24|Twins Fransdoglan Debate; End Four Season Vivaldi|

719 218 166
                                    

KATA AUTHOR:
Bismillah, mari vote komennya~

KATA AUTHOR:Bismillah, mari vote komennya~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[] [] []

"Seni itu tidak ada pegangan! Mereka tidak memiliki patokan tertentu. Mereka nggak tahu soal dunia tehnik tempat mereka hidup. Mereka nggak tahu soal keindahan dunia nyata, ilmu pengetahuan!" Ini rutinitas yang kerap kali dilakukan Marco ketika pulang sekolah. Berakting menjadi Fisikawan Richard P. Feynman.

Paolo—kembarannya pasti membalas tak terima sebagai Jirayr Zorhian. "Seni tak perlu subjek fisik; banyak emosi yang bisa diespresikan lewat seni. Disamping itu, seni bisa abstrak. Lebih jauh lagi, ilmuwan menghancurkan keindahan alam ketika mereka membedahkannya dan merendahkannya menjadi persamaan matematika."

Lalu saat debat semakin panas, Paolo pasti mulai menyalahkan banyak hal. "Andai apel tak jatuh saat Newton tertidur, kita takkan berakhir dengan rumus-rumus itu!"

Tapi bedanya hari ini mereka bisa merumuskan suatu hal yang mampu mendamaikan keduanya. Hanya karena lukisan The Starry Night karya Vincent Van Gogh.

Dalam "The Starry Night" Van Gogh, sapuan kuas melingkarnya menciptakan langit malam yang dipenuhi putaran awan dan pusaran bintang. Efek ini disebabkan oleh luminansi: yaitu intensitas cahaya dari warna-warni pada kanvas. Beginilah para pelukis menggunakan sapuan kuas mencolok yang dengan cepat untuk menangkap sesuatu yang sangat nyata tentang bagaimana cahaya bergerak.

Enam puluh tahun kemudian, Matematikawan Rusia Andrey Kolmogorov melanjutkan pemahaman matematis tentang turbulensi. Pengukuran eksperimental menunjukkan Teori Kolmogorov sudah hampir menyerupai cara kerja aliran turbulen—meskipun deskripsi lengkapnya belum terpecahkan dalam dunia fisika. Contohnya seperti bintik merah raksasa Jupiter.

Kemudian tahun 2004, menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, Ilmuwan melihat pusaran awan debu dan gas disekitar sebuah bintang dan mengingatkan mereka pada "Starry Night" yang mendorong Ilmuwan Meksiko, Spanyol dan Inggriss mempelajari luminansi pada lukisannya secara rinci. Mereka menemukan bahwa terdapat pola struktur fluida turbulen nyata yang mirip dengan persamaan Kolmorov dalam Lukisan-lukisan Van Gogh.

Van Gogh entah bagaimana mampu memahami dan mewakili salah satu konsep tersulit dari alam untuk manusia dan menyatukan pandangan pemikirannya yang unik dengan misteri terdalam dari gerakan, fluida, dan cahaya.

Itu berarti seni pun bisa dihubungkan dengan matematika.

"Kau... menyukai Caithlin?" Tanya Marco skakmat begitu melihat seni memotong kertas di pojokan ruangan seni 2AITO. Hasil potongannya membentuk grafis wajah Caithlin.

Paolo yang teralih dari lukisan kanvasnya sebesar 3×4 meter, tersenyum miris. "Aku tahu seharusnya tidak, tetapi perasaan tidak bisa dibohongi. Aku menyukainya."

ELITE KLASS [END]Where stories live. Discover now