Mengalah

584 96 13
                                    

You and Me – Mengalah

“ibu! Ampun, bu! Huhuhu…” Teriak Osamu yang disaat itu usianya baru menginjak sepuluh tahun.

Sang ibu tidak menggubris permohonan Osamu. Ia terus menarik kerah kaos yang dikenakan oleh Osamu, menyeretnya kedalam kamar hingga kepala Osamu terpentuk oleh tembok. Untuk beberapa saat, Osamu hampir kehilangan kesadarannya. Seluruh isi kepala milik Osamu seperti tidak berfungsi sejenak.

“BERAPA KALI IBU BILANG… JANGAN AJAK AYAH KETEMU TERUS!!” Bentak Ibu yang sudah geram dengan tingkah Osamu. Kedua tanggannya tidak berhenti memukul tubuh Osamu, meskipun berkali-kali Osamu meminta pengampunan.

“udah bu… udah… sakit…” kata-kata yang Osamu ucapkan terus terjeda oleh isak tangisnya. Terkadang membuat apa yang ia ucapkan tak terdengar begitu jelas.

Semua bermula ketika Osamu terus mendesak ayahnya, agar mau bertemu lebih sering. Sejujurnya, Osamu tidak pernah bertanya- mengapa ayah tidak tinggal bersama dirinya dan juga ibunya. Osamu sudah merasa cukup, apabila bisa bertemu dengan ayahnya.

Menghabiskan waktu bersamanya merupakan salah satu kegiatan yang Osamu sukai.

“bu… Samu, Samu cuma mau main sama ayah…” gumam Osamu, menahan rasa sakit pada kulit kepalanya. Sementara ibu masih terus menarik segenggam rambutnya itu.

Ibu sudah muak mendengar Osamu berbicara.

“Samu sayang ibu… ibu nggak sayang sama Osamu, ya?” Entah mengapa, Osamu malah berujar demikian. Sekujur tubuhnya sudah terasa nyeri karena sentuhan fisik yang tak kunjung dihentikan oleh ibunya.

Sosok wanita dihadapannya itu seperti orang yang emosinya sudah lepas kendali.
“bukannya Osamu ini anak ibu…” air mata Osamu mengalir, ia memberanikan diri untuk menatap wajah ibunya yang masih dipenuhi oleh amarah. Kedua matai bunya terlihat kosong, seperti orang yang perasaannya sudah mati.

“sejak kapan kamu itu jadi anak saya?” Ibu mengangkat tubuh Osamu, kemudian membantingnya keatas ranjang.

Seluruh tulang-tulang Osamu seperti terurai, lepas dari sendi-sendi yang menghubungkannya. Pandangannya kabur. Hanya ada secarik cahaya lampu yang mengisi pengelihatannya.

“kenapa kamu sok baik, persis si jalang itu?!” Teriak ibu, frustasi akan keadaan membuatnya terus menarik-narik rambutnya sendiri.

“A-asal kamu tau, ya… kamu itu bukan anak saya!” Sang ibu terus menunjuk kearah Osamu, sementara yang ditunjuk tidak terlalu sadar akan perkataannya.
Osamu sudah hampir mati disaat itu.

“saya sengaja nuker bayi saya dengan kamu, supaya kelak- anak saya bisa mendapatkan hak-nya! Yaitu hidup ditemani sosok ayah!” tak tahan melihat wajah Osamu, membuat sang ibu segera keluar dari ruangan tersebut.

Kedipan mata Osamu begitu pelan, terjadi selama beberapa kali. Meskipun hampir kehilangan kesadaran, Osamu masih mendengar dan merekam perkataan ibunya itu didalam kepala. Pada usianya yang baru sepuluh tahun, Osamu belum sepenuhnya paham dengan apa yang dibicarakan oleh ibunya.

Yang diperlajari Osamu dihari itu adalah, dirinya sudah membuat ibunya marah. Karena itu, dikemudian hari- Osamu berjanji, tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Tidak perduli berapa kali ibu menghujani tubuhnya dengan kekerasan fisik, Osamu akan tetap mengalah dan meminta maaf.

Kedengarannya mungkin konyol. Tapi bagi anak seusianya yang tidak memiliki siapapun selain ibunya, membuat Osamu ketakutan. Ia tahu bagaimana sakitnya melihat anak-anak lain yang menghabiskan waktu bersama ayahnya. Sementara Osamu tidak dapat melakukannya setiap hari.

Cukup sosok ayah yang hilang dari bagian hidupnya. Osamu tidak ingin ikut kehilangan sosok ibu juga.

Untuk itulah, setiap harinya- Osamu terus bertekad untuk menjadi anak yang baik.
“Samu… sayang banget sama ibu.” Osamu mengingau. Tubuhnya yang lelah menghantarkan jiwanya beristirahat dialam mimpi.

You and Me - Miya Twins [ END ] ✓Where stories live. Discover now