32• Tears of Broken; With Assasin Among Us

612 201 129
                                    

KATA AUTHOR:

Percaya deh, aku semangat karena komen kalian. Jadi ayo spam!

[] [] []

Hujan menderas semesta menangis. Kelabu malam diliputi keresahan yang mengawang pada udara dingin. Mereka mati rasa menunggu kepastian detikan jarum waktu. Saling berdiri menguatkan hingga lupa diri. Hanya karena kabar menggemparkan enam jam lalu, semuanya menghambur di Rumah Sakit.

Berdoa dihadapan ruang tunggu operasi.

"Kami mungkin telat mengindetifikasi tubuh korban. Karena tak menemukan identitas keluarganya, butuh waktu lama untuk menghubungi siapapun." Jelas dokter sebagai penutup pembicaraan.

Mereka yang menerima kabar kecelakaan di jembatan yang menenggelamkan mobil Khaled spontan menghubungi polisi. Mengatakan hal serempak; "Kami adalah keluarganya!"

Terlalu mengejutkan. Tuhan bahkan tak membiarkan mereka menarik secarik napas.

Vinder menggigit kuku jarinya, gemetaran memandang jendela kaca lorong yang berembun. Ia berbalik dengan mata basah memandang ke-delapan temannya. "...bagaimana bisa? Bukankah dia bersama kita siang tadi?"

Hera mendekap kedua lengannya sesegukkan. Ia duduk di bangku tunggu. Vinder menyadari sesuatu dan mencengkram kedua bahu gadis itu. "Kau tahu sesuatu, kan? Katakan Hera! Katakan kepada kami!"

"A-aku tidak tahu... dia bilang akan bertemu seseorang. Dia pergi ketika aku melarangnya."

"Dia tidak bicara padaku. Hanya kau dan dia. Apa yang ingin dia lakukan?"

"Vinder tenang—" Kata Marco.

"Tidak! Aku tidak bisa tenang!" Bentak Vinder seketika. Suaranya mulai parau. "Dia mempercayai Hera, mereka berdua punya rahasia! Seharusnya kita semua tahu tidak boleh sendirian selama eliminasi ELITE berlangsung!"

"Khaled memiliki jurnal catatan yang berisi bukti kuat ELITE. Dia ingin menghancurkannya sendirian." Lirih Hera yang segera ditampar keras Vinder.

Raphaello segera berdiri menarik tubuh Vinder dan berseru, "Haru kau diam saja?"

"Biarkan mereka menyelesaikannya." Itu bukan semata-mata karena acuh, namun Haru melihat Hera yang kini mendongak menatap Vinder seutuhnya.

"Aku bukan Tuhan Yang Maha Tahu, aku bukan Tuhan Yang Maha Kuasa, aku bukan Tuhan yang Menentukan." Getar Hera menahan terisak ditempat.

Vinder menepis Raphaello dan kembali berseru, "Kalau sampai Khaled mati, kau pembunuh karena membiarkannya pergi!" Kemudian ia bungkam dengan napas tersengal-sengal dan merosot jatuh ke lantai. Menangis keras.

Dentuman berat terhenti kala Yunna menerima dering telepon. Semua mata menatapnya penasaran. Gadis itu mengangkatnya, "Halo Mama Mala?" sepersekian detik bibirnya mulai bergetar. Air matanya mengalir. Ia mendongak, mencari sumber kekuatan namun hanya serak yang keluar dari kerongkongan. "Mala telah pulang... ke tempat yang tidak bisa kita gapai... disebelah Tuhan."

Caithlin menggeleng tak terima.

Raphaello segera membuka google, mencari daftar evakuasi korban yang tewas terkena rudal. Beberapa saat ia mematikan layar mini-pad dan bersujud diatas lantai. Menangis bisu.

Taran menarik mini-pad Raphaello. Ia membaca seksama hingga matanya memerah kemudian mengopernya ke yang lain. "Se-jam setelah kita ke Rumah Sakit, informasi Mala baru keluar."

Belum ada kesempatan penerimaan realita, seorang dokter bedah keluar dari ruang operasi. Jendela besar kamar rawat inap Khaled bersinar terang begitu gordeyn-nya disibak lebar.

ELITE KLASS [END]Where stories live. Discover now