Since [Pt. 6-last]

122 9 3
                                    

"Bwahahahahah!” Tawa Bakugou pecah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bwahahahahah!” Tawa Bakugou pecah. “Kalah telak!”

Bakugou memegangi perutnya, terbahak di sebelah Kirishima yang memasang wajah masygul sambil memegang jaring kertas yang robek. Tangan yang satunya menggenggam kantong plastik berisi satu ikan kecil berenang-renang; sendiri dan terlihat menyedihkan. Sangat berkebalikan dengan milik Bakugou; menggembung sesak, pakai kantong plastik yang lumayan besar, dan harus di-double plastik karena penjualnya was-was tiap kali melihat gerak kasar Bakugou, takut plastiknya pecah sewaktu-waktu.

“Jangan dibahas, dong.” Kirishima menggerutu pelan, matanya mencari-cari tong sampah—dia mau membuang jaring robek itu, memalukan menentengnya kemana-mana.

“Habis kamu payah banget.” Bakugou menyeka mata, mengambil napas yang sempat terjeda diantara sisa tawa. Dibenarkannya posisi topeng kitsune—topeng berbentuk kepala rubah— yang terpajang manis di bagian samping kepalanya. “Sampai-sampai penjualnya kasihan.”

“Udah, ah! Jangan dibahas.” Kirishima melempar jaringnya ke tong sampah, masuk dengan sukses. Dia menunduk menekuri jalan. Wajahnya merengut kesal, jengkel mengingat-ingat betapa payahnya dia sampai membayar belasan kali hanya untuk kembali menangkap ikan, melupakan onggokan jaring rusak dekat kakinya. Berkali-kali, sampai akhirnya dia menyerah dan penjaga lapak memutuskan berbaik hati memberinya seekor ikan gratis; mungkin simpati campur kasihan melihat usahanya. “Jadi lapar,” keluhnya.

“Mau kutraktir?” Bakugou menarik ujung outer yang Kirishima pakai. Menunjuk salah satu kios makanan. “Si Rakun bilang di sana enak, Pikachu nambah tiga kali.”

“Rakun—Oh, Mina toh.” Kirishima mengangguk. “Boleh! Daging, kan?” Kirishima berlari mendahului Bakugou.

Ash blonde itu tertawa kecil, berlari menyusul.

“Banyak banget.” Bakugou nyengir menatap bawaan di tangan Kirishima; penuh dengan yang berbau daging-dagingan. Aroma cumi panggang menguar, menggelitik hidungnya. “Serius kamu makan itu semua?”

Kirishima tidak menjawab, mulutnya sibuk mengunyah, hanya mengangguk-angguk semangat. Mood-nya terpulihkan. Satu-persatu habis dilibasnya, menyisakan cumi panggang yang menurutnya paling enak. Ganti diliriknya belanjaan Bakugou. “Kayaknya enak. Itu saus cokelat atau cokelat karamel?”

“Ah?” Bakugou menatap bawaannya, “Pisang saus cokelat karamel. Aku sedang mau yang manis-manis.”

“Nngg…,” Kirishima menatap cumi panggangnya, sedikit goyah. Tidak, Eijiro! Kamu udah telanjur beli! Eman duit! “Tumben sekali, kukira kamu mau beli takoyaki super pedas, apalagi sedang promo spesial.”

“Males, mau coba yang lain.” Disenggolnya lengan Kirishima, menceletuk ringan. “Kamu juga jangan makan daging terus, nanti rasa semen-nya jadi manis.”

Se—WHUH??” Kirishima tersedak seketika. Panas membara menjalari tubuhnya, merambat sampai ke pipi dan telinga. Mukanya sudah pasti seratus persen merah padam. “Apa maksud…, uh, tadi—”

#KIRIBAKU ANTHOLOGY:3Where stories live. Discover now