INTRO

993 153 29
                                    

"Jangan meraba dadaku, Tuan. Anda takkan menemukan susu di sana."

Ucapan Ino barusan membuat gelusur tangan Chris yang semula merasakan torso si humanoid pun berhenti, terdiam seketika dengan wajah terkejut. "Apa-apaan ucapanmu itu?!" hentaknya.

"Maaf, tapi Anda terus menekan-nekan puting nenen di dadaku, seolah itu saklar lampu. Apa yang Anda lakukan sebenarnya, Tuan?" Wajah mungil itu dimiringkan sedikit, meski dengan ekspresi yang datar namun kedipan di dua kelopak matanya memberikan kesan yang cukup menggemaskan.

"Jangan ambigu!" bentak si detektif lagi.

"Apa itu ambigu?" Tapi si lawan bicaranya tak mengerti. Matanya berkedip lagi.

"K-kamu!" Chris memalingkan wajahnya seketika. Entah kenapa pipinya terasa panas saat ini, dan ia enggan memandang wajah Ino meskipun jarak mereka hanya terpaut beberapa senti saja.

"Aku ini robot, Tuan. Bukan ambigu," celetuk Ino dengan polosnya.

Chris menggeram pelan, ia tak menjawab ucapan itu dan malah kembali mengangkat tangannya, meraba sekitar dada, ke perut, hingga belakang bahu Ino; mencari sesuatu.

Pasti ada di sekitar sini! Gumamnya dalam hati.

"Tuan, jangan ditekan-tekan, itu bukan saklar lampu. Itu lubang pusarku," kata Ino lagi lantaran jari telunjuk Chris terus menusuk-nusuk gumpalan bulat di tengah perut Ino yang tak lain adalah replika pusar.

"Aku juga tahu," jawab Chris, tapi tetap saja tak henti melakukan hal tersebut.

"Jadi, apa yang Tuan lakukan sebenarnya?"

Chris menegakkan kembali tubuhnya, matanya memincing namun tak beralih dari tubuh Ino bagian atas yang tak berpakaian sama sekali selain menyisakan celana training pada bawahannya.

"Diamlah!" titahnya.

"Oke." Angguk Ino, meskipun ia juga tak mengerti kenapa si detektif melucuti pakaiannya kini.

Wow, badannya benar-benar dirancang dengan bentuk yang sempurna. Sam tak main-main pada benda buatannya ini.

Amber madu Chris bergerak, memindai lekum bentuk tubuh Ino sesaat sebelum melirik ke arah wajah polosnya yang selalu datar tanpa ekspresi itu.

Dan wajahnya pun begitu manis. Sebenarnya, apa yang Sam rencanakan dari orang-orangan kaleng yang satu ini sampai dibuat sedemikian rupa seperti manusia?

"Tuan, pipimu merona, apa Tuan sakit?" tanya Ino tiba-tiba, dan seketika membuat Chris terhentak mendengarnya.

"A-apa? ... hei! Bukannya aku menyuruhmu untuk diam tadi?! Jangan melawan!" jawab Chris setengah membentak.

"Oke." Dan anggukan kecil diberikan Ino lagi padanya. Untuk kesekian kalinya.

"Aku tak mengerti, seharusnya ada di sekitar sini meski tersembunyi. Bukannya Calvin bilang ada di antara dadanya?" gumam Chris sembari menggigit bibir bawahnya.

"Apanya?" Namun si robot kembali menyeletuk tak tertahan.

"Diam!"

"Tapi wajah Tuan semakin memerah. Aku tak—"

"Ya Tuhan, berapa kali harus kukatakan?! Diam, kau mengerti kata itu 'kan?" Chris segera membekap mulut Ino dan menatapnya tajam. Lantaran kalimatnya terpotong, si robot pun hanya bisa menganggukan kepala dan membulatkan jari telunjuk dan jempolnya; memberikan gestur 'Ok!' lagi.

Lelah tak menemukan apa yang dicarinya, Chris mendengkus kesal. Ia melemparkan tatapan ke arah lain dan beranjak pergi ke dapur sesaat. Tak seberapa lama kemudian ia sudah kembali ke ruang tamu dengan membawa sebuah gelas cangkir berwarna biru dengan gambar kucing.

I.N.O : Identified National Object [Banginho]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz