10

1.2K 196 14
                                    

Mémoire

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

"Kau yakin? Aku merasa gelisah sedari tadi." Betul saja, sedari tadi [Name] terus menggenggam erat ujung baju Izana. Ia merasa gelisah.

Elusan diberikan, Izana mencoba menenangkan gadisnya. "Tidak akan terjadi sesuatu padaku. Kau ingat? Aku kuat dan tidak akan kalah dari siapapun."

Beralih pada kedua tangannya, Izana menggenggam kedua tangan itu dengan lembut. "Kau tidak perlu khawatir, aku akan memerintahkan Kisaki untuk menjagamu."

"Bukan diriku. Aku mengkhawatirkan dirimu, Izana."

Izana tersenyum tipis. "Aku akan baik-baik saja, percayalah padaku."

Ia memberikan sesuatu pada [Name]. "Dulu aku sempat mengambilnya dan lupa mengembalikan ini padamu. Untuk saat ini tongkatmu yang kau cintai harus berpisah sejenak darimu, kau harus menggunakan tongkat yg ini terlebih dahulu selama beberapa saat. Mengerti?"

[Name] menerimanya. Ia meraba tongkat yang terasa familiar. "Aku mengerti."

"Satu hal lagi."

Izana mengecup singkat dahinya.

"Setelah ini, mari menjalin hubungan."

[Name] terkekeh pelan. "Aku akan menolakmu bila kau terluka."

"Bersiaplah, karena aku tidak akan terluka."

Ia meninggalkan [Name] dalam keadaan tersipu malu di kamarnya.

Selaku pemimpin geng Tenjiku, Izana sudah bersiap dengan seragamnya. Segera menghampiri Tetta lalu berbisik, "Kisaki, bawa dia bersamamu. Jika dia terluka barang sedikitpun, maka aku akan membunuhmu."

Seketika Tetta kesulitan menelan saliva.

.

[Name] tidak mengerti.

Suara tembakan serta teriakan dari berbagai arah menyebut nama Izana, terngiang-ngiang di benaknya.

"Izana ...."

Tongkat yang ia pegang terjatuh begitu saja.

Dua kali ia merasa hal yang sama ketika ibunya meninggal. Kaki seakan kesulitan menompang tubuh, perut mual, dan air mata yang menumpuk di sudut mata.

Mémoire | Izana X Reader Where stories live. Discover now