34• Jremian's King Chest; Pascal's Triangle Brainstorming

552 194 175
                                    

Marco menggenggam catur hitam menteri yang pernah diberikan Pedraza padanya. Ia percaya diri sebelumnya seakan segera mengetahui maknanya, namun semakin kesini ia kalut sendiri.

Tak lama pintu kamar hotelnya diketuk dan seorang Jremian ELITE-1 muncul dihadapannya dengan senyum lebar. Marco sontak menegakkan badan sembari menoleh ke kanan kiri mencari sosok lain yang bisa menemaninya keluar dari situasi rumit yang menjadi prediksi setelah sekarang.

"Presentasi tadi luar biasa." Komentar Jremian. Mengambil kursi duduk berseberangan Marco yang berada dipinggir kasur.

Namun lelaki itu mendecih. "Berapa banyak orang yang sudah kau manfaatkan demi kepentinganmu sedari ELITE-2 hingga ELITE-10?"

Alis Jremian naik sebelah. Meskipun senyumnya tidak luntur, namun ucapannya penuh penekanan. "Kau mau menjadi bagian ELITE-10 yang lulus di tiga besar?"

"Aku sudah lama memikirkannya—soal itu." Marco menaruh catur keatas meja dan mengetuk permukaan kayu oleh telunjuk. "Tawaranmu itu dusta. Seperti rayuan setan. Bahkan belum menjadi 3 besar saja aku sudah dimanfaatkan, bagaimana jika aku benar-benar menjadi bagian ELITE atas? Kau mungkin mengontrol hidupku."

Jremian tertawa kencang membuat Marco merinding seketika.

"...Siapa pencipta ELITE?"

"Untuk apa aku memberitahumu jika kau saja tak percaya padaku?"

Skakmat.

Raut wajah Jremian berubah drastis menjadi serius. Marco meneguk saliva berat.

"Apa alasannya? Semua hal ini. Kau lebih terlihat seperti dalang semua kejadian." Lanjut Marco dengan kepercayaan diri. "Sekarang aku tahu mengapa ELITE seperti ini, karena senior tertua kami tak punya rasa manusiawi. Kau psikopat melebihi Haru."

"Wah aku tidak suka mengadu nasib, tapi tidak baik membandingkan seperti itu." Kekeh Jremian sembari melipat kedua lengannya di depan dada. "Sebelumnya kita bagai keluarga bukan? Kenapa kau jadi menyudutkanku begini?"

Marco menguatkan kepalan tangannya. "Apa ini caranya eliminasi? Membunuh kami setelah memanfaatkannya."

"Pedraza masih hidup." Sanggah Jremian cepat. "Itupun kalau—"

"Apa yang kau inginkan dariku? Katakan dan aku lakukan, tapi jangan sakiti Pedraza." Cetus Marco tanpa keraguan. Ironisnya Jremian tertawa keras.

"Orang-orang seperti kalian bisa merusak realitas ELITE. Menjadi anomali kemudian menciptakan paradoks. Itu artinya harus disingkirkan." Komentarnya dengan ekspresi mengintimidasi. Bola matanya menajam seakan menusuk balik mata Marco.

Apa maksudnya? Marco tidak mengerti.

Jremian bangkit dari tempatnya dan menunduk berbisik di telinga Marco. Kedua tangannya menopang tubuh diatas permukaan meja. "Tadinya aku datang untuk mengetes saja, siapa tahu aku berubah pikiran. Tapi tak kusangka kau menyerang duluan."

Ada dering telepon namun Jremian tak berpindah posisi sedikitpun. Ia langsung mengangkat dan menempelkannya di telinga—membuat Marco dapat mendengarnya.

"Tahanan Pedraza sudah tewas."

Marco menatap horror, Jremian tersenyum miring.

ELITE KLASS [END]Where stories live. Discover now