Fourth Story

155 23 6
                                    

Cast: Shandy, Shella

Genre: Romance, Sad

∞∞∞

"Sayang?" Shella melambaikan tangannya tepat di depan wajah Shandy.

"Eh, i... Iya?" Shandy tersadar dari lamunannya.

"Kamu lagi mikirin apa?" Shella menatap Shandy heran. "Dari tadi aku panggil, kok ga nyaut?"

"Oh, bu... Bukan apa-apa." Shandy menggeleng cepat. "Tadi kamu ngomong apa?"

"Kamu ke mana aja dari kemarin?" Tanya Shella pelan. "Kok susah dihubungin?"

"Aku..." Shandy menghindari tatapan Shella.

"Sayang." Shella memegang kedua pipi Shandy perlahan, agar mereka saling bertatapan. "Kamu bisa cerita ke aku."

"Shel." Panggil Shandy pelan.

"Iya?" Jawab Shella cepat.

"Kita udahan aja ya." Shandy menatap Shella datar.

"Hah?" Shella menatap Shandy kaget. "Ka... Kamu kenapa tiba-tiba...?"

"I don't love you. (Aku gak cinta kamu.)" Ucap Shandy pelan. "Can't be with you anymore. (Gak bisa ketemu kamu lagi.)"

"Ma... Maksud kamu?" Tanya Shella pelan.

"Aku gak mau liat kamu lagi mulai sekarang." Perlahan, Shandy melepas tangan Shella pada kedua pipinya.

"Kenapa tiba-tiba?" Suara Shella mulai serak, menahan tangis.

"Ya..." Shandy mengalihkan pandangannya, tak menjawab pertanyaan Shella.

"Ada apa, Shan?" Shella kembali memegang kedua pipi Shandy. "Bukannya dulu kamu bilang kalau kamu sayang aku?"

"Iya, aku pernah bilang gitu tapi itu dulu." Shandy kembali menurunkan tangan Shella. "Just forget about loving me again. (Cukup lupain aja kalau kamu cinta aku lagi.)"

"Please, jangan kyk gini." Shella menggenggam kedua tangan Shandy dengan cepat. "Aku janji bakal lebih baik lagi."

"Shel, aku cuma minta kamu pulang sekarang dan jangan ketemu aku lagi." Ucap Shandy cepat. "Tolong pergi sejauh mungkin, ke tempat di mana kamu gak bisa liat aku." Shandy melepaskan genggaman tangan Shella.

"Apa sebelumnya aku buat salah?" Mata Shella mulai berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Shan."

"Kalau kita lanjutin hubungan ini, kamu bakal sakit." Shandy menahan agar tidak ikut berkaca-kaca.

"Ada apa, Shan?" Tanya Shella cepat.

Shandy membuang wajahnya sejenak, menghela nafas panjang.

"Aku punya cewek selain kamu." Shandy menatap Shella datar.

"Ka... Kamu serius?" Satu tetes air akhirnya membasahi pipi kiri Shella. "Siapa?" Tanya Shella pelan.

"Kamu gak perlu tau." Ucap Shandy datar. "Jadi, tolong kamu pergi sekarang sebelum semua memori kita terulang."

"Shan." Shella kembali menggenggam tangan Shandy dengan cepat. "Segitu sayangnya kamu sama dia?"

"Iya." Ucap Shandy cepat. "Kenapa? Dia jauh lebih baik dari kamu."

"Siapa?" Pipi Shella kembali basah.

"Bukan urusan kamu." Ucap Shandy datar. "Both of us changed and we wanted something more. (Kita berdua berubah dan menginginkan sesuatu yang lebih.)" Ucap Shandy pelan. "Mulai sekarang, kita jangan ketemu lagi."

Shella masih terdiam, tak percaya dengan semua ucapan Shandy.

"Pergi." Ucap Shandy tegas.

Shella menunduk perlahan, menghela nafas panjang. Tanpa bicara apapun, Shella membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh. Kedua pipi Shella sudah dibasahi oleh air mata. Shandy menatap punggung Shella yang semakin tak terlihat.

"And I lie again. (Dan aku berbohong lagi.)" Ucap Shandy pelan. "Maaf, aku nyakitin kamu dengan kata yang gak pernah aku maksudkan sebelumnya." Satu tetes air mata akhirnya membasahi pipi Shandy. "I know I need you in my life but I push you away when I know I'll regret it. (Aku tau aku butuh kamu dalam hidupku tapi aku mendorongmu pergi ketika aku tau aku bakal nyesel.)" Shandy menunduk perlahan. "I couldn't tell you the truth. (Aku gak bisa cerita ke kamu kejadian yang sebenarnya.)"

A day ago.

"Tuan Shandy?" Tanya seorang dokter ketika Shandy memasuki ruangan.

"Iya, saya, dok." Shandy duduk di hadapan dokter perlahan.

"Mohon maaf, saya harus mengatakan hal ini." Dokter membenarkan posisi kacamatanya.

"Saya sakit apa, dok?" Tanya Shandy hati-hati.

"Dari hasil pemeriksaan..." Dokter membuka map di atas meja. "...Tuan Shandy terkena penyakit jantung iskemik."

"I... Itu penyakit apa, dok?" Suara Shandy sedikit bergetar.

"Penyakit ini terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah arteri jantung mengakibatkan kurangnya suplai darah ke otot jantung." Dokter menatap Shandy. "Biasanya disebut juga penyakit jantung koroner."

"Apa itu bisa sembuh, dok?" Tanya Shandy pelan.

"Ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan, dengan obat-obatan atau operasi medis." Jelas Dokter.

Shandy berjalan keluar ruangan dokter dengan langkah gontai. Shandy duduk perlahan pada bangku dan mulai mencari tahu tentang penyakit yang sedang dia alami saat ini.

"Penyakit arteri koroner." Shandy membaca salah satu artikel internet. "Penyakit paling mematikan menurut WHO."

ONESHOOT || UN1TY × StarBeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang