Chapter 27

279 29 7
                                    

Ada Katsuki Bakugo di sana. Berdiri tegap membelakangi pintu masuk. Mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung sebatas siku. Celana kain telah merosot ke lantai. Tangan kekar memegangi pinggul seseorang di hadapannya. Pinggul dengan kulit putih mulus.

Seorang wanita?? Dia pikir begitu. Pasalnya mengenakan kain yang ia yakini rok seragam SMAnya dulu. Juga seragam putih yang telah robek ulah Katsuki. Rambut palsu dan dalaman wanita bercecer di lantai.

Menjijikan!

"A-ah ... Ah!"

Suara rintihan datang terdengar. Sang submisif (baca yang dibawah/bottom) menyandarkan tangan pada dinding putih. Punggung sempit melandai. Menungging. Bongkahan pantatnya maju mundur. Merintih tiap kali Katsuki menggenjotnya. Katsuki meremas pinggul sang submisif hingga meninggalkan memar, tetapi sang sunmisif malah memohon lebih keras.

"Akh~"

Suara tamparan antar kulit menggema dalam ruangan yang cukup luas.

Ia tahu, seharusnya ia tak datang.

Tubuhnya tak dapat digerakkan. Kebas. Mati rasa.

Manik hijau emerald membelalak. Mulut menganga ditutup rapat dengan kedua tangan.

"Ah, di sana—lebih ... cepat! Nikmathh~, Kathsuu, lebih dalam!!"

Sang submisif membalik tubuh. Merubah posisi dengan saling menghadap. Saliva melumuri area bibir. Menetes. Wajah semakin seksi. Pipi merah. Lemah. Nampak sangat bernafsu. Tak ada ekspresi datar dan kaku seperti yang biasa ia tampilkan.

"Aku bertemu pasangan takdirku. Sudah sangat lama,"

Tubuh sang sunmisif diguncang-guncang sambil terus digempur ke dinding.

Di tengah sesi panas, sang submisif tiba-tiba menoleh ke arah pintu. Mendelik.

Air muka seketika berubah. Berubah kalut dan ketakutan. Reflek, ia mendorong Katsuki sambil berteriak, "jangan lihat!"

Matilah. Kami ketahuan.

Tersadar. Katsuki merasakan aroma manis yang berbeda dengan milik Shoto. Katsuki menoleh dan menatap horor sosok yang telah berderai air mata. Pelan, menurunkan Shoto. Napas keduanya memburu. Shoto tak tahu harus berbuat apa. Lututnya lemah dan ia terjatuh. Segalanya menjadi buram.

Mimpi buruk akhirnya menjadi kenyataan.

Katsuki yang dua kali lebih khawatir buru-buru memperbaiki posisi celana. Lelaki alpha mencoba mengeluarkan suaranya yang tercekat.

"I—Ini hanya ... aku ...," bahkan tak mampu meneruskan frasa. Tangannya terulur. Tungkai kaki mencoba melangkah namun terhenti kala Shoto menarik tangannya. Menggenggam begitu erat.

Merah ruby dan heterochromia iridium saling bertukar tatap. Shoto memohon dengan isyarat ekspresi wajah.

"Jangan tinggalkan aku ..."

Di satu sisi Katsuki menoleh ke arah pemuda hijau. Dilihatnya bekal makan siang beserta nasi dan lauk jatuh berceceran di lantai.

"Kacchan, hari ini aku pulang siang. Jadi mari makan siang bersama. Akan kubuatkan bento terlezat dengan resep cinta!"

Ah, Katsuki melupakannya.

Scum Season 2Where stories live. Discover now