2

1K 160 2
                                    

Kekosongan itu makin terasa setiap kali ku memejamkan mata, satu-satunya cara untuk menghindari nya adalah tetap terjaga dan melihat bulan sepanjang malam.

***

Percakapan mereka diinterupsi oleh suara ledakan kembang api, berbagai warna melukis kanvas hitam yang luas itu. Su Rui mendongak menatap pertunjukkan kembang api yang menjadi puncak dari festival kali ini.

Merasa sudah cukup puas bermain, Su Rui melepaskan mantel yang tersampir di bahu nya dan mengembalikan nya kepada Mo Yichen.  Dia tersenyum tipis, "Aku senang bertemu denganmu tetapi mari jangan bertemu lagi."

"Kenapa?"

"Mo Yichen kau ini akan segara menikah, bagaimana bisa kau malah datang kerumah hiburan  dan menemuiku? tidakkah kau mempertimbangkan perasaan calon istrimu?" Ujar Su Rui, dia menepuk rumput yang mungkin saja berada di rok hanfu nya. Sejujurnya dia memang menyukai Mo Yichen karena lelaki itu memiliki sopan santun serta kesabaran dalam menghadapinya. Namun, Su Rui tidak ingin terlibat dengan kehidupan bangsawan yang akan menyulitkan nya.

kehidupan sebagai orang biasa sudah cukup berat untuk dilalui, dia tidak bisa menanggung resiko untuk menghadapi caci maki dari seseorang yang menganggap dirinya adalah dewa karena menjadi seorang bangsawan. Terlebih seorang laki-laki yang telah menikah tetapi masih berani untuk menemui wanita lain dengan alasan apapun tidak pantas untuk ditanggapi.

Su Rui tidak menunggu jawaban dari Mo Yichen dan langsung pergi dari sana. Disepanjang jalan Su Rui bisa dibilang hanya melamun menatap bebatuan, sehingga ketika tersandung dia masih hanya diam ditempat. rasa sesak yang sejak awal ditahan-tahan olehnya kembali, perasaan nya campur aduk hingga dia hanya menyembunyikan wajah nya untuk menangis. Malam itu terasa sangat panjang sekaligus mengisi kekosongan dalam dirinya.

***

Su Rui membuka pintu belakang paviliun nya ternyata Momo tengah menunggu nya pulang dan langsung berlari kearahnya. Singa betina itu tampaknya mengetahui suasana hati nya saat Su Rui memeluk leher nya.

Keesokan pagi nya, nyonya Tien yang masuk kedalam kamar Su Rui menggelengkan kepala nya saat melihat anak angkat nya tertidur bersama singa peliharaan nya dilantai yang hanya dilapisi oleh karpet. Nyonya Tien mengambil selimut yang masih terlipat rapi diatas ranjang, saat akan menyelimuti Su Rui tanpa sengaja ia melihat bercak darah di rok hanfu gadis itu lalu saat dilihat lagi ternyata ada memar kehijauan diantara pergelangan kaki nya.

"Dia diam-diam keluar lagi?" Gumam nyonya Tien, kedua mata Su Rui agak bengkak bukti dia habis menangis semalaman. Sejujurnya ia sama sekali tidak terkejut jika putri angkat nya ini terjaga ataupun seperti habis menangis, tetapi ketika ditanya apa sebabnya Su Rui akan berkata kalau dia juga tidak tahu mengapa.

Momo yang menjadi bantal Su Rui hanya menatap Nyonya Tien dengan tajam dan menekukkan kaki nya yang memiliki kuku-kuku tajam, sikap nya selalu defensif jika berhadapan dengan manusia lain selain Su Rui.

"Kau tenang saja aku tidak mungkin menyakitinya." Kata nyonya Tien mengoleskan obat pada kaki Su Rui.

Gadis cantik ini dulu ia temukan di depan gerbang rumah hiburan nya dalam keadaan mengenaskan hingga nyonya Tien mengira ada pembunuhan dan mayat nya dibiarkan tergeletak disana. Namun, saat memeriksa keadaan nya ternyata dia masih hidup. Pada akhirnya nyonya Tien merawat nya hingga sembuh benar sampai akhirnya saat gadis ini sadar dia tidak mengingat siapa dan mengapa dirinya bisa berada disini.

sedangkan Su Rui yang masih terlelap menyadari bahwa dirinya tengah berada disuatu tempat yang terasa familiar tetapi dia tidak tahu dimana tempat itu berada, ada orang-orang disekitarnya seperti dua laki-laki yang tengah mengomeli nya dan tampak kesal. siluet buram itu berganti seakan-akan dia jatuh dari ketinggian hingga seluruh tubuhnya terasa luar biasa sakit. rasa sakit nya terasa sangat nyata akan tetapi perasaan sedih dan kecewa itu lebih mendominasi.

"Kakak ... aku ingin pulang." Su Rui tanpa sengaja mengucapkan kata-kata itu saat dia tidur.

***

"Kau tidak perlu tampil malam ini Su Rui. Istirahatlah lebih banyak, aku tidak kekurangan gadis hingga harus memaksamu yang tengah sakit." Nyonya Tien berusaha melarang Su Rui untuk menampilkan pertunjukan karena kaki nya terluka tidak memungkinkan untuk nya menari. Malam ini ada tamu VIP yang memesan hiburan

"Tidak apa-apa aku hanya memainkan alat musik sambil duduk dan tidak perlu menggunakan kakiku." Sahut Su Rui sambil mengikat cadar untuk menutup setengah wajah nya. Dia tidak suka jika seseorang melihat wajah nya.

Langkah Su Rui agak timpang ketika ia melangkah menuju ruangan yang dituju, seseorang membantunya membawakan alat musik Guzheng.

Begitu ia sampai pada ruangan tamu VIP itu, Su Rui langsung duduk di kursi dengan Guzheng dihadapannya. ada sebuah tirai tipis dari kain merah untuk membatasi pandangan tamu kearahnya, sehingga orang-orang hanya dapat melihat samar siluet dirinya.

Terdengar suara tawa dari pembicaraan beberapa tamu yang tampaknya adalah orang penting, mungkin seorang penjabat?

Su Rui mulai memetik senar dan memulai permainan nya. Dia terhanyut ada nada yang diciptakan oleh alat musik yang dimainkan nya. Sehingga Su Rui sama sekali tidak menyadari adanya pandangan lekat dari seseorang yang sejak kedatangan nya terus memperhatikan nya.

Angin lembut menggerakkan kain pembatas sehingga dapat membuat tamu melihat sosok Su Rui sekilas. Kedua mata hijau milik Su Rui bertatapan dengan bola mata hitam milik seorang tamu sebelum dia mengalihkan pandang.

"Hijau?"

"Kau bilang apa tadi? Wah Jiaxu jangan bilang kau terpesona pada gadis itu?" Tanya orang disebelahnya.  

Pria yang dipanggil Jiaxu itu hanya diam tak menyahut perkataan teman nya. Dia seharusnya tidak mengikuti ajakan teman-teman nya untuk beristirahat di Heavenly. Mereka sedang berada dalam sebuah tugas yang tidak menemukan titik terang hingga saat ini.

"Tapi walaupun hanya terlihat sekilas seperti itu bukankah gadis itu sangat cantik?"

"Berhenti main-main kita harus segera kembali."

"Ayolah kita sudah bertahun-tahun mencari dan ini adalah desa terakhir yang kita telusuri. Kita harus beristirahat sebentar sebelum pulang."

"Sampaikan itu pada Jendral Ryuji." Balas Jiaxu tanpa minat pada gelas ditangannya. 

"Kau ingin aku dipenggal oleh Ayahmu? Dia akan melempar ku ke kandang singa tanpa banyak omong." Pria itu bergidik membayangkan guru nya yang mengerikan itu memberi nya pelajaran.

Lagu dari balik tirai itu masih mengalun perlahan, sampai sebuah keributan terdengar dan beberapa orang mendobrak masuk kedalam ruangan.

"Dimana gadis sialan itu?" Teriak lelaki yang kepalanya di perban sambil memasuki ruangan.

Para tamu yang tengah bersantai saling berpandangan merasa aneh karena keberadaan orang gila yang tiba-tiba masuk.

Sedangkan Su Rui yang melihat semua itu dari balik tirai merasa agak panik karena kegilaan Tuan Hong setelah kepalanya dibuat bocor oleh Su Rui. Dia takut lelaki gila itu akan melukai tamu-tamu Nyonya Tien.

Saat tuan Hong menemukan nya pria itu langsung merobek tirai menggunakan pedang sehingga sosok Su Rui yang tersembunyi dibaliknya terlihat jelas. Beruntung saat ini ia masih menggunakan cadar.

"Kau gadis rendahan! Berani-beraninya kau melukaiku!" Tuan Hong menendang guzheng sampai terhempas lalu berusaha untuk menarik tangan Su Rui.

'Ah sialan.' Dia lupa kalau kaki nya terluka karena kejadian semalam. Karena ketidakseimbangan tubuh Su Rui jatuh terduduk. Di dalam hati dia menyumpah serapah, jika kaki nya baik-baik saja sekarang maka ia mematahkan leher orang gila ini.

"Kau mau bertingkah tak berdaya sekarang?" Tuan Hong mengedarkan pandangannya melihat tamu-tamu Su Rui yang tampan. "Cih, betapa murah-"

Swush-

Sebuah belati menyerempet sisi wajah tuan Hong. Darah langsung merembes keluar. "Apa-apaan?!"

"Yang selanjutnya tidak akan meleset, lepaskan tanganmu sebelum belati ini menancap di kepalamu."

Return Of The PrincessWhere stories live. Discover now