Since[Pt. 3]

161 16 0
                                    

*Eijiro POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Eijiro POV.*

Kurasa hari ini sama seperti hari lainnya. Hanya saja, yang membedakan adalah ada dia di sana. Bakugou Katsuki.

Apa yang membuatnya terasa berbeda, ya?

Sampai sekarang pun aku juga tidak tahu jawabannya.

Sejak pertama kali aku melihatnya berdiri menatap langit di bawah guguran bunga sakura yang berjatuhan dari pohonnya, hatiku sudah memutuskan kalau dia berbeda. Aku tidak tahu kenapa, tapi kata orang, itu adalah keajaiban musim semi. Benarkah begitu?

Apapun itu, bukankah akan menyenangkan kalau aku bisa dekat dengannya?

Saat pertama kali menyapanya, sikap kasar yang diberikannya padaku itu malah membuatku merasa lebih ingin mendekatinya. Setelah hal yang kami alami bersama dalam insiden di U.S.J dan pertandingan di UA Sport Festival, aku merasa hubungan pertemanan kami semakin dekat. Dan ketika Bakugou diculik para villain di tengah acara uji nyali training camp, aku  yang tak bisa melakukan apapun ini menjerit dalam hati.

“Bagaimana kalau dia dilukai?!”

“Bagaimana bila dia benar-benar berubah jadi villain?!”

“KAU SENDIRI TAHU DIA TIDAK AKAN BISA DIPERINTAH ORANG LAIN SEMUDAH ITU!!”

“Tapi…,

“Tapi…,

“Bagaimana bila seandainya dia…,

…dibunuh?”

“Kacchan tidak akan bisa dikalahkan oleh para villain semudah itu,” Midoriya menatapku yakin, tersenyum membesarkan hati, padahal aku yakin dia sendiri juga khawatir setengah mati memikirkan teman masa kecilnya itu. Midoriya menepuk pundakku, berkata mantap, “kita pasti bisa menyelamatkan Kacchan tanpa perlu bertarung, Kirishima!”

Diri pengecutku ini hanya mengangguk ragu.

“Apa aku sungguh bisa menyelamatkannya?”

Setelah kami berlima—Midoriya, Yaoyorozu, Todoroki, dan Iida—berhasil menyusup dan mencuri waktu di saat para villain itu sedang lengah, setelah kami berhasil meraih Bakugou, momen ketika dia menggenggam erat tanganku dan melihatnya tersenyum lebar membuatku bersorak lega dalam hati.

Semakin lama aku bersamanya, semakin aku merasa kalau sikapnya padaku perlahan mulai melunak meskipun tetap ketus—sepertinya itu memang sifatnya. Dan aku…, juga menyadari bahwa ada denyar yang berbeda setiap kali aku menatapnya. Semakin hari aku juga merasakan ada yang berbeda dari caraku menatapnya, dan aku mencoba menyangkalnya.

Aku tidak ingin menerimanya. Aku tidak mau mengatakannya. Aku merasa seperti pengecut yang tidak mau mengakui perasaannya sendiri.

Karena.., aku takut.

#KIRIBAKU ANTHOLOGY:3Where stories live. Discover now