Korban perang terletak dimana-mana. Yang sekarat segera dilarikan ke sebuah rumah sakit terdekat secepat mungkin. Sedangkan yang terluka ringan, memilih mengobati diri dibantu anggota medis ditempat.

Para petinggi yang hadir segera melesat menuju rumah sakit. Walaupun beberapa dari mereka ada yang tidak terluka parah, tapi karna kedudukannya yang tinggi membuatnya tidak mau terluka barang sekecil semut pun.

Ketika mereka semua berbalik serentak, untuk pulang ke rumah masing-masing dan menyapa orang terkasih, tiba-tiba sebuah gumpalan besar berwarna ungu tua disusul bebatuan kecil dibelakang nya, melesat begitu cepar kearah mereka semua.

Tatapan para pasukan perang berubah tegang. Mereka memang menginginkan pesta, untuk merayakan kemenangan. Tapi, bukan pesta darah. Dengan jatuhnya benda benda tersebut, maka akan semakin banyak lagi korban yang berjatuhan. Saireen tidak mau itu. Kabar kemenangan mereka pasti sudah terdengar dipenjuru dunia. Ia tidak mau mereka yang menunggu anggota keluarganya pulang, harus mendapat kabar tidak mengenakan karna kehadiran gumpalan ini.

Dengan sisa tenaga yang Saireen punya, ia lari kearah benda itu. Lalu memindahkan benda benda tersebut ke ruang lain menggunakan kekuatan matanya. Saireen tidak tahu kemana gumpalan beserta bebatuan kecil itu mendarat, tapi yang ia rasa bahwa benda tersebut mendarat disebuah kota tak berpenghuni. Aman, pikirnya.

Karna kekuatannya yang melemah, pandangannya pun berubah menjadi gelap. Samar samar, ia mendengar sebuah teriakan yang entah ditujukan pada siapa. Dan samar samar, ia melihat sebuah lengan kekar menahan tubuh mungilnya.

Sedikit tersenyum, tanpa tahu siapa yang mendekap nya erat, Saireen berucap terima kasih dengan lirih. Hampir tidak terdengar, jika saja laki-laki itu tidak membawa Saireen kedekapannya dengan amat erat, lagi.

•••

Sudah tiga bulan semenjak peperangan telah dimenangkan oleh Saireen beserta yang lainnya. Keadaan kota Velona pun sudah aman damai, walaupun beberapa kejadian tak luput dari kota ramai itu.

Dan, sudah tiga bulan pula tokoh yang mengalahkan Raja Kegelapan tertidur. Mengurung didalam istana---ah bukan mengurung, tapi beristirahat. Ya, tokoh tersebut beristirahat selama tiga bulan didalam istana Blood Roses. Setiap harinya, rekan terdekat atau bahkan saudara nya mengunjungi tempat peristirahatan Saireen. Keadaan tubuh nya semenjak peperangan terjadi sudah sangat kacau. Tidak ada yang tahu satu pun penyebab keadaan tubuhnya bisa menurun drastis seperti itu. Ditambah lagi, ia harus memindahkan beban berat ke suatu tempat menggunakan kekuatan terakhirnya, yang seharusnya digunakan untuk sisa sisa nafas nya.

Saireen tidak menyalahkan orang-orang yang tidak membantunya menghalau gumpalan itu, sama sekali tidak. Jika terbangun, ia malah bersyukur kerusakan tempat medan perang tidak terlalu besar hingga pengeluaran renovasi pun tidak terkuras banyak.

Setiap jamnya, kompres yang ada pada dahi Saireen terganti dengan yang baru. Bukan tanpa alasan dahi nya di kompres, karna tubuhnya mengalami panas berkepanjangan. Sampai saat ini, dokter terbaik pun belum menemukan obatnya. Dan satu satunya cara untuk menyembuhkan panas tersebut dengan mengompres nya, yang bisa membuat kadar panas menurun dengan normal.

Berhasil.

Namun sayangnya, sebuah insiden terjadi. Saat itu, Loive ingin menyelakai Saireen dengan menggunakan pisau. Perempuan dengan mata bulat tersebut sudah membuang ancang-ancang menancapkan benda mengkilap tersebut ke jantung Saireen. Dan ya, keberuntungan masih memihak sang reinkarnasi. Charsey, Kaleya dan Zero datang bersamaan. Kedua kakak beradik itu tak sengaja berpapasan dengan Charsey yang tujuannya sama---menjenguk Saireen.

saireen : to eternal peaceWhere stories live. Discover now