"Iya pah." Jawab gadis yang duduk disamping Restu, ikut menenangkan Restu.
"Kamu kembali ke kamar, hari ini saya memaafkan kamu karena mama kamu, tapi jika sampai saya mendapati hal seperti ini kembali terjadi, jangan harap saya mengampuni kamu." Restu berdiri diikuti oleh Safira istrinya, meninggalkan Sarella yang masih menangis sesegukan.
Sedangkan Sania, yang sedaritadi menahan senyumannya mendekati Sarella. "Cup, cup, cup anak papah jangan nangis yaa. Eehh lupa deng, lo kan udah ngga dianggap." Ucap gadis itu mengejek. "Makanya besok - besok ngga usah sok kegatelan deket - deket kak Kafka, lo juga murahan banget sih mau - mau aja di cium sama cowok, dibayar berapa sama kak Kafka sampe mau di grepe - grepe? Tapi wajar sih kalo lo murahan mama lo kan jalang, ngga kaget lah gue kalo anaknya sama jalangnya."
"Mama aku ngga kaya gitu!"
"Kalo mama lo cewek baik - baik papah ngga mungkin buang jalang itu terus yang sekarang di sini bukan mama gue goblok! Sadar kek!"
"Berhenti nyebut mama aku dengan sebutan itu!"
"Kenapa? Kesel? Ngga terima? Bodo amat, emang gue pikirin." Ucap Sania, gadis itu membalikan badannya hendak pergi, tetapi sebelumnya ia kembali menatap Sarella. "Gue peringatin, mending lo jauh - jauh dari kak Kafka, diliat dari sisi manapun lo itu ngga cocok sama dia, bagaikan bumi sama langit tau ngga, kak Kafka lebih cocok sama gue. Jadi kalo lo ngga mau kejadian ini keulang lagi, lo jauh - jauh dari kak Kafka."
Sarella menatap Gadis di depannya tidak percaya dengan apa yang diucapkannya. "Jangan bilang kamu yang..."
"Kalo iya kenapa? Makanya lo ngga usah nyari masalah sama gue!"
"Salah aku sama aku apa sih sama Sa, kenapa kamu tega banget fitnah aku di depan papa."
Sania terkekeh, lalu dengan tidak punya perasannya gadis itu menjambak rambut Sarella. "Lo nanya kesalahan lo apa? Lo hidup aja itu udah jadi masalah buat gue, jadi mending lo mati aja sekalian biar masalah gue langsung ilang!" Ucap Sania lalu menghempaskan Sarella membuat gadis jatuh terduduk, lalu meninggalkannya.
"Non." Mbok Yuli, pembantu rumah tangga di rumah Restu itu langsung mendekati Sarella dan membantu gadis itu saat Sania ausah benar - benar menghilang. Wanita paruh baya merapikan penampilan Sarella yang begitu berantakan. "Yang sabar ya Non. Maaf mbok ngga bisa bantu banyak. Non Ella laper? Mbok siapin makanan ya?"
Sarella menggeleng, mememluk mbok Yuli dengan erat, selama di rumah ayahnya hanya wanita itu dan suaminya yang peduli padanya, bahkan saat dirinya dikunci di gudang karena tidak sengaja memecahkan guci kesayangan ibu sambungnya, mbok Yuli yang dengan diam - diam membawakannya makanan.
"Kenapa semua jahat sama Sarella mbok? Salah Sarella apa?"
"Non Sarella ngga salah. Tadi pak Restu cuma salah faham aja, jadi jangan terlalu dimasukin hati ya omongan ayahnya non Sarella."
"Aku ngga kuat mbok, aku bener - bener ngga kuat."
"Shhtt, non Sarella ngga boleh ngomong gitu. Ada mbok sama pak Rudi yang peduli sama Non Sarella. Udah yuk, mbok anterin ke kamar, besok kan non Sarella sekolah."
Dengan bantuan mbok Yuli, Sarella berjalan ke kamarnya, wanita itu terus mencoba menenangkan Sarella, sampi akhirnya Sarella tertidur.
***
Kafka berjalan di koridor sekolah diikuti oleh Daffa dan Kenzo. Jangan tanya kemana tujuan Kafka karena jawabannya sebentar lagi kalian akan tau. Kafka memasuki kelas Sarella dengan seenak jidatnya, laki - laki itu langsung menghampiri Sarella yang sudah menyiapkan buku yang akan dibacanya. Tidak sulit untuk mengetahui kemana Sarella akan pergi, karena tidak ada tempat yang membuat Sarella nyaman selain ditaman, tetapi berhubung Kafka bisa melihat Sarella yang duduk di kursi taman, gadis itu sekarang menjadikan perpustakaan sebagai tempat favoritnya, karena Sarella tau jika manusia seperti Kafka tidak akan menyukai sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran.
"Yuk, ke kantin." Ajak Kafka sambil meraih tangan Sarella, terapi cepat - cept gadis itu menghempaskannya.
"Maaf, tapi aku ngga bisa." Ucapnya, tanpa menatap Kafka.
"Gue maksa." Lagi - lagi Kafka meraih tangan Sarella.
"Aku bilang, aku ngga bisa!" Bentak Sarella, suara gadis itu sedikit keras membuat para mirid yang ada disana langsung memusatkan perhatian kearah mereka berdua.
Kafka mengeraskan rahangnya. Laki - laki itu menatap Daffa dan Kenzo, kedua temannnya yang mengerti tatapan itu langsung menyuruh para mirid yang ada di sana langsung kelaur dari kelas dan menyisakan Sarella dan Kafka.
"Maaf, tapi aku bener - bener ngga bisa. Kamu bisa pergi sendiri." Seolah - olah baru tersadar dengan apa yang dilakukannya Sarella langsung meminta maaf.
"Siapa?" Gadis itu melewati Kafka, hendak keluar. Tetapi suara Kafka membuat gadis itu menghentikan langkahnya, laki - laki itu bahkan mencengkram pergelangan tangannya kencang, tidak membiarkan Sarella melepaskan diri darinya.
"Gue tanya sekali lagi, siapa?"
"Aku ngga ngerti maksud kamu."
"Ngga perlu pura - pura ngga ngerti! Apa harus gue perjelas? Siapa yang udah berani - beraninya mukul pipi lo sampe kaya gitu?!" Bentak Kafka, membuat Sarella memejamkan matanya.
Tbc
ESTÁS LEYENDO
KAFKA
RomanceKafka menarik sudut bibirnya sedikit lebih lebar, orang - orang tersentak melihat senyum itu, karena sangat jarang seorang Kafka tersenyum walau sedikit. Ini adalah momen langka bagi mereka semua. Kafka tidak memperdulikan orang - orang yang heboh m...
PART 3 ||
Comenzar desde el principio
