「Chapter 05: Reunion and Goodbye」

17 4 6
                                    

"Kau baik-baik saja, Guinevere?"

Arianna terdiam sejenak. Penampilan yang rapi serta berwibawa, pembawaan bagai Anak Raja, jubah putih dengan lambang perisai dan dua pedang menyilang serta cahaya dari pedang yang sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat Remnant, atau mungkin seluruh Tevez. Balai Asosiasi Hunter dan Durandal, maka orang ini adalah,

"... Zion Halifax?"

Si Pemuda tak bergeming. Hanya sedikit melirik Arianna lewat ekor matanya yang tajam lalu kembali fokus dengan sosok mengerikan di depan alias Wendy. Ketika Arianna ingin kembali berbicara, Wendy tiba-tiba saja menyerang Zion. Beruntung pemuda itu dapat mengindari serangan tersebut dengan baik sehingga tidak menimbulkan luka di tubuhnya.

"Kau baik-baik saja, Halifax?" teriak Arianna begitu Zion berhasil menghindar dengan sempurna.

"Sebaiknya kau khawatirkan dirimu sendiri," ketus Zion.

Arianna mengerucutkan dahi. Inilah alasan mengapa dirinya dulu tidak bisa berteman baik dengan Zion saat di Akademi, pemuda itu terlalu ketus dan cuek. Sudah bagus Arianna bertanya tentang keadaannya, tetapi malah mendapat jawaban tidak mengenakan. Ia heran bagaimana dirinya bisa bertahan satu angkatan dengan pemuda itu saat masih di Akademi.

Dari kejauhan, Arianna bisa melihat Zion mulai mengeluarkan serangan-serangan untuk melumpuhkan Demeanor Wendy, yang tentunya serangan tersebut tidak main-main. Bahkan salah satu serangannya ada yang hampir mengenai Arianna. Beruntung gadis itu berhasil menghindar dengan berguling ke samping, jika tidak mungkin tubuhnya sudah tinggal separuh.

"Hei! Jika menggunakan serangan lihatlah sekitar! Kau hampir membunuhku!" cerca Arianna, namun sayangnya tidak didengar oleh Zion. Pemuda itu masih terus melakukan serangan ke arah Wendy.

Kesal karena diabaikan dan hampir menjadi tumbal pertarungan, akhirnya Arianna mulai maju dengan melemparkan serangan api ke arah Zion dan Wendy. Serangan tersebut berhasil memisahkan mereka dan membuat Wendy mundur ke belakang. Di saat yang bersamaan, Arianna melompat lalu mendarat di samping Zion. Tatapan pemuda langsung berubah tidak enak. Ia menatap tajam Arianna seolah berkata,

'Apa maksudmu, huh?!'

"Kita impas."

Checkmate!

Antara Zion terlalu malas untuk menanggapi atau karena perkataan Arianna itu benar, yang pasti gadis itu setidaknya berhasil membuat Zion lepas dari keadaan terdesak. Meskipun sepertinya Arianna sendiri tidak sadar telah melakukannya.

"Apa kau punya rencana?" tanya Arianna di tengah-tengah suasana genting mereka.

Zion terdiam. Meskipun menjabat sebagai Tangan Kanan Grandmaster, tetapi untuk melawan monster seperti Demeanor tanpa alat bantu masihlah cukup sulit. Jika hanya mengandalkan kekuatan Durandal dan pengendalian debu milik Arianna, presentase keberhasilannya hanya sekitar 25%, sisanya adalah kemungkinan Demeanor Wendy melarikan diri atau menjebak mereka berdua dalam ilusi. Inilah alasan mengapa Zion paling malas berhadapan dengan monster pengecut seperti ini, merepotkan!

"Kau sendiri?"

Singkat, padat dan jelas. Bukannya menjawab, Zion malah balik bertanya kepada Arianna yang tentu saja membuat gadis itu menatap tidak percaya sekaligus sebal.

"Maaf saja Tuan Halifax, saya hanyalah Hunter tingkat C yang masih kurang berpengalaman. Berbeda dengan Anda yang sudah menjadi Tangan Kanan Grandmaster di usia muda," sindir Arianna dan sepertinya berhasil membuat alis Zion berkedut tak suka.

"Aku pernah membaca di buku, untuk mengalahkan Demeanor hanya ada dua pilihan. Pertama, menggunakan alat bantu seperti permata suci atau benda apapun yang memiliki unsur spiritual. Cara yang kedua dan ini cukup merepotkan, adalah dengan menghancurkan dalam sekali serangan. Dan sepertinya, kondisi kita sekarang hanya memungkinkan untuk cara yang kedua," jelas Zion.

Butterfly BlessingKde žijí příběhy. Začni objevovat