Karena memang cukup jarang sepupunya itu ikut kumpul, mungkin dalam setahun doa hanya akan ikut 1-2 saja.

"Mana anak tidak berguna itu Aida?" Tanya Asmi ibu dari Aida itu.

"Biasa ma, apalagi perkerjaan anak itu kalau bukan bermalas-malasan." Jawab Aida.

"Memang benar-benar tidak berguna anakmu yang satu itu" timbrung Sinta kakak ipar dari Aida.

"Sudah benar yang Abang suruh dulu, mending kamu palsukan kematian anak tidak berguna itu. Sekarang apa yang Abang bilang benarkan, dia hanya bisa menyusahkan saja." Ucap Ronal kakak dari Aida.

"Aida takut sama mas Evan bang" ucap Aida.

"Apa yang kamu takutkan dari Evan Aida, dia itu hanya laki-laki bodoh yang mudah di bohongi" ucap Asmi.

"Tapi ma-" ucapan Aida terpotong oleh kakaknya.

"Ah sudahlah mah, memang susah berbicara dengan Aida ini." Ujar Sinta.

"Tantee" sapa Nancy yang membuat obrolan mereka harus terhenti.

"Wah Nancy kamu makin cantik ya" puji Sinta pada keponakannya itu.

"Pasti dong Tan" jawab Nancy dengan senyum malu-malu.

"Oh iya tan, Alvin ngga ikut lagi?" Tanya Nancy.

"Ikut kok sayang, dia bentar lagi juga sampai" ucap Ronal.

Nancy yang mendengar itu tentu senang bukan main, karena memang dia cukup dekat dengan Alvin.

"Nancy kamu panggil Fayra suruh bikin masakan buat nenek sama semua ya sayang" perintah Aida pada putri sulungnya.

Raut semringah dari Nancy langsung berubah dengan raut kesal mendengar perintah mamanya. Dan dengan ogah-ogahan Nancy langsung menuruti perintah dari mamanya itu.

Gadis itu mulai menaiki tangga menuju kamar adiknya itu.

"Turun Lo, bikin makanan buat nenek" perintah Nancy saat baru memasuki kamar Fayra.

"Kak, badan aku hari ini kurang enak" ucap Fayra.

"Lo pikir gue peduli, udah buruan Lo turun sebelum mama yang nyuruh Lo" lanjut Nancy dan berlalu begitu saja.

Sebenarnya Fayra bukan tidak enak badan, tapi dia takut bertemu dengan sepupunya yang tak lain adalah Alvin.

Ada sesuatu kejadian yang sampai saat ini masih membuat  Fayra takut.

"Dasar bocah pemalas, sudah di suruh turun malah enak-enakan di sini kamu ya!" bentak Asmi neneknya.

"Ampun nek lepas, sakit" ucap Fayra memohon agar Asmi melepaskan tarikan pada rambutnya.

"Dari dulu kamu itu cuma nyusahin anak saya, cepat kamu turun!" Sentak Asmi dan langsung menarik dengan sangat kuat rambut Fayra hingga ada beberapa helai rambut yang ikut tercabut di tangan neneknya itu.

Setelah neneknya keluar Fayra tidak menangis, dia langsung merapihkan rambutnya dan segera turun. Walau sebenarnya kepala jadi pening karena tarikan neneknya tadi, tapi ketakutannya membuat dia menghiraukan rasa pening di kepalanya.

Fayra menuruni tangga dengan berhati-hati karena memang kepala sangat sakit saat ini.

"Lelet banget sih jalan Lo" ucap Nancy yang sedang kumpul dengan uang lainnya.

"Sudah buruan, kita semua sudah lapar hanya karena menunggu anak pemalas sepertimu ini" kini giliran Ronal yang membuka suara.

"Maaf Om" ucap Fayra dan berlalu menuju dapur.

