masuk terlebih dahulu, sedangkan Zia tengah memarkirkan sepeda nya di garasi.

Setelah Zia memarkirkan sepeda nya di garasi, ia segera pergi ke kamar nya untuk berganti pakaian. Sesaat selesai ia berganti pakaian, Zia turun kembali untuk membuat teh hangat, untuk kakak nya.

Sedangkan Kenzo kini hanya berdiri di balkon kamar nya, mendongakkan kepalanya untuk memandangi langit-langit abu-abu gelap yang di lapisi oleh awan tebal, menandakan sebentar lagi akan turun hujan.

Kenzo menghela nafas panjang sembari menenangkan isi hatinya yang sedikit berantakan. Kenzo mengambil buku diary kecilnya, di situlah Kenzo menceritakan keluh kesahnya setiap saat selain ke Tuhan nya.

Ia mengambil bolpoin, lalu mulai menulis kata demi kata di dalam buku diary nya. Tak lama setetes air hujan mulai turun dan mulai membasahi buku dan juga dirinya.

Kenzo segera masuk, sebelum hujan menjadi deras. Ia mengganti posisi nya jadi di atas meja belajarnya untuk menulis cerita nya hari ini.

Setelah menulis tersebut Kenzo segera menutup buku nya lalu menaruh nya kembali ke dalam laci meja belajar nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah menulis tersebut Kenzo segera menutup buku nya lalu menaruh nya kembali ke dalam laci meja belajar nya. Tak lama, Zia datang membawa teh hangat untuk Kenzo.

"Makasih. Zia boleh temenin kakak di sini gak?" Ucap Kenzo seketika. Zia mengangguk ia pun duduk di ujung kasur Kenzo sedangkan Kenzo duduk di kursi belajar nya.

"Zia, Dokter Steffan kan tadi ngomong ke kakak, bahkan kamu juga dengar kalau penyakit kakak bisa jadi engga sembuh dan bisa ada kemungkinan umur kakak engga panjang lagi. Kakak mau Zia tetep di dunia ya? Zia harus tetep menempuh masa sekolah Zia demi masa depan Zia. Kamu masih ada mama, kakak sama Allah. Zia bisa cerita ke Allah, ke kakak atau bahkan ke mama. Kalau Zia gak kuat, Zia harus tetep inget Allah, karena cuma Allah yang ada di sisi Zia sampai kapanpun itu. Kakak sama mama engga pasti ada selalu di sisi Zia. Kakak engga pasti bisa ada di sisi Zia sampai Zia lulus, tapi nanti kalau Zia lulus Zia boleh kok ke rumah baru kakak nanti, ceritain hari kelulusan Zia ke mama sama kakak. Pasti nanti kakak sama Mama bangga banget sama Zia yang udah berjuang demi lulus sekolah. Kakak yakin Zia pasti bisa, sebelum mama meninggal mama masih bertahan sebentar walaupun setelah itu menghembuskan nafas terakhirnya sambil nyium Zia terakhir kalinya untuk selama-lamanya. Mama sama kamu itu wanita terkuat yang ada di kehidupan kakak" Ucap Kenzo sambil menatap mata Zia yang sudah sangat berkaca-kaca.

Zia menggelengkan kepala nya pelan, ia seketika memeluk kakaknya erat. Di dalam pelukan kakak nya tersebutlah tangis gadis itu pecah.

"Engga kak, kakak kuat. Kakak pasti masih bisa bertahan, kakak jangan mikir gitu! Zia gak suka. Kakak pasti sembuh, pasti bisa kak. Ayo semangat, kita berjuang bareng-bareng, kakak jangan putus asa! Kalau kakak berjuang pasti bisa kak"

"Kakak udah capek di infus terus zi, kakak mau nerima takdir kakak. Kakak udah nyerahin semuanya ke Allah, tinggal kakak nunggu keputusan Allah mau kakak pulang atau masih tetep di perintahkan disini buat jaga Zia" Zia terbungkam mendengarkan balasan Kenzo. Tangis nya semakin deras tak ingin hal yang pernah ia alami terjadi lagi.

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now