LEPASKAN DIA

28 0 0
                                    


Sore itu hujan suasana apartemen sepi. Vihana duduk di depan cermin merias diri. Sedikit menggulung rambutnya menghasilkan gelombang di tengahnya. 

Bererapa kali berputar tapi ada saja yang terasa kurang. Ia menggeser pintu lemari ditariknya satu persatu baju. Diamatinya hingga berdetik-detik. Warna biru pastel atasan putih. High heels putih lima cm kali ini menjadi penyempurna penampilannya. Dijawilnya tas warna senada meraih kunci di atas meja keci samping tempat tidurnya. 

Rencananya ingin jalan-jalan karena larangan dari ibunya membuatnya tidak bisa keluar. Tinggal di apartemen Hugo Ia bisa keluar sendiri. 

Mobil warna kuning meninggalkan apartemen menuju tempat yang ingin Ia kunjugi. Ia mengirim pesan pada Evan tidak bisa datang ke tempatnya karena dia ingin jalan-jalan. 

"Sore ini tidak bisa, mau jalan. Di ganti lain waktu aja, ya." 

"Temani tidak, heh?" 

"Tidak usahlah, berani ko sendiri." 

"Halaah di temani tidak mau. Memengnya mau ke mana, sih?" 

"Cari angin, Ka." 

Sampai di Senayan hujan tak kunjung reda suasana terasa makin dingin. Vihana memarkir mobilnya di balsemen. Setelah beberapa kali berputar turun naik akhirnya mendapat tempat. 

"Cari angin pasti ada tempat tujuannya iya, kan?" 

"Senayan city." 

Evan tersenyum senang mendapat jawaban Vihana. Tanpa membuang waktu berlari ke ruang kerjanya ngambil jas. Pria berwajah kebulean berkulit putih bersih. Rambut ikal berwajah menawan.

                                         *  *   *

"Ayo kita ketemuan." 

"Fina di mana kamu? Datang aja ke senayan aku lagi di perjalanan." 

"Iya, aku ke situ." 

"Senayan." Ngapain sih Fina mau ketemu aku? 

Setelah membaca isi sms yang dikirim Fina. Vihana merasa ragu untuk masuk menemuinya. Ia sadar kalau hanya berdua keberaniannya hilang. Seperti dulu diapakan saja gadis itu menerimanya. Ia membelai rambutnya menarik napas panjang. 

Vihana mari kita lakukan. Kamu pasti bisa melakukan. Bisik batinnya menguatkan dirinya sendiri. 

Tampak Fina sudah menunggu di sebuah kafe. Suasana hujan di luar membuat tempat itu lumayan ramai. Fina duduk sendirian. 

"Sudah lama kamu nunggu, Fin?" Vihana melirik gelas kosong di hadapan Fina. "Oia, kamu pasti sudah lama sampai minumannya habis dua gelas," ucap Vihana ragu. 

Apakah Fina habis bertemu dengan orang lain? Atau lamunannya tiba-tiba terpotong oleh suara Fina. 

"Ya, begitu deh, seperti yang kamu lihat." Fina tersenyum raja mengangkat bahu sambil menarik bibirnya. 

"Bagus ... sekarang giliran kamu yang nunggu. Impas, kan?" 

"Lepaskan Hugo, jangan macam-macam mengusikku!" ancamnya. 

Hahahaaa .... "Nggak salah sekarang kamu minta aku ngelepasin. Sepertinya kamu belum tahu Kaka masih sendiri dan kamu datang pada orang yang tidak tepat. Memangnya kamu siapa pake ngancam-ngancam!" jelas Vihana tersenyum tawar.

"Pokonya tinggalkan dia." Fina lekas beranjak dalam hatinya takut terlambat menemui Hugo. Setelah sedikit menekan Vihana hatinya merasa senang. Gadis itu pasti menuruti apa yang dia inginkan.

BERDAMAI DENGAN MASA LALUWhere stories live. Discover now