Episode 1 ...

16 1 0
                                    



Alunan nada piano megalun indah memenuhi taman rumah itu, suara yang merdu membuat semua tamu undangan berdecak kagum. Namun suasana yang seharusnya indah terlihat berbeda, pemilik suara indah itu menitikkan air matanya semakin dalam lagu yang ia nyanyikan semakin deras air matanya mengalir. Hal yang sama tampak terlihat pada sepasang suami istri dan seorang gadis yang turut menitikkan air matanya. Ternyata air mata mereka adalah air mata kesedihan.

Berbeda dirasakan oleh sepasang manusia yang sedang tersenyum bahagia menikmati pesta pernikahan mereka. Beberapa saat lalu mereka telah mengucapkan janji suci pernikahan dan resmi dimata hukum dan agama. Suara merdu Melisya masih menemani suasana malam nan indah itu. Acara berlanjut dengan penyampaian pesan dan kesan dari kedua mempelai selama menjelang hari pernikahan hingga sampai saat ini mereka berdua telah resmi menikah.

Melisya yang masih menahan tangisannya telah selesai mempersembahkan lagu terindah yang pernah ia nyanyikan untuk sang kakak dan kakak iparnya, Hanindya dan Aga. Merasa kepalanya sangat pusing Melisya berlalu meninggalkan pesta pernikahan itu menuju ke rumahnya. Belum sampai di kamarnya ia pun ambruk di dekat ruang keluarga. Bi Ina yang sudah menjadi pembantu rumah tangga keluarganya menemukan Melisya dan membantunya menuju kamar setelah setengah sadar.

"Terima kasih Bi Ina, udah selalu bantuin Eli setiap Eli pingsan pasti Bi Ina yang tau. Eli harap Bi Ina gak ngasih tau ini ke Mama sama Papa ya Bi" ucap Melisya dengan sesegukan.

"Iya non Eli, Bibi ga bakal kasih tau siapa-siapa. Tapi non kalau non mau cerita Bibi bisa dengerin kok non." Sahut Bi Ina yang khawatir pada anak kedua dari majikannya.

Melisya yang mendengah ke khawatiran Bi Ina merunduk dan menangis dengan kencang sambil berkata terbata-bata "Gapapa kok Bi, Eli cuma sedih aja bakal ditinggal kak Hanin, Eli bakal berdua sama Nomicha sekarang"

"Non Eli ga usah sedih kan ada Bibi, Mama sama Papanya non ya, jadi jangan sedih, non harus jaga kesehatan buat besok kerja. Sekarang non istirahat ya" Timpal Bi Ina sambil menyelimuti Melisya.

Dentingan musik yang telah usai menandakan pesta malam pernikahan Hanindya & Aga telah selesai. Satu per satu tamu undangan meninggalkan rumah Aga yang berprofesi sebagai Pilot itu. Begitu pula dengan Andre Alexander dan istrinya yang masih menangis akan meninggalkan rumah Aga. Nomicha berlari memeluk Hanin dengan erat sebelum meninggalkan tempat itu. Seketika suasana kembali menjadi menyedihkan bagi keluarga Alexander yang notabene adalah pernikahan pertama dari keluarga ini.

"Take care ya sist di rumah kak Aga" Ucap Nomi ke telinga kakaknya

"Pasti, Nomi" Sahutnya.

Saat itu satupun tak ada yang menyadari bahwa Melisya sudah pulang kerumah. Melisya Tri Alexander adalah putri kedua dari keluarga Andre Alexander. Ia merupakan mahasiswi semester akhir di Univeritas ternama di kota tempat tinggalnya. Semester akhir ini membuatnya sering membantu orang tuanya menjalankan bisnis dibidang properti.

~/~

Sepekan telah berlalu setelah pernikahan kakaknya. Namun suasana asing selalu menyelimuti Melisya akhir-akhir ini. Pekerjaan yang menumpuk akibat kedua orang tuanya sakit membuatnya sedikit kewalahan, belum lagi dosen pembimbing yang selalu meminta Eli untuk melanjutkan skripsinya agar bisa cepat diwisuda. Keadaan ini sungguh membuat Eli sedikit tertekan. Apalagi memikirkan adiknya yang sering sekali menangis saat melihat orang tuanya yang sakit tapi tidak mau dibawa kerumah sakit. Melisya tahu betul apa yang terjadi pada kedua orang tuanya, ya mereka mengalami kesedihan yang mendalam akibat putri pertama mereka menikah. Tapi bukankah ini tidak baik untuk Melisya dan Nomicha? Tapi apa boleh buat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Sore hari telah berlalu, Melisya sudah membaca dan menandatangani semua kertas yang ada diatas mejanya. Sekarang tentu ia harus pulang melihat kondisi kedua orang tuanya. Badanya terasa sangat remuk mengurusi dua perusahaan sekaligus yang biasanya Kedua orang tuanya melakukan itu, namun sekarang hanya Melisya yang melakukannya karena Nomicha sedang fokus kuliah. Belum sempat melangkah jauh dari meja kerjanya Eli pun merasa sangat pusing, membuatnya duduk kembali ke kursinya dan bersandar disana. Ia baru menyadari bahwa selama mempersiapkan pernikahan kakaknya ia memang lebih cepat lelah dari biasanya.

Setelah merasa membaik ia bergegas menuju basemen dan melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumahnya. Sampai dirumah ia berpapasan dengan dr. Toni yang mana adalah dokter keluarga Alexander.

"Gimana dok, keadaan orang tua Eli?" Tanya Melisya sedikit ngosngosan karena berlari

"Semuanya normal Eli, jadi kamu gak usah khawatir ya, saya sudah kasih vitamin ke Bi Ina jadi semua akan baik-baik saja. Oh ya jangan lupa kamu dan Nomi harus selalu ada buat mereka ya" ucap dr Toni dengan lembut.

Dokter Toni berlalu meninggalkan rumah keluarga Alexander, Melisya yang matanya memerah karena menahan tangis segera mamasuki kamar kedua orang tuanya. Terlihat Nomicha dengan mata sembabnya menunggui kedua orang tuanya. Andre dan sang istri hanya bisa diam menatap langit-langit kamarnya dengan lemas tak berdaya, mereka sangat terlihat kehilangan. Nomi yang tidak kuat menahan tangis berhambur kepelukan sang kakak dia ambang pintu kamar orang tuanya. 

Ia menumpahkan semua ketakutannya dan kesedihan yang dirasakan selama seminggu belakangan ini. Namun berbeda dengan Melisya yang tak ingin menunjukan rasa sedihnya sedikitpun di depan orang banyak. Melisya sangat menyayangi Nomicha sehingga ia tak mau terlihat sedih didepan adiknya, ia tak mau sang adik tertekan dan berdampak pada kesehatan mentalnya.

Setelah sang adik merasa lebih baik, Eli mengantarnya ke kamar untuk beristirahat. Eli kembali ke kamar orang tuanya untuk memastikan mereka sudah tertidur. Melihat kedua orang tuanya membuat air matanya berkaca-kaca. Sebuah tangan yang mengusap pundaknya lembut menyadarkan bahwa ia tak boleh menangis. Bi Ina, mereka saling tersenyum sebelum meninggalkan kamar utama rumah ini.

Melisya yang belum mandi sejak datang dari kantor langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, namun tubuhnya sangat lemas dan sangat berhati-hati dalam melangkah. Ia melihat kedua betis kakinya sedikit membengkak, siapa yang tak heran jika kaki Eli membengkak, dari pagi hingga petang ia baru bisa merebahkan dirinya dikasur. Tak lama setelah mandi, Eli pun beranjak menuju ranjang untuk beristirahat, namun tiba-tiba ia merasa mual dan pusing, sekejap ia dunianya menghitam.


Hallo temen-temen sahabat pinky, jangan lupa vote dan komen ya cerita ini. Kalau banyak komen dan vote pinky bakal lanjutin ini cerita, dan tenang aja cerita ini ga bakal berpuluh-puluh episode ya... Byebye

Melinium KetigaWhere stories live. Discover now