:🐼

2 0 0
                                    

2015, Sabtu; Candala Family's house, 05.00 a.m

Ditengah rintik hujan yang masih berjatuhan, sepasang kekasih kini sedang bersiap dengan pakaian motor hitam mereka. Aroma petrichor yang sangat kental selepas hujan lebat semalam.

Keduanya kini tengah sibuk memandangi langit yang terus menurunkan rintik hujan walau tidak selebar semalam. Rencana awal yang ingin riding seputaran kota Bandung, nampak tidak direstui oleh alam.

"Jadi gimana?"

"Udah gak terlalu deras sih, ayok kak! Aku pengen riding dari Minggu kemaren, kakaknya belum ada waktu," Naya berseru semangat , tangannya mengasah mencoba meraih rintik hujan yang sukses jatuh di telapak tangannya.

Sedang Rion, pria yang kini terus menatap Naya tanpa berkedip malah tertawa kecil akibat gerutuan gadis yang masih saja membiarkan tangannya untuk menjadi tempat jatuh sih rintik hujan.

Sudah 2 Minggu ke belakang, Naya atau yang suka Rion panggil Intan itu meminta untuk riding seputar kita Bandung. Tentu di akhir pekan, karna hari biasa keduanya disibukkan kuliah dan sekolah. Namun, sudah dua Minggu terlewati, dan Rion belum bisa merealisasikannya akibat penuhnya jadwal di kantor sang papah semenjak papahnya pergi ke Singapura.

Namun karna sang papah sudah pulang tepat semalam, begitupun dengan orang tua dari Naya. Keduanya memutuskan untuk tidur di rumah masing-masing, tidak seperti seminggu kebelakang yang selalu dalam satu rumah.

"Yaudah iya maaf, kan aku baru bisa sekarang. Ayok, hujannya gak terlalu deras. Jaketnya pakai," setelah sekian lama berfikir, pria itu memutuskan untuk mulai jalan karna khawatir hujan justru kembali deras.

Sedangkan yang diajak degan begitu semangat memakai jaket hitam dengan tulisan 'motorcyle' dibelakangnya, sama dengan pemilik motor yang sudah duduk nangkring diatas motornya. Naya segera menghampiri Rion dan motornya.

"Kepalanya deketan sini, aku pakein helmnya," kepala Naya mendekat, meminta langsung dipasangkan helm full face milik gadis itu. Helm yang memang sengaja dipesan khusus oleh Rion untuk Naya agar ketika mereka berdua riding, tidak perlu mencari helm kembali.

Cklek

"Udah, Ayuk naik!" Step foot motornya sudah dirinya turunkan begitu selesai memasangkan helm Naya. Ukuran tangannya digapai oleh Naya untuk membantu gadis itu menaiki motor tingginya.

"Let's goooo!!!"

Bruuummmmm

-o0o-

2015, Sabtu; Jl. Braga, 07.00 a.m

"Ayok turun."

"Sini helm nya aku bukain, kita makan bubur dulu yah. Udah dua jam kan, punggungnya pasti pegel."

"Kakak juga pasti pegel, kan bungkuk terus," Naya dengan polosnya berkata. Tolong, jangan buat Rion makin bucin dengan gadis itu. Bisa gila Rion lama-lama hanya karna seorang Naya.

"Gak papa, kalau ngeliat kamu pegelnya ilang!" Reflek mencubit pinggang Rion, yang dicubit justru malah tertawa kecil. Lantas langsung menggandeng Naya menuju tempat tukang bubur yang sudah ramai.

"Mang! Buburnya dua yah! Satu komplit satu lagi jangan pakai kacang."

"Siap pak bos! Duduk heula yah!"

Keduanya memang sudah sering kesini bila pagi-pagi ke Braga. Sekedar mencari udara segar seperti sekarang.

"Kenapa namanya jalan Braga?"

"Mana saya tau, kok tanya saya."

"Serius ih, aku nanya serius juga."

"Aku teh juga serius geulis."

PALAWA: ASMARALOKA IN BANDUNG Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon