02. Cuti Bersama

124 17 1
                                    

Rindu meletakkan punggung tangannya di dahi Gavin, masih panas. Semalam Gavin bilang kepalanya pusing, dan paginya dia sudah demam.

"Biarin aja sakitnya agak lama, asik kan bisa libur" begitu kata Gavin sambil tertawa kecil.

Rindu tidak percaya bahwa sekarang Gavin seorang laki-laki dewasa bahkan sudah beristri itu demam karena diajak jalan-jalan ke pantai kemarin.

"Masih pusing?" tanya Rindu duduk di tepi ranjang. Dia sudah memberi obat kepada suaminya agar panasnya turun.

"Iya, nggak bisa buka mata" kata Gavin masih memejamkan matanya.
Gavin melirik Rindu sebentar dan memejamkan matanya kembali.

"Kenapa ketawa?"

"Lucu ga sih, kamu tuh demam karena main di pantai. Kayak anak kecil"

Rindu mengambil handuk putih di dahi Gavin yang mulai menghangat, dan mencelupkannya kembali ke ember kecil yang berisi air di meja nakas, memerasnya kemudian menempelkan handuk itu di dahi Gavin lagi.

"Pusing banget ya?"

"Mending kamu mijitin aku" kata Gavin sambil menempelkan tangan istrinya di dahinya yang masih terasa hangat.

"Badan kamu panas banget mas"
Gavin terkekeh mendengar penuturan istrinya, jelas badannya panas karena dia sedang demam.

"Aku nggak bilang badan aku dingin"

"Ngeselin"

"Terima kasih pujiannya"

Rindu makin kesal karena tingkah suaminya yang selalu bercanda

"Mas serius dong "

"Aku juga serius, nanti juga baikan kok"

"Mas beneran sakit nggak sih?! Kayaknya enggak tuh, buktinya masih bisa ngelawan Rindu"

"Rindu jangan buat aku ketawa, kepala aku tambah pusing"

"Masa ke pantai aja sampe demam gini, emang kamu masih balita? Diajak ke pantai sehari langsung tepar. Badan aja gede tapi lemah, canda lemah"

"Orang sakit malah dibully"

"Kamu kayaknya nggak sakit deh, soalnya masih bisa cerewet" kata Rindu tidak mau kalah. Heran, padahal Gavin tidak bisa membuka mata karena pusing yang menderanya. Tapi bibir laki-laki itu tidak berhenti membalas kata-katanya.

"Suudzon ya sama suami"

"Aku panggilin bidan Nela aja ya?"

"Jangan!" seru Gavin menarik tangan Rindu. Laki-laki itu bahkan sekarang sudah setengah duduk hingga membuat handuk basah di dahinya terjatuh ke selimut.

Rindu mengernyit, reaksi suaminya benar-benar berlebihan. Dia melirik tangan Gavin yang masih mencengkram pergelangan tangannya
"Kamu takut jarum suntik ya?" Rindu menatap Gavin penuh selidik, tidak percaya bahwa Gavin dengan tinggi 185 dan memiliki otot di lengan dan perut itu takut jarum suntik yang kecil seperti lidi.

"Kamu ngeremehin suami sendiri?"

"Bukannya gitu mas.."

"Aku bercanda kok. Sini peluk, kalau dipeluk pasti sembuh" Setelah menyingkirkan handuk kecil lembab itu dari selimut, Gavin manarik istrinya untuk berbaring di sebelahnya. Rindu bisa mengamuk melihat handuk basah di tempat tidur.

Rindu beringsut masuk dalam pelukan Gavin, menjadikan lengan berotot itu sebagai bantal.

"Manja banget"

"Sama istri sendiri boleh dong, kecuali aku manjanya sama istri tetangga" Gavin mengecup puncak kepala Rindu.

"Emang berani?" kata Rindu sedikit menengadah, dia bisa melihat ujung bulu mata Gavin dan hidung laki-laki itu yang mancung.

Harta Tahta Kesayangan SuamiWhere stories live. Discover now