"Aku ngga mau orang - orang salah faham." Ucap Sarella karena biar bagaimanapun, orang - oramg mengetahui jika Kafka dengan Sania susah dijodohkan dan akan bertunangan. Sarella tidak ingin orang - orang salah paham pada dirinya.

"Lo pikir gue peduli?" Kafka mendekatkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Sarella. "Gue ngga peduli Sarella. Sama sekali ngga peduli sama apa yang bakal nyebar diluar sana."

"Tapi aku peduli! Sadar kak, kamu itu calon tunangan Sania. Dan kamu mgga pantes ngelakuin ini sama aku."

"Ngelakuin apa?" Ucap Kqfkq enteng, tetapi tidak mendapat jawaban dari Sarella. "Lo pikir gue bakal ngelakuin apa Sarella?"

"Ka..kak..."

"Ini?"

Sarella tidak sempat menghindar, saat dengan tiba - tiba Kafka menempelkan bibirnya dengan mulus dibibir gadis itu. Sarella cept - cepat melepaskannya, masih dengan mata membulat. Berbeda dengan Sarella, Kafka mengusap bibirnya sekalis sebelum tersenyum pada Sarella. "Gue bisa aja ngelakuin hal yang lebih dari ini, atau bahkan lebih dari sebelumnya. Tapi gue milih buat nahan. Jadi lo jangan coba - coba mancing gue yang bisa bikin diri lo sendiri dalem bahaya. Sikap gue, tergantung gimana kelakuan lo ke gue."

Kafka mengusap lembut rambut halus Sarella lalu menyelipkannya dibelakng telinga. "Cukup nurut sama gue, dan gue jamin lo bakal aman."

***

"Kak Kafka!" Teriak Sania sambil berlari menghanpiri Kafka yang baru saja memasuki area kantin. Gadis itu tersenyum lebar, lalu dengan percaya diri langsung melingkarkan lengannya di lengan Kafka. "Kita makan bareng ya kak." Ucap Sania, masih dengan senyum sumringah.

Kafka menatap Sania sekilas, lalu melepaskan lengan Sania dari lengannya. Laki - laki itu menghampiri Daffa dan Kenzo yang sudah berada di kantin terlebih dahulu. Laki - laki itu tidak peduli dengan Sania yang terus saja mengkorinya.

"Kak, kamu udah tau kan kalo nanti kita ada makan malem bareng?"

"Gue engga dateng." Ucap Kafka malas, sambil mendudukan dirinya dibsamping Kenzo.

"Loh kenapa? Ini acara penting lo kak. Kamu ngga boleh ngga dateng."

"Lah ngatur?" Tiba - tiba Daffa menyahut yang tentu saja mendapat delikan dari Sania. Sangat terlihat jelas jika laki - laki itu tidak menyukai Sania.

Sania mengambil posisi tepat disamping Kafka yang berhadapan langsung dengan Daffa dan Kenzo. "Kamu dateng kan kak? Aku udah rela  batalin jadwal pemotretan aku hari ini demi dinner ini."

"Ngga ada yang nyuruh lo buat batalin   Pemotretan sampah lo itu." Bukan Kafka yang menjawab, melainkan Daffa yang terlihat sangat enteng saat mengeluarkan kata itu.

"Gue ngga ngomong sama lo!" Balas Sania sinis.

"Gue ngewakilin Kafka." 

Sania menatap tajam Daffa, sebisa mungkin ia menahan emosinya. Gadis itu hendak menyentuh lengan Kfka, tapi dengan segera Kafka menghindarinya.

"Jangan sentuh gue."

"Kak..."

"Pergi." Kafka berucap tajam, tanpa menatap Sania yang ada disampingnya.

Sania mengepalkan tangannya, menahan rasa malu atas penolakan Kafka. Belum lagi senyuman mengejek milik Daffa dan tatapan beberapa murid yang melihat kearahnya. "Tapi kamu harus dateng ya kak. Ini acara penting banget."

"Lo pikir lo siapa ngatur - ngatur gue?" Ucap Kafka penuh emosi.

Sania bungkam, tidak tau harus mengatakan apapun. Gadis itu
berdiri, lalu tanpa mengucapkan kata apapun, Sania langsung pergi dari kantin.

"Gue ngga suka banget sama tu cewe, auranya jelek banget sumpah." Ucap Daffa, setelah menghentikan tawanya. "Lo abis dari mana?"

"Bukan urusan lo."

"Halah, ngga udah lo bilang juga gue udah tau."

"Kalo lo nudah tau ngapain nanya lagi?" Ucap Kenzo, sambil memainkan ponselnya.

Daffa menatap tidak percaya pada laki - laki disampingnya. Bukan lebay, tapi itu adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan oleh Kenzo padanya. "Makasi Tuhan, akhirnya sekarang Kafka sama Kenzo ngomongnya udah banyak." Ucap Daffa alay.

"Eehh btw gue serus nanya, lo beneran suka sama Sarella?"

"Kenapa?"

"Yaa ngga sih, gue kira lo cuma main - main doang. Secara gue kan tau type lo kek gimana."

"Kalo gue beneran suka sama dia kenapa?"

"Ya ngga apa sih. Tapi dari penglihatan gue ya, keknya dia ngga suka sama lo deh, lo liat aja dia selalu ngehindar dari lo. Bahkan ni ya, waktu seminggu lo ngga nyamperin dia, tu cewe fine fine aja."

"Terus masalahnya dimana? Yang jelas gue suka sama dia, udah."

"Sarap ni orang, lama - lama lo ketularan Kenzo."

"Gue bakal bikin dia suka sama gue. Gimanapun caranya."

Daffa hanya dapat menggeleng mendengar perkataan Kafka, jika dibandingkan dengan kedua temannya, mungkin dirinyalah yang paling normal diantara ketiganya. Daffa sedikit merasa perihatin pada Sarella, entah hal apa saja yang akan Kafka lakukan pada gadis itu, tapi yang jelas Sarella sudah terperangkap bersama Kafka di dalamnya, dan jangan berharap jika gadis itu bisa pergi dengan mudah dari laki - laki bernama Kafka itu, Karena apapun yang sudah menjadi milik Kafka tidak akan pernah lepas dari laki - laki itu.

Tbc

KAFKAWhere stories live. Discover now