Fayra langsung mengeluarkan semua bahan makanan yang ada di kulkas. Di rumahnya entah kenapa mamanya tidak menyewa pembantu padahal rumah ini cukup besar kalau Fayra mengurus rumah ini sendiri. Kalau di pikir-pikir juga papanya sanggup untuk membayar pembantu, tapi entah kenapa sepertinya mamanya lebih senang kalau dia yang mengurus rumah sebesar ini.

Ah sudahlah Fayra tidak ingin terlalu memikirkan hal tersebut.

Gadis itu mulai fokus memasak dengan kepalanya yang semakin pening, gadis itu berusaha tetap fokus agar tidak membuat kesalahan yang membuat semua keluarganya akan marah nanti.

Tiba-tiba Fayra mendengar suara langkah kaki seseorang, Fayra sangat takut kalau mamanya datang dan melihat Fayra yang belum menyelesaikan pekerjaannya, jadi dengan segera gadis itu menata makanan yang mungkin sudah setengah matang atau sudah bisa di nikmati.

Namun ternyata dugaannya salah, yang datang bukan mamanya, namun ini lebih menakutkan. Dia Alvin, sepupu Fayra yang sudah hampir setengah tahun gadis itu tidak bertemu dengan laki-laki tersebut.

"Kak Alvin" cicit Fayra pelan melihat kedatangan Alvin, gadis itu pikir Alvin tidak akan datang setelah beberapa bulan.

"Hai Ra apa kabar?" Tanya laki-laki itu dengan memberikan senyum yang sangat menakutkan bagi Fayra.

"A-aku baik kak" jawab Fayra gugup karena Alvin yang semakin mendekat kearahnya. Namun dirinya tidak bisa mundur karena di belakangnya sudah wastafel untuk mencuci piring.

"Kak" ucap Fayra dengan badan yang mulai bergetar melihat Alvin yang semakin dekat, memori saat Alvin melecehkannya terputar seperti kaset rusak di kepala gadis itu.

"Jangan lakuin lagi, aku mohon" ucap gadis itu dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Gue mau Lo, napsu gue selalu naik kalau lihat Lo. Lo itu fantasi gue Fayra. Jadi serahin aja milik Lo ke gue." Bisik laki-laki itu sampai membuat badan Fayra seakan ingin jatuh.

Fayra yang mendengar ucapan pelecehan dari Alvin berusaha mendorong Alvin, namun apa daya gadis mungil itu. Tenaganya tidak ada apa-apanya di banding laki-laki brengsek di depannya ini.

Tatapan Alvin membuat Fayra semakin menangis, dia tidak akan bisa menjerit. Kalau pun dia menjerit pasti dia yang akan di salahkan oleh keluarganya.

Dia pasti akan di tuduh menggoda Alvin karena Alvin ini anak emas di keluarganya.

Hampir Alvin kembali melecehkan Fayra untuk kedua kalinya, namun Nancy datang di waktu yang tepat.

"Ngapain kalian berdua!" sentak Nancy yang melihat Alvin dan Fayra dalam posisi yang sangat intim.

Alvin langsung menjauh, "dia godain gue dek, dia bilang dia rela badan dia buat gue biar dia bisa dapat duit buat foya-foya" ucap Alvin yang begitu menusuk ke hati Fayra.

"Oh jadi ini kerjaan Lo tiap hari pulang malam" ucap Nancy yang membuat Fayra tidak mampu menahan air matanya untuk tidak turun.

"Lo jaga diri dek, jangan sampai Lo jadi jalang kaya dia" ucap Alvin dan langsung menggandeng tangan Nancy meninggalkan dapur.

Fayra langsung terduduk mendapat perlakuan seperti tadi dari kakak sepupunya, semua pelecehan kakaknya semakin berputar-putar di kepala Fayra. Gadis itu sampai memukul kepalanya berharap bayang-bayang itu hilang.

"Papa" gumam gadis itu pelan dan terus memukul kepalanya tanpa ada yang menyadari keadaan Fayra yang saat ini sangat hancur.

Kita dan Takdir (On Going)Where stories live. Discover now