"Lalu..."

"Kita hanya tinggal menunggu dan menandatangani kontrak dengan salah satu yang menawarkan kesepakatan terbaik."

"Ah."

Mendengar perkataanku, kepala pelayan memberikan seruan kecil lalu dengan lembut menganggukkan kepalanya.

"......Saya akan melakukannya, Nona."

Matanya yang menatapku sangat tajam. Seperti dia ingin mengatakan 'Bagaimana anda bisa berpikir hal itu....?'

'Aku bisa lihat semuanya, Pak.'

Aku mendengus dalam hati dan menanyakan hal utama yang tidak bisa kutanyakan kemarin.

"Dan, sampai sejauh mana pakaian Ikliess selesai?"

"Dikatakan hampir selesai."

"Berapa lama lagi?"

"Saya mendapatkan panggilan bahwa hanya perlu beberapa penyelesaian... Apakah anda sedang terburu-buru, Nona?"

Kepala pelayan bertanya dengan bingung. Wajar saja, pakaian yang terbuat dari kulit buruan itu adalah pakaian untuk musim dingin. Dalam cuaca hangat yang beralih ke musim gugur ini tidak akan ada yang memakainya.

"Apakah say harus membayar lebih untuk penjahit supaya bergegas?"

"Tidak, bukan apa-apa. Itu tidak mendesak saat ini..."

Aku menggelengkan kepalaku. Hal yang mendesak adalah hatiku dibandingkan pakaian. Ketika batas waktu satu bulan tiba, aku merasa gugup tidak seperti sebelumnya.

"Kepala pelayan, jam berapa pelatihan para ksatria berakhir hari ini?"

"Hujan akan turun di sore hari, jadi saya mengetahui bahwa hanya ada jadwal latihan pagi hari ini."

"Setelah pelatihan, beri tahu Ikliess untuk datang ke tempatku."

"Ya, saya mengerti, Nona."

Aku menyukai perawakan kepala pelayan yang merespon dengan patuh tanpa mengeluh lagi.

* * *

Tepat setelah makan siang, hujan mulai mengguyur seperti kebohongan. Aku membaca buku sponsorship sambil menunggu Ikliess, mengubah tujuan menjadi ke rumah kaca.

KREEKK— 

Saat aku membuka pintu kaca dan masuk, aku disambut dengan campuran tanaman hijau dan bunga yang harum. Saat makan siang kemarin, aku begitu sibuk memeriksa kepala para karakter pria, aku tidak punya waktu untuk melihat-lihat rumah kaca dengan benar. 

Rumah kaca yang ku temukan kembali indah, tenang, dan hening.

"Tidak apa-apa."

Aku melihat sekeliling interior yang luas, lalu berjalan secara bertahap. Ada meja lucu di mana bisa menikmati teh di tengah paviliun, tetapi aku melewatinya begitu saja. Lalu aku pergi ke sudut yang sulit dilihat dari pintu masuk dan duduk.

Sekelompok bunga putih kecil yang tidak dikenal bermekaran penuh di sekelilingnya. Tampaknya itu diurus dengan baik.

'Aku pasti memperhatikannya.'

Tepat sebelum aku meninggalkan ruangan pagi ini, aku ingat permintaan kepala pelayan.

— Kami telah membawakan banyak bunga dan tanaman langka dari negara lain, jadi silakan sering-sering mengunjungi rumah kaca, Nona. Duke juga menginstruksikan kami untuk mengelolanya sepanjang tahun.

Setelah menyaksikan penganiayaan yang omong kosong terhadap seorang putri di ruang makan, tampaknya Duke berjuang dengan berbagai cara. Buktinya, lantai 3 yang ditutup selama 6 tahun sudah dibuka, loteng bisa dinaiki lagi.

Tapi, setelah pertengkaran sengitku dengan Reynold, aku tidak mendekati tempat itu. Jadi kali ini aku akan ketempat disaat rumah kaca itu telah terbuka.

'Jika itu Penelope, dia akan senang sekali.'

Aku merasa sedikit menyesalinya dan aku dengan lembut membelai pipiku. Aku berterima kasih atas upaya Duke, tapi aku memutuskan untuk tidak sepenuhnya menikmati pemandangan di dalam rumah kaca yang hijau dan indah ini dan tidak menggunakannya secara menyeluruh.

Ikliess memiliki tempat pertemuan yang terbatas dibandingkan para karakter pria lainnya. Kalau aku tidak pergi keluar, akan sulit untuk membawanya keluar, tapi aku tidak bisa pergi ke sembarangan  tempat karena perbedaan status. Apakah kamu ingin membawa seorang budak ke opera bangsawan atau pergi ke restoran terkenal?

'Tsk, itu cukup sulit.'

Pemandangan yang aku lihat kemarin menarik hatiku. Ikliess masih belum mempelajari swordmanship yang benar.

(tl/n: swordmanship itu ilmu pedang)

'Kalau Duke membawanya seperti dalam game, apakah dia akan diposisi lebih baik sekarang...'

Tapi kalau itu masalahnya, Ikliess tidak akan begitu menyukaiku. Karena aku satu-satunya pemilik yang menyelamatkannya dari rumah lelang budak yang mengerikan. Sayangnya, tidak ada yang bisa kulakukan untuknya saat ini. Sebagai 'Putri Palsu' dalam posisi yang buruk, 

Aku harus berterimakasih pada Derick karena menerimanya sebagai ksatria magang di keluarga. Selain itu, Derick dan Duke bahkan lebih tidak senang dengan Ikliess saat terakhir kalinya dia mencekik ksatria lain.

'Tetap saja, dia tidak langsung diusir.'

Meskipun tidak seperti cerita utama dari game ini, akan sedikit terlambat bagi Ikliess untuk menjadi ahli pedang...

'Pokoknya, ketika putri asli muncul, dia akan mengurus semuanya.'

Kupikir itu sedikit dingin. Satu-satunya hal yang penting bagiku saat ini adalah kesukaan. Ikliess membutuhkan nona yang manis dan wanita malaikat dibandingkan diriku.

'Semuanya terserah pada wanita itu setelah aku melarikan diri.'

Berjuang untuk merasionalisasi, aku membuka buku di pangkuanku. Sudah berapa lama sejak aku tidak membaca buku? Kelopak mataku mulai turun dengan perlahan karena udara hangat magis di dalam. Surat-surat itu menjadi kabur saat awan tidur mengalir deras.

Aku baru saja menutup buku dan berbaring di hamparan bunga. Saat itu aku diselimuti perasaan kabur tertidur dan terlelap dengan mata terpejam.

KREIKK—.

Tiba-tiba, aku merasakan kehadiran seseorang membuka pintu rumah kaca dan masuk.

SREK, SREK. 

Aku mendengar suara langkah di atas rumput. Langkah kaki yang berkeliaran di sekitar rumah kaca untuk sementara waktu akhirnya menjadi konstan, telah menetapkan target tujuannya. Suara yang semakin dekat dan dekat akhirnya...

Sepertinya itu berdiri tegak di samping tempat tidurku. Sampai saat itu, aku belum membuka mataku. Itu tidak disengaja, karena aku benar-benar tertidur dalam keadaan melamun.

SWIIIIII— 

Seseorang berhenti di samping tempat tidurku dan bergerak. Suara helaan napas semakin mendekat. Tampaknya bersandar ke arahku. Tiba-tiba, sentuhan samar menyentuh salah satu pipiku. Tidak, itu tidak sepenuhnya tercapai. Sepertinya aku tidak bisa mencapainya... 

Kehangatan yang tadinya perlahan membelai kulit berangsur-angsur berpindah ke sudut mulut, dari sudut mulut hingga ke bibir bawah. Aku ingin terus berpura-pura tidak tahu, tapi perasaan gelitik yang sudah tidak tahan lagi membuatku tertawa terbahak-bahak.

"......Sentuh saja kalau kamu ingin menyentuhnya. "

Aku perlahan mengangkat kelopak mata dan membuka mataku.

"Karena itu menggelitikku kalau kamu melakukan itu."

Pupil abu-abu-coklat secara bertahap membesar pada kata-kata yang kubisik. Bukan aku yang terkejut dengan jarak yang dekat, melainkan dia. Ikliess menghela napas panas dan memanggilku.

"...Master."

Di pakaiannya yang lusuh, potongan gigi berwarna yang kusajikan menjuntai dilehernya. Satu-satunya ksatriaku yang memenuhi peran sebagai budak yang setia hari ini.

*****

Kematian Adalah Akhir dari Sang Penjahat (END)Where stories live. Discover now