1

2K 237 6
                                    

Mémoire
.
.
.

Kurokawa Izana

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

X

.

You

.

Di bawah lembayung yang hampir menyembunyikan baskara, mereka menghilangkan penat sehabis beradu fisik dengan geng yang menantang. Tentu saja kemenangan lagi dan lagi dikantongi Tenjiku.

Anggota Tenjiku terbukti sangat mengerikan. Bermodalkan kekuatan tempur yang kuat, bahkan sang pemimpin tak perlu turun tangan untuk mengatasinya.

Selepas itu pula, deru puluhan motor menggema hingga keseluruh penjuru jalanan. Bermodalkan rasa percaya diri serta mimik merendahkan, hal itu menandakan bahwa Tenjikulah geng yang menguasai Yokohama. Tak jarang pula terdengar seruan lantang dari beberapa anggota menyoraki nama geng mereka dengan penuh kebanggaan. Meski berakhir mendapat cemooh dari masyarakat sekitar.

"Anak jaman sekarang sungguh keterlaluan!" Seorang pria parubaya langsung menepi kala sebuah motor hampir mengenainya.

Tak diperdulikan, Madarame Shion sebagai pelaku malah kembali meneriakkan kalimatnya, "MENYINGKIRLAH PARA BEDEBAH!" Setidaknya ia sudah memperingati, pikirnya.

Tak jauh dari Shion, Haitani bersaudara tampak tenang. Rindou dengan kesibukannya mengemut permen serta Ran yang fokus pada jalanan.

Dan di depan sana, bak prajurit mengawal rajanya, Izana memimpin jalan mereka. Seringaian khas meski manik memancarkan kekosongan tak mengurangi kharisma seorang pemimpin.

Lantas ... mengapa ia lengah?

Tak perlu menunggu beberapa menit kedepan, saat ini Izana membelalakkan mata.

Ternyata ia baru saja menabrak sesosok gadis dahayu.

"Apa yang terjadi, Izana?" Kakucho Hitto turun dari motornya, lalu menghampiri Izana. Disusul para anggotanya yang turut berhenti. Kemudian berakhir pada kemacetan yang cukup panjang.

Yang ditanya malah bergeming.

Kakucho mengalihkan atensinya pada seorang gadis yang terduduk di depan motor Izana sembari meringis. Agaknya terdapat sedikit cidera pada si dahayu.

Tidak ingin memperlama kemacetan, Kakucho hendak membantu gadis itu berdiri, akan tetapi ditepis. "Apakah kau masih bisa berdiri, nona? Aku akan membantumu."


Netranya terturut rapat. Tangannya malah sibuk mencari keberadaan tongkat yang semula berada di tangannya dari pada menghiraukan pertanyaan Kakucho.

"Kau mencari ini?" Izana menyodorkan sebuah tongkat padanya.

Gadis itu langsung menerima, kemudian berdiri dengan bantuan tongkat itu. "Arigatou, meski kau lah yang membuatku terjatuh." Terdapat nada ketus di kalimatnya.

"He .. apa kau buta? Seharusnya kau bisa melihat banyak kendaraan hendak melaju."

"Aku memang buta. Tetapi, perlukan aku melontarkan pertanyaan yang sama denganmu? Aku tahu betul bahwa saat ini adalah lampu hijau bagi pejalan kaki untuk menyeberang."

Setelah melontarkan kalimat pembalasan, ia malah mendapati sebuah benda tumpul mengenai permukaan lehernya. "Kau terlalu banyak berbicara, nona. Benda ini akan segera menghabisi nyawamu jika kau berani melawan bos kami."

Ternyata Ran sudah mempersiapkan diri.

"Kejam sekali, ingin memukul seorang gadis tunanetra yang baru saja menjadi korban bos mu?"

Rindou menyipitkan matanya, mencoba memastikan sesuatu. "[Name] kah?"

"Haitani-san?" sahut gadis itu.

Si sulung Haitani mengernyitkan dahi. "Kau mengenalnya?"

Dibalas anggukan oleh Rindou. "Ya, dia teman sekelasku."

"Tak ku sangka kau berada di kelas yang sama dengan nona buta ini, Rindou." Izana tersenyum remeh.

"Ya ... aku juga tidak menyangka, mungkin karena dia cukup cerdas," balasnya malas.

[Name] tidak ingin berlama-lama di sana, ia kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Meski sedikit terseret, sebab pergelangan kaki yang terasa amat nyeri. Secara sadar, ia mengabaikan rasa sakit dan cemoohan para anggota Tenjiku di sana.

"Ano, [Name]-san. Biar ku antar kau pulang," tawar Kakucho. Entahlah, lelaki ini hanya merasa bertanggung jawab.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri, lebih baik kau ajarkan lelaki yang baru saja menabrakku itu untuk meminta maaf."

Ia kembali melangkah dengan bantuan tongkat di tangannya. Meninggalkan Izana yang kembali bergeming.

"Huh?"


•••


Tidak ada maksud untuk menyinggung pihak manapun, saya selaku pembuat cerita ini meminta maaf bila pembaca sekalian merasa tersinggung. Atau pun terdapat kata-kata yang tidak mengenakkan hati.

Pict: https://pin.it/5Fd0C1T

Mémoire | Izana X Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang