Prolog bg. 1

Mulai dari awal
                                    

"Tunggu, kenapa nyonya tidak minta maaf karena sudah menuduh dan memukul nona Adre?"

"Dareen!" bi Lidya memperingati anak laki-laki bernama Dareen yang menantang mama tanpa rasa takut.

"Kamu makin kurang ajar ya! Lidya urus anak kamu ini!" bentak mama menatap Dareen tajam. Mama sangat ga suka dengan Dareen. Begitu juga denganku. Apapun yang mama ga suka, aku pun sama. Termasuk pada Adre, saudari kembarku.

"Dela" panggil mama membuat punggungku menegang. Tanpa mama ucapkan aku tau kalau mama kesal padaku. Tapi bukan Adela namanya kalau aku ga bisa lolos dari amarah mama.

Aku memasang wajah memerah ingin menangis. "maafin Dela, ma. Dela sudah mengecewakan mama. Dela memang ga mau ikut lomba Sains karena Dela kan ikut cheerleaders jadi kalau Dela ikut lomba itu nanti waktu cheerleaders Dela akan berkurang. Terus posisi Dela sebagai ketua, akan diturunkan"

Mama berjalan mendekatiku "Ya, mama mengerti sayang. Mama juga ga mau Dela sampai turun dari posisi ketua" mama memelukku erat. Daguku bersandar di pundak mama dan membalas memeluknya.

Yes, berhasil! Aku lolos kena marah mama. Di pelukan mama, aku melihat di dekat pintu anak laki-laki yang ga kusuka berdiri di sana dengan menatapku tajam. Huh, bisa apa dia! Aku menjulurkan lidahku mengejeknya.

"Dela sangat sayang mama. Mama Dela is the best" ucapku tanpa melepaskan pandanganku dari anak laki-laki itu sampai akhirnya ia masuk ke dalam rumah. Yes! Aku menang!

"Dela" mama melepaskan pelukan dan menatapku serius. "Kamu jangan pernah kalah dari Adre. Kamu harus yang terbaik dan jangan pernah baik hati sama dia"

Aku sudah hafal dengan nasehat mama. Ga boleh sedikitpun berbaik hati pada Adre dan harus unggul darinya. Walaupun aku masih bingung kenapa aku harus melakukan itu padahal Adre saudariku sendiri.

"Iya, ma. Dela janji" Mama kembali mengusap rambutku dengan lembut. Demi jadi anak kesayangan mama, aku akan menuruti kemauan mama.

****

6 Tahun kemudian

Sial! Kenapa gue terus yang kena hukuman?! Ini semua gara-gara si Dareen! Dari dulu tuh cowok sengaja bikin gue sengsara di sekolah. Awas aja kalau di rumah bakal gue balas!

"Ngapain cuma diam? Kerja!" bentak Dareen dengan nada otoriternya menyuruh gue mengepel lantai sepanjang koridor sekolah dan itu gue lakukan sendiri!

Ugh! Mentang-mentang dia panitia MOS jadi seenaknya aja main nyuruh-nyuruh! Main hukum! Bikin gue kesal! Coba gue yang lebih tua dari dia, bakal jadi bulan-bulanan tuh cowok!

Agh! Ini semua gara-gara papa nyengkolahin gue selalu satu sekolah sama anak pembantu! Dari SD sampe SMA lagi! Mana di sekolah terkenal tempat anak-anak orang kaya! Gue heran kenapa dia bisa popular padahal miskin gitu!

"Masih bengong nih cewek! Kerja!" bentaknya di telinga gue.

Sialan! Sakit telinga gue! Awas bakal gue balas lo! Gue kembali mengepel lantai yang dari tadi ga akan bersih-bersih. Panitia sengaja menginjak koridor yang udah gue pel sampe kinclong dengan sepatu mereka yang kotor. Entah nginjak apaan sampe tanah hitam menempel kayak gitu. Ih, bikin gue jijik.

"Kenapa?" tanya si cowok menyebalkan itu dengan bergaya kayak dia penguasa. "Jijik? Ini sekolah bukan di rumah jadi lebih baik kamu buang perasaan jijik kamu dan kerja!"

"Tapi tetap aja jijik. Gue ga tau mereka injak apaan, ugh" tanah hitam menggumpal membentuk jejak sepatu dan banyak lagi.

"Kerja! Mau kamu merengek juga ga akan selesai. Jangan manja kayak di rumah!" bentaknya sukses bikin kami jadi pusat perhatian. Apalagi 2 kakak kelas sok kecantikan yang dari tadi ngeliat gue dengan sinis.

Love From A to DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang