What is Exactly The Point

Start from the beginning
                                    

Namun siapa sangka, Juwita juga selaras dengan Anulika seolah bisa membaca pikirannya. Mereka beranjak dalam durasi yang hampir bersamaan dan terlihat kompak, membuat semua orang terbengong-bengong.

"Pak, saya nyusul Saskara, ya." Juwita meminta izin dengan sopan yang saat itu menjadi kesempatan bagi Anulika untuk berjalan duluan. Aksinya lagi-lagi menimbulkan kehebohan, yang memberi multitafsir kepada seisi kelas dan kehebohannya mencapai dua kali lebih parah daripada kontroversi yang ditimbulkan Jeremy barusan.

Pasalnya, mayoritas setuju bahwa aksi Anulika tadi adalah karena ingin mengejar Saskara dan tidak mau kalah start dari Juwita. Ditambah topic trending tentang keduanya yang masih hangat semakin memperkuat asumsi atas pembenaran yang berujung pada terpatahnya pemikiran sepihak dari Jeremy.

"Jer, lo pasti mau nebak kedekatan Pak Yunus sama Anulika kayak ada something, ya?"

"Kayaknya lo salah tafsir, deh."

"Iya, nih. Lihat aja, Anulika sampai ngejar Saskara."

"Tapi... gue jadi salah fokus, nih. Sejak kapan, ya, Saskara jadi famous? Mana masuk topik hangat, lagi."

"Iya, sih. Selama ini gue rada ngeri kalo deket-deket Saskara, entahlah. Rasanya kayak mau dipalak sama dia."

"Berasa kayak bawa golok, padahal mainannya penggaris besi."

"Heh, lo belum tau aja penggaris gituan bisa bunuh orang."

"Lah, denger dari mana?"

"Eh, nggak, deng. Canda aja gue."

"Ish. Intinya, nggak usah lebay, Jeremy. Memang, sih, kedekatan Anulika sama Pak Yunus bisa menimbulkan kontroversi dan rumor sana-sini, tapi situasinya sekarang, kan, Pak Yunus mau nikah sama mamanya Anulika. Yaaa... jadi, nggak usah nambah-nambah bumbu yang nggak perlu kali, Jer."

"Yaaa... gue, kan, cuman nanya. Kalo bukan, ya udah, sih. Kalian nggak usah mendalami terlalu lebay juga."

"Yeee... lo, sih! Mancing-mancing!"

"Sudah... sudah...." Pak Yunus menengahi. "Kita lanjut ke materi aja, ya. Waktu kita jadi terbuang selama setengah jam gegara topik ini."

"Tapi, Pak... Bapak belum klarifikasi."

"Ya, ampun, Jeremy--"

"Biar saya lega, Pak." Jeremy nyengir lebar. "Kelewat kepo saya, tuh."

"Fine. Bapak ngenal Anulika lebih dulu dan dekat sebelum ketemu mamanya. Okay?"

"Wah. Jadi nikahnya kapan, Pak? Trus gimana perasaan Bapak karena menikah sama wanita single parent--"

"LAMBEMU, JEREMY! KAMU ITU SISWA, BUKANNYA REPORTER! Makin lancang aja kamu. Heran, deh."

"Iya, deh, iya. Nggak nanya lagi." Jeremy akhirnya mendecak sebagai persetujuan untuk menyerah.

*****

"Saskara!" teriak Juwita sembari terus berlari untuk melampaui langkah Saskara yang masih jauh di depannya. Meski jarak mereka terpaut jauh, nyatanya gadis itu pantang menyerah dan pada akhirnya bisa menahan cowok itu untuk pergi lebih jauh.

Keduanya berada di pelataran Ruang Auditorium ketika Juwita berhasil memblokir jalan Saskara dengan kedua lengan yang terbentang lebar. "Udah cukup, ya, kejar-kejaran bak adegan drama Bollywood. Gue jadi haus, nih."

"Saya nggak minta kamu kejar."

"Betewe, Malika mana?" Juwita malah menanyakan topik lain. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, seolah-olah berharap Anulika keluar dari semak-semak yang menghiasi halaman Ruang Auditorium.

"Kok, nanya saya?"

"Tadi dia keluar duluan, loh. Gue kira ngejar lo."

"Nggak."

"Oh--eh, mau ke mana?" tanya Juwita, tiba-tiba bersikap impulsif karena Saskara melangkah lagi.

"Kamu kembali aja ke kelas."

"Lo gimana?"

"Hmm...." Saskara diam agak lama. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Kenapa?"

"Saya sumpek di kelas. Tadi pada heboh, jadi... jadi nggak tahan aja."

"Oh."

"Balik ke kelas sana."

"Nggak, ah. Seru juga bisa bolos."

"Juwita Ramlan."

"Wuihhh... lo hapal nama gue?" Tidak disangka-sangka, Juwita merespons heboh.

"Iya. Namamu nggak susah dihapal," jawab Saskara kalem, membuat pembawaan keduanya terlihat begitu kontras. "Saya juga hapal nama-nama murid di kelas."

"Hm... kirain."

"Hah?"

"Oh, nggak." Juwita mengibaskan tangannya ke depan seperti sedang melakukan tamparan. "Betewe, berarti si Malika lagi sedih dong, ya. Come on.... apa yang gue bilang tadi ke lo itu udah terbukti. Masa lo masih nggak percaya?"

"...."

"Jeremy aja bisa peka dan ngerasain, begitu juga yang lain meski gue lebih tau dari mereka. Lo mau denger teori gue, nggak?"

"Apa?"

"Nggak lama lagi lo berada dalam bahaya, Saskara, karena keadaan udah berbalik. Insiden hari ini bisa jadi bukti konkretnya."

"Yang mana?"

"Malika ikutan keluar nggak lama setelah lo keluar. Trus fatalnya, gue juga dalam posisi yang sama tadi. Inget, nggak, pas gue belain lo di depan anak-anak waktu Malika ajak lo ngomong berdua? Malika, kan, sempat kayak debat sama gue dan bersikap seolah-olah dia layak mengatur lo. Nah, bibitnya dari situ, sih. Makanya, gue kepo sama pembicaraan kalian juga karena ini. Yaaa... hati-hati aja jangan sampe kalian berdua--terutama lo--diserang pertanyaan bertubi-tubi demi kebutuhan klarifikasi."

Saskara tidak menjawab, tetapi fokusnya terarah pada satu titik sebelum terdengar embusan kasar dan cowok itu akhirnya menatap langsung ke mata Juwita.

Juwita bisa saja ketar-ketir absurd karena ditatap oleh cowok yang baru dia sadari ternyata cukup ganteng, tetapi berbeda halnya dengan Saskara karena dia sedang sibuk mempertanyakan takdir apa yang sedang direncanakan untuknya.

Eksistensi Juwita juga dipertanyakan di sini.



Bersambung

Her Crush is My Dad [END]Where stories live. Discover now