Perjalanan Menjemput Penghulu Part 1

4 0 0
                                    

Ini kisahku dengan dia yang tak pernah kuduga. Aku dan dia dipertemukan Tuhan dengan cara yang unik dan dipersatukan dengan cara yang terbilang sulit. 

Saat itu aku sedang dalam keadaan yang kurang sehat, mau nya hanya berbaring di tempat tidur. Sampai mengambil makan harus Ibuku yang ambilkan. 

* Trinkkk *  nada pesan masuk itu terdengar olehku yang tengah berbaring. 

Dengan tangan yang lemas karena hanya sedikit makanan yang masuk ke dalam perutku, aku bersusah payah mengambil ponsel karena takut itu pesan penting.

" Hai !! "  isi pesan yang tertera di layar ponsel yang entah dari siapa karena nomor pengirim tidak terdaftar di kontakku.

Saat aku membalas dan mencoba bertanya dia siapa, dia malah menyuruhku untuk menebak siapa dirinya.

" Aneh !"  Gerutuku dalam hati.

Dengan pembahasan yang panjang lebar, akhirnya dia memberitahu siapa dirinya.

" Rian, kamu Siera kan? "

 Balasnya setelah aku memaksa dia untuk segera memberitahuku siapa nama nya, sekaligus memastikan kalau aku perempuan yang dia maksud atau bukan.

Aku pun langsung teringat dengan laki-laki yang pernah satu kelas denganku saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi pada saat itu kami tidak begitu akrab, hanya sesekali menyapa.

" Iyah, kamu Rian yang pernah satu kelas sama aku kan?"   

Kini giliranku yang memberikan pertanyaan, dan dia pun mengiyakan pertanyaan dariku.

Setelah kami saling balas pesan, akhirnya aku tau darimana dia mendapatkan nomorku dan apa tujuannya. 

Rupanya dia diam-diam menyimpan nomorku dari grup acara reuni sekolah. Dan tujuan dia menghubungiku katanya hanya iseng.

Aku pun baru teringat kalau aku juga tergabung dalam grup itu dan salah satu temanku membuat grup dan dengan iseng nya Rian tiba-tiba menghubungiku.

Entah berapa jam kami saling membalas pesan, hingga aku lupa kalau sebelumnya aku sedang sakit, tapi tanpa disadari, aku seperti merasa baik-baik saja. Tidak mengeluhkan rasa pusing sedikitpun. 

Selama tiga bulan ini kami masih berlanjut saling membalas pesan, kami mulai menjalin pertemanan yang begitu dekat, tidak seperti saat masih sekolah, berbincang panjang lebar pun tidak pernah.

Hari-hariku penuh warna setelah mengenal dia, tapi kami belum pernah bertemu lagi setelah tiga tahun lulus dari sekolah.

Saat ini kami hanya sebatas teman, tapi perhatian lewat pesan yang dia berikan seolah lebih dari sekedar teman.

" Jangan telat makan yah !"   

Pesan itu sering dia ingatkan padaku. Lama-lama kami saling merasa nyaman satu sama lain. 

" Mau gak kamu jadi pacarku?" 

Pertanyaan itu yang biasanya di utarakan saat meminta seseorang menjadi kekasihnya.

Tapi hal itu tidak terjadi pada kami berdua.  Tanpa banyak kata, akhirnya kami pun mencoba menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman sebelum kami memutuskan untuk bertemu.

Sampai ketika dimana dia meminta untuk saling bertemu. Dan aku pun setuju.

Dengan rasa gugup dan detak jantung yang tidak menentu, aku menunggu dia di dekat mini market. Kami sengaja memutuskan untuk bertemu di sana bukan karena aku tidak jujur kepada Ibuku, tapi karena dia tidak tahu letak rumahku.

KUKIS ( KUmpulan KISah )Where stories live. Discover now