Part 14

1.6K 206 12
                                    

Raven telah membenamkan dirinya selama kurang lebih 20 menit hingga ketukan pintu terdengar dari luar sana. Raven mengusap matanya dan segera merapikan penampilannya.

"Masuk"

Daun pintu yang terbuka menampakkan David, seorang kepala pelayan yang telah lama melayaninya. "Saya memberi salam kepada Tuan Raven", Ujar David. Raven mengangguk dan menanyakan arti dari kedatangannya. David segera mendekat dan mengucapkan beberapa patah kata yang membuat Raven beranjak untuk berdiri, meninggalkan tumpukan kertas di dalam ruangannya.

David berjalan di belakang Grand Duke Vensancte dengan hati yang tak tenang. Bagaimana tidak, air wajah Raven saat ini terlihat serius dan gelisah. Tidak seperti biasanya, langkah kaki Raven terdengar sangat keras, menggema di seluruh ruangan.

"Sudah berapa lama ia menunggu?", Tanya Raven ketika hendak sampai di sebuah ruangan.

"Ia baru saja datang beberapa saat yang lalu, Tuan", Sahut David. Raven membuka pintu di hadapannya dan memaksa sebuah senyuman terbit di wajahnya. Ia memandang gadis yang mengenakan gaun berwarna abu tua dengan sedikit renda. Ia juga memasang sebuah aksesori berbentuk bulan pada rambut cokelatnya.

Gadis itu berdiri dan segera memberi salam pada Raven Vensancte.

"Saya memberi salam kepada Grand Duke Vensancte, Sang Perisai Kekaisaran"

Raven mengangguk dan mempersilahkan gadis itu untuk kembali duduk. Seorang pelayan perempuan memasuki ruangan tersebut dan menyeduh teh untuk mereka berdua. Gadis itu tersenyum sambil mengucap terimakasih pada pelayan yang telah menyajikan teh. Kemudian ia menghirup aroma dari uap yang timbul dan meneguk teh tersebut.

"Teh Rosella, Pilihanmu tidak pernah salah, Tuan"

Gadis itu menambahkan sekeping gula berbentuk kubus kecil dan mengaduknya dengan sendok. Perlahan ia meletakkan sendok, kemudian kembali meneguk tehnya. Raut wajahnya terlihat lebih cerah sembari menatap mata pria itu dengan sebuah arti.

"Saya lebih suka menambahkan sedikit pemanis ketimbang membiarkan rasa asam itu muncul"

Gadis tersebut menaruh cangkirnya ke tempat asal dan memulai sebuah percakapan. Namun sebelum ia sempat berbicara, Raven telah membuka mulutnya terlebih dahulu.

"Mengapa kau datang kemari, Beatrice?"

"Mengapa? Sebagai seorang kekasih bukankah saya berhak untuk datang kapanpun bahkan-"

Beatrice menutup mulutnya dan mulai meneteskan air mata. Raven yang melihat hal tersebut, mengangkat alisnya kebingungan.

"Apakah anda berselingkuh, Tuan? Apa karena itu anda tak ingin menemui saya?"

Beatrice mengambil sapu tangannya dan terdiam sambil terisak pelan setelah bertubi-tubi melemparkan pertanyaan pada Raven. Raven yang melihat hal tersebut hanya bingung dan segera memposisikan tubuhnya agar terlihat lebih baik. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali hanya untuk memastikan bahwa seorang Beatrice lah yang tengah terisak.

"Aku tak berselingkuh, Beatrice"

Beatrice yang mendengar hal itu, sontak tersenyum dan menggenggam tangan Raven.

"Saya sangat percaya pada anda, Tuan"

"Tujuan saya datang kemari hanya untuk memberi kabar bahwa saya akan pergi dan menemui ayah saya, Viscount Frans selama beberapa hari"

Raven hanya memberikan sebuah jawaban singkat padanya dan memilih untuk mengakhiri percakapan itu dengan cepat.

"Tentu, bahkan kau tak perlu meminta ijinku untuk menemuinya". Pria itu meneguk tehnya dengan cepat, sembari memanggil David untuk mengantarkan Beatrice ke wilayah bagian barat. Sementara Raven langsung pergi keluar tanpa berpamitan dengan Beatrice.

The Villainess Wants To Meet A Good EndingWhere stories live. Discover now