Ah, mungkin kebetulan saja ? dunia sesempit itukah ?

"Guys ! nanti pulang sekolah makan diluar yuk, gua bosen dirumah" ujar Davy tiba-tiba

Davy memang sangat bosan dan muak berada di rumah, pepatah bilang, rumah ku istanaku, tetapi tidak berlaku untuk Davy.

Hanya lontaran umpatan serta ujaran kebencian yang mendominasi isi rumah. Untuk pulang pun enggan, lebih baik ia tak mendengar percekcokan itu.

"Boleh, sekalian gua nanti mau cari buku." balas Avita dengan antusias. "Gimana Xy ? lu bisakan ?" tanya Avita kepada Xynerva

"Boleh aja sih, gua juga mumpung free" ucap Xynerva

_____________________________

Seperti kesepakatan Xynerva dan temannya tadi, saat ini mereka tengah berada di toko buku terbesar di kota metropolitan ini.

Mereka berkeliling mencari buku yang mereka butuhkan dan mereka suka. Canda tawa mendominasi raut cerita mereka.

"Gua udah lapar nih" ujar Xynerva sambil mengusap perutnya yang keroncongan

"Ya udah, kita mau makan apa ? biar ga bingung nantinya" ujar Avita

Davy seolah sedang berfikir keras, sama halnya Xynerva. Saat ini keduanya tengah menimang makanan apa yang akan mereka santap sore hari ini.

"Seafood !" ujar Xynerva

Avita menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Xynerva. Berbanding terbalik dengan Davy,

"Enggak ! geprek aja gimana ?" tawar Davy

"Tapi gua pengen seafood ! Avita aja juga setuju" tolak Xynerva tetap kekeh dengan pendiriannya

"Tapi gua pengen geprek!! Avita, gua mau geprek," rengek Davy sambil menggoyahkan bahu Avita

"Eits, ga bisa ! gua mau seafood!" ucap Xynerva sambil melepas paksa tangan Davy di bahu Avita

Avita memejamkan matanya, rasaya ia ingin hilang diri hadapan mereka.

Avita menghembuskan nafas beratnya, lalu menatap kedua temannya dengan tatapan datar.

"Kita makan di cafe biasanya ! lu mau makan sate kalajengking juga dibuatin kalau kalajengking ada, ribet banget sih kalian" ujar Avita kesal

Xynerva dan Davy saling tatap dengan tatapan bingung, lantas ? apa gunanya Avita menyuruh menu makanan dari sekarang bila melihat buku menu saja sudah cukup nantinya ?

"Bentar ! terus maksud lu tadi tanya mau makan apa, itu gimana ya ?" tanya Xynerva dengan bingung

"Ga ada sih, cuma pengen tanya aja" ujar Avita lalu berjalan mendahului temannya tanpa dosa

Davy dan Xynerva saling tatap, "Bentar, kok gua masih loading sih ?" tanya Davy kepada Xynerva

"Sulit dimengerti" ujar Xynerva membalas ucapan Davy

Davy menatap Xynerva dengan kesal

"Temen lu tuh" ujar Davy kesal

"Temen lu juga"

"Kalian mau makan apa mau berdiri di situ aja ?" ujar Avita sambil membalikkan badan kearah kedua temennya

Dengan cepat Davy dan Xynerva berlari mengikis jarak dengan Avita.

____________________

Saat ini Xynerva telah kembali berada di apartemen miliknya. Ia kembali berkutik dengan laptop didepannya mencari tahu siapa anak outlaws sebenarnya.

"Kalau gua bobol keamanan mereka, pasti dia bisa lacak gua" gumam Xynerva.

Tak mau ambil resiko lebih, Xynerva menutup laptopnya dengan kesal. Misi brengsek !! kenapa ia harus terjerat misi seperti ini ?

Xynerva masih sayang akan nyawanya, semoga saja nyawanya tidak berakhir tragis ditangan anak outlaws

____________________

"Good night bastard" sapa Dhanu kepada seorang pria yang baru saja membuka matanya

"Nyenyak istirahatnya ? anjing gua pasti kenyang makan lu" ujar Aiden girang sambil menatap sang pria yang terkulai lemas dengan tangan di borgol tak lupa baju rumah sakit melekat pada badannya.

"BAJINGAN ! MAKSUD KALIAN APA HAH ? LEPASIN GUA ATAU GUA TUNTUT KALIAN NANTI !" teriaknya murka

"Simpan energi lu, jangan teriak sekarang. Takutnya nanti lu ga bisa teriak" ucap Aiden dengan tenang

Mata pria itu menelisik kesegala arah, ruangan cukup besar serta ada beberapa sel seperti penjara. Bau amis tak sedap mendominasi Indra pembau

Valter berjalan kearah pria itu dengan membawa kapak. Seringai mengerikan mendominasi raut wajah Valter

"Mari kita bereskan tangan ini" ujar Valter dengan tatapan penuh amarah

"Rifai Sanjaya, anak kelas 12 IPS 2. Ayahnya bekerja sebagai direktur PT Kompany, dan ibunya hanya ibu rumah tangga" ujar Darren

Sang pria langsung melototkan matanya kaget atas ucapan Darren.

"Alamat rumah, ada di perumahan pondok kopi nomor 75. Ada pesan terakhir sebelum menuju nereka ?"lanjut Darren dengan seringainya menakutkan yang tercetak diwajahnya.

"Apa maksudnya kalian kaparat ?! jangan macam-macam sama gua!" ujarnya dengan sinis

Sepertinya pria ini memang harus menyiapkan surat terakhirnya sebelum Valter menghabiskan detik ini juga

"Dengan apa ingin bermain ?" tanya Valter kepada pria bernama Rifai itu, ia mengambil gunting dan maju menghampiri Rifai

Darren yang mengetahui Valter telah ingin bersiap bermain melangkah mundur

"LEPASIN GUA ANJING !!! MAKSUD LU APA HAH ?" teriaknya sambil meronta

"Hutsss... simpan suara lu untuk bermain" ujar Valter dengan tenang tetapi menyeramkan

"GUA BISA LAPORIN LU KE-AKHHHHH----"

Mata kiri Rifai mengeluarkan darah segar. Sepertinya bola mata ia robek karena Valter menancapkan gunting ke mata kirinya

Seringai kecil muncul diraut wajah Valter

"MAKSUD LU APA HAH ?" teriak Rifai dengan diiringi rintihannya

"Jangan pernah bermain-main dengan milik Valter !" ujar Valter dengan berbisik

"Ini baru awal ! kita akan lanjutkan bermain hingga lu menghembuskan nafas terakhir"ujarnya dengan raut wajah devil

Sungguh mengerikan !

OUTLAWSWhere stories live. Discover now