Episode 3

7 1 0
                                    

Sinar matahari yang meraba wajah cantik gadis berusia 22 tahun itu sehingga terbangun dari tidur lelapnya. Hari yang begitu cerah yang begitu pula dengan harapannya hari yang begitu besar hari ini. Tepat pukul 10 pagi ini Eli akan melangsungkan ujian akhir kelulusannya. Ilmu yang ditimbanya selama tiga setengah tahun ini akan dipertaruhkan untuk gelar sarjananya.

Tanpa berpikir panjang ia bergegas untuk mandi dan bersiap-siap agar bisa datang ke kampus tepat waktu. Kemeja putih dibaluti dengan blazer hitam yang elegant ditambah celana panjang hitam adalah perpaduan sangat baik untuk tubuh jenjang Eli. Ia terlihat sangat menawan dengan setelan itu dan heels hitam yg bercahaya bak sepatu kaca.

Langkah anggun gadis itu menuruni anak tangga disambut meriah oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk Hani dan Aga yang masih tinggal di rumahnya.

"Aduhh bentar lagi ada yg bakal punya gelar nihh" ucap Nomi nyeletuk

"Bakal jadi wanita karir yang workholic nihh" tambah Hani menyeringai

"sirik aja lu pada" sahut Eli sambil menjulurkan lidahnya

"udah-udah ayo makan biar ga lemes entar sidangnya, mama udah siapin sandwich bakso panggang kesukaan kamu" ucap mama Tita dengan lembut.

Setelah selesai sarapan dan bincang-bincang kecil ala keluarga Andre. "ekheemm" suara Andre mengheningkan ruang makan, itu tandanya ada hal yang ingin ia sampaikan ke keluarganya. "Jadi begini, Papa punya rencana kalau setelah Eli mendapatkan gelarnya kamu akan papa pindahkan ke perusahaan pusat untuk menggantikan papa. Karna papa rasa kamu sudah layak, ditambah juga usia papa sudah tidak muda lagi. Gimana menurut kalian?" Tanya Andre.

"Kalau dari Hana sih ga masalah pa, Hana juga sibuk di Butik, Aga juga akhir-akhir ini full banget jadwal terbangnya." Ucap Hana

"Kalau mama gimana?" Tanya Andre menantikan jawaban sang istri

"Mama ngikut aja pa, kan papa tahu mana yang terbaik" sahut Tita sang istri

"Tapi apa ga terlalu kecepetan ya pa?" timpal Melisya

"Menurut papa kamu bisa nak, papa juga ga bakal ngelepas kamu gitu aja. Papa akan tetep bantu kamu tapi bedanya papa ngurus yang di cabang, kamu yang di pusatnya gimana?" Tanya Andre meyakinkan Melisya.

Nomicha yang tak mengerti perihal perusahan keluarga hanya mengangguk-angguk saja sambil melahap roti panggang miliknya. Ini adalah alasan kenapa ia memilih jurusan kedokteran dibandingkan mengambil jurusan yang menuntunnya untuk mengelola perusahaan seperti Melisya saat ini. "kakak keduanya itu memang tidak pernah membantah apa yang disuruh orang tuanya" ucap Nomi dalam hati.

"Kalau itu yang papa mau, Eli bakal lakuin yang terbaik buat perusahaan papa" sahut Eli dengan sedikit keraguan. "kalau begitu Eli duluan ya semua biar bisa persiapan di kampus" Tambah Eli sambil bangkit dari kursinya. Ia bergegas ke kampus dengan pak Imam supir pribadinya.

~/~

Sampai di kampus Eli sangat senang karena merasa hari ini begitu cerah ditambah banyak senyum dan sapaan yang dapatkan. Di kampus Eli adalah mahasiswa yang sangat disegani. Eli adalah mahasiswa yang sangat cerdas dan bersemangat, ia selalu percaya diri dalam setiap kesempatan. Hal inilah yang membuatnya tidak terlalu gugup untuk menghadapi ujian akhirnya.

Selain dikenal sebagai mahasiswa yang suskes dalam karir karena kewajibannya sebagai anak pemilik perusahaan terkenal mengharuskannya untuk ikut terjun memimpin cabang perusahan yang keluarganya miliki. Tak dapat dipungkiri ia juga sangat terkenal di kampusnya sebagai aktivis kampus yang bijaksana. Eli sempat memimpin organisasi fakultasnya selama satu periode disusul dengan jabatan presiden mahasiswa di lingkungan kampusnya.

Pengalamannya tersebut yang membuatnya menjadi sosok tahan banti baik dikeluarga, perusahaan maupun saat menyelesaikan ujian skripsinya. Waktu berlalu dan akhirnya secara belum resmi Melisya telah mendapatkan gelarnya sebagai Sarjana,

Senyumpun tak pernah pudar dari bibir mungil gadis itu, ia ingin segera memberitahu semua anggota keluarganya bahwa ujian yang ia lakukan telah usai dan berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba ia merasa sesak nafas, Eli merasa sangat lelah mungkin itu sebabnya ia merasakan sesak nafas.

Tak berselang lama Eli mengalami batuk yang tak henti, sampai akhirnya ia merasakan tangan kanannya basah akibat menutup mulut saat batuk. Segera ia mengambil tisu menggunakan tangan kananya. Eli merasa aneh dengan tisu yang ia ambil, perlahan ia balikkan tangan miliknya dan seketika matanya membulat sempurna.

~/~


Melinium KetigaKde žijí příběhy. Začni objevovat