[12] Euphoria Magic Mushroom; Anagram Of Codex Magica

1K 286 208
                                    

KATA AUTHOR:

Komennn, Vote hayukk, kalo enggak aku ngambek minggu depan, wkwk.

[] [] []

--MiguelAmoros, Jakarta Pusat, +23.25 WIB.

Dengusan terlontar begitu Marco menaiki mobil Ferrari F12 Berlinetta hitam mengkilap. Mengendarai menuju sharelocation yang dikirim oleh majikan abal-abalnya. Wiper mobil bergerak kesana kemari mengikuti rintikan hujan. Ada dentuman musik Call My Phone yang bergema diisi oleh irama tepukan stir mobil. Kemacetan melanda oleh lampu merah di perempatan.

Marco menyenderkan pