Prolog

173 1 0
                                    

Brak! Ketas-kertas berlamparan. Jika harus mati, maka matilah sekarang! Jika harus kembali ke Jakarta maka hari inilah waktunya. 

Hugo meninggalkan ruang rapat yang di adakan di hotel majapahit Surabaya. Tangannya mengepal hebat. Semua proyek tak sejalan impiannya. Biaya selangit menguap entah kemana? 

Berkali-kali ia menggebrak meja. Semua diam ketakutan dan menerima kesalah. Tidak ada yang berani menyela membiarkan waktu mengurangi emosinya. 

Rapat di tunda sampai jam satu siang. Hugo keluar hotel membawa segudang amarah melaju ugal-ugalan tak peduli nyawanya melayang. Semua tidak bisa diandalkan membuatnya frustasi. Cukup jauh Hugo memarkir mobilnya. Ia berjalan menyusuri sampai ke suatu tempat. Duduk selonjoran pinggir jalan. Pikirannya kalut menanggung kerugian. 

*

"Sebenarnya dunia ini luas, tapi takdir menghapus jarak. Selagi masih bernapas cepat atau lambat menuntun kita ke tempat dan suasana berbeda, tanpa kita sadari menyongsongnya sendiri"  by:seila aini 

* *

"Fina ... Kamu?" 

"Fina teman SMP aku?" sapa Vihana. 

"Ngapain di sini?" 

"Terus itu siapa?" 

"Pacar kamu yang mati-matian kamu rebut di mana?" 

Paradilla Vihana memberondong pertanyaan takkala bertemu dengan teman lamanya. Di gedung yang sama, di acara yang sama. Yang membedakan usia mereka sudah dua puluh tahun. 

Dunia ini sempit, ya...Vihana harus ketemu musuh kebuyutan. 

* * *




















BERDAMAI DENGAN MASA LALUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora