Kita adalah Saudara

560 108 28
                                    

You and Me – kita adalah saudara

Suara jarum jam terdengar jelas dimalam itu, berdampingan dengan alunan musik ringan yang berasal dari tekanan tuts piano. Jemari Osamu berhenti, usai merasa pegal. Perasaannya gundah, dan tidak dapat menikmati permainan pianonya itu.

Osamu bukanlah seorang musisi, bahkan tidak terlalu mahir memainkan alat musik. Ia hanya melakukannya ketika perasaannya sedang tidak nyaman.

Terkadang, alunan musik membuat pikiran negative teralihkan. Tentunya, Osamu bisa mendapatkan ketenangan meskipun sejenak.

“kenapa berhenti? Suaranya enak loh.” Puji Atsumu yang sedaritadi menempati sebagian kursi yang diduduki oleh Osamu. Ia menoleh sedikit, lalu melihat jemari Osamu yang bergetar kecil.

“gue boleh nanya nggak?” Osamu menarik kedua tangannya dari atas tuts piano.

“lah, itu lo udah nanya, Sam.” Kata Atsumu jahil.

Yah, Atsumu tidak salah, sih. Tapi inti pertanyaan yang Osamu maksud bukanlah seperti itu.

“tanya aja…” Kekeh Atsumu kemudian.

Kepala Osamu tertunduk. Ia menatap kedua tangannya yang terkepal diatas paha.

“ayah sama bunda, pernah bertengkar nggak?”    Osamu menjeda sejenak pertanyaannya.Belum usai mempertanyakan sesuatu yang sangat-sangat ingin ia ketahui.    “… dan, pernah nggak- lo bersusah payah ngebuat mereka akur?”

Dahi Atsumu berkerut, lalu menatap langit-langit ruangan sembari berpikir. Lebih tepatnya, Atsumu sedang mengingat-ingat.

“mereka berdua akur banget didepan gue. Buktinya, gue baru tau- kalo ayah punya anak dari perempuan lain.”    Kali ini, Atsumu menjawabnya dengan sedikit candaan. Sepertinya, Atsumu mulai menerima keberadaan Osamu- sedikit demi sedikit.    “… bisa dibilang, gue yang nggak peka sama hubungan orangtua gue sendiri. Lagipula, mereka, maksud gue- kalian semua nutupin segala hal dengan sangat sempurna.”    Lanjutnya dengan sedikit terbata-bata.

Osamu mengangguk kecil, kemudian membayangkan kehidupan Atsumu yang penuh kedamaian itu. Hanya saja, setelah mengetahui fakta perbuatan ayahnya- Atsumu pasti sempat berpikir bahwa ia sudah dibodoh-bodohi selama ayahnya hidup.

“Tapi, Sam…”    Atsumu menjeda ucapannya.    “… kayaknya gue harus minta maaf, deh… perihal perilaku gue yang pernah nolak keberadaan lo.”    Katanya kemudian.

Seharusnya, Osamu senang mendengar kalimat itu terucap dari bibir Atsumu. Karena, misi Osamu sebelumnya- adalah mencari perhatian dari sang kakak. Entah kenapa, sekarang- Osamu malah merasa bahwa kemunculannya malah seperti benalu.

Pastinya, Atsumu masih sulit untuk memaafkan ayahnya.

“gue dapet kebahagiaan dari kedua orangtua gue, tapi belum tentu lo ngedapetin hal itu.”    Atsumu menyandarkan tubuhnya, tepat pada tubuh Osamu yang juga duduk membelakanginya.    “… lo pasti punya rasa penasaran, kan? Gimana rasanya disayang sama seorang ayah?”    Atsumu menduga demikian.

Osamu meng-iyakan dugaan Atsumu.

“ada moment dimana gue capek banget jadi perantara diantara ayah dan ibu.”    Osamu mengangkat kembali jemarinya, memposisikan sepuluh jari itu diatas tuts piano.    “… Saat mereka berantem, misalnya ayah mau nyampein sesuatu- dia bakal jadiin gue sebagai perantara buat nyampein pesannya itu ke ibu. Begitupula sebaliknya.”    Jelas Osamu, kemudian memainkan sebuah musik dengan irama lambat. Membuat apa yang ia ceritakan terdengar semakin haru.

“… yang bikin capek, setelah gue nyampein masing-masing pesan itu- Ayah sama ibu malah  ngeluapin rasa marahnya ke gue. Seolah-olah, gue yang punya pemikiran untuk bicara kayak gitu ke orangtua gue sendiri.”    Alunan piano yang ditekan terdengar seperti sedang ditekan paksa, menggambarkan amarah yang sedang Osamu ceritakan.    “kesannya, gue ini serba salah dimata mereka.”    Diakhir ceritanya, Osamu mendengus kesal.

You and Me - Miya Twins [ END ] ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin