EPILOG II

1.1K 215 186
                                    

KATA AUTHOR:

Karena ending sebenarnya, jadi ayo semuanya spam komen!

[] [] []

|13 Year Laters|

Seluruh ruangan disepenjuru rumah dipenuhi manusia dengan pakaian hitam. Para wajah penuh kesedihan. Beberapa mobil iring-iringan keluarga kini mulai tiba setelah dari tanah pemakaman untuk menguburkan jenazah.

Yunna Salsabila terbang jauh dari Amerika ke Aceh untuk ikut melaksanakan sesi pemakaman sekaligus mendoakan kepergian Nenek tercintanya. Ia bahkan masih menggunakan jas putih dokternya-membuatnya berpenampilan berbeda dari yang lain.

Suara tangisan merebak di ruang tengah. Kakaknya Hilda berada disana, berdiri memeluk ibu mereka yang sesenggukan. Kakak iparnya, Suami Hilda sendiri sibuk merapikan barang-barang milik Almarhumah untuk dibagikan ke orang-orang terdekat.

Sebenarnya Yunna malas saja berkumpul keluarga atau pertanyaan kapan kamu akan menikah? terus terputar-putar seperti topik debat penting. Sudah umur 30 tahun loh, sudah mendapat gelar S3 di Stanford, sudah menjadi dokter spesialis bedah plastik terbaik di Amerika, kurang apalagi? Biasanya begitu.

"Hei kalian jangan lari-lari di tangga!" Seru Yunna yang sedari tadi duduk dipinggir tangga dan para keponakannya bermain kejar-kejaran melewatinya. Semua mata otomatis menatap Yunna yang berteriak keras. Keponakannya terdiam ketakutan ditempat. Ia menghela napas kasar sebelum berjongkok menyamai tinggi kedua keponakannya. "Yang lain lagi sedih, jadi mainnya tahan dulu oke?"

Ketika kedua ponakannya mengangguk patuh, Yunna tersenyum tipis. Ia bangkit kembali sembari menepuk-nepuk bokong belakang sebelum memilih berjalan menaiki tangga ke atas loteng rumah neneknya. Mencari ketenangan.

Loteng itu dulunya seperti perpustakaan mini karena neneknya penyuka bacaan buku. Yunna menuruni hobi itu. Namun kali ini semua buku-bukunya sudah dikelompokkan dalam kardus-kardus besar. Lemari kayu sudah dipindahkan. Hanya tersisa sofa kulit disudut.

Ia kemudian berbalik untuk menutup pintu. Kemudian menatap sekitar sebelum memilih duduk di sofa usang itu. Dari atas ventilasi, sinar mentari menyorot halus. Angin terasa sepoi.

Setelah lama berdiam diri, Yunna menggerakkan kaki dan tanpa sengaja menendang sebuah kardus. Buku paling atas dari tumpukannya menarik perhatian.

Judulnya New World Exchange Domination (Rev.)

Ia membuka satu-persatu halaman dan begitulah ingatannya berlabuh. Yunna perlahan ingat semuanya. Menyadari segala skenario gila yang tertulis itu adalah nyata-bukan sekedar mimpi. Ia segera membalikkan ke halaman terakhir: EPILOG I.

Karakter Hera jatuh dari atas gedung, lalu bagaimana setelahnya?

Yunna otomatis mengambil handphone-nya dari saku dan membuka kamera. Pantulan wajahnya persis seperti karakter Hera, namun bukan seorang remaja lagi melainkan wanita menginjak kepala tiga.

Lagipula aku memang Hera di dunia novel itu, bukan?

"Kalau memang benar Parallel Universe, bagaimana sosok mereka semua di dunia ini?" Dan begitulah pikiran isengnya membuat Yunna berseluncur dalam puluhan website google.

Hera seorang model Internasional, bukan seorang Atlit Ski maupun Juarawan Ballerina. Plus, wajahnya seperti Yunna di novel.

Kebalikan dari dirinya.

Haru memiliki nama Heiko di dunia ini. Sudah menikah dan dia seorang aktor.

Haru aktor? sulit membayangkannya.

ELITE KLASS [END]Where stories live. Discover now