4. | MSIAD

31.9K 3.3K 1.7K
                                    

04. | Tumbal

"Sesuai aplikasi ya mas."

Kepala lelaki itu menoleh ke kanan memberitahu bahwa, "Mba, saya bukan gojek gonline."

"Lah masnya kan pake jaket hijau-hijau gini, naik motor, pake helm hijau pula ya udah pasti driver ojek online lah." Kata Sasya.

"Terus kalo saya pake baju putih-putih padahal mau ke Masjid dikiranya mau ke Tanah suci ya mba?"

Kepala Sasya menggeleng dan dengan ceplosnya menjawab. "Mau ke Yang Maha Kuasa, mas."

"Astagfirullah makin menjadi-jadi aja nih neng dedemit. Udahlah mba turun aja dari motor saya. Saya udah mau berangkat nih, ditungguin." Ujar lelaki itu berusaha keras.

Sasya tetap pada posisinya. "Gak mau! Mas nya kok gitu sih orang udah saya pesen dari 15 menit tadi masa gak mau nganterin penumpangnya ke tempat tujuan. Butuh duit gak mas?"

"Kaga."

"Dahlah mas ter-se-rah. Yang penting sekarang tolong ngebut ya bawa motornya, lokasinya rada jauh tuh takut telat sedikit.. nyawa melayang." Ucap Sasya. Tangan gadis itu kini justru telah melingkar, seolah memeluk lelaki tersebut dari belakang.

Dalam situasi senang karna dipeluk gadis cantik, lelaki tersebut pun malah bergidik ngeri atas tatapan dari sosok yang menyerupai malaikat maut datang dari sebrang sana.

"Mas buruan berangkat ntar saya telat, nyawa melayang lho."

Lelaki yang dipeluk Sasya itu justru tak berkutik dalam diam. Merasa ada yang berbeda, Sasya pun mengendorkan tanganya yang mengelilingi perut lelaki itu lalu menepuk-nepuk pundaknya.

"Mas beneran gak butuh duit ya? Saya bayar secara kontan kok duitnya tenang aja tak lebihin dua ribu malah. Buruan jalan mas, Ya Allah.. erosi dah gua."

"Ekhem!"

"Serahkan gadis saya atau saya serahkan kepala mu pada Tuhan?"

Deg!

Sinyalir darah Sasya hampir saja terhenti diperempatan jalan mendengar dentuman suara serak nan berat milik seorang paling ditakuti seIbu Kota.

BRAK!

"ADUH!"

"Shh... sakit mas! Kok motornya dilempar keaspal sih? Gak sayang motornya?" Gerutu Sasya yang masih terduduk diatas aspal.

Lelaki itu menggeleng ketakutan. "Saya lebih sayang anak ama istri dirumah."

"Hus!! Hus! Pergi! pergi!!!" Lelaki berjaket hijau itu mendorong Sasya jauh dari motornya hingga akhirnya ia berhasil melarikan diri dari jebakan maut milik ke kasih Sasya.

"Lo tuh ya kerjaannya bikin jantung orang dugem mulu! Gak kapok apa.. pak RT dikomplek gue dibuat naik pohon mangga minggu lalu, sampe trauma kaga balik ke rumahnya,hah?" Cerocos Sasya layaknya ibu-ibu komplek.

Sasya mengambil tasnya sambil menatap sinis pada Heavard. "Natap gue kayak gitu lagi, gue colok tuh mata!" Nadanya sedikit menyentak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Sweety Is A DangerousWhere stories live. Discover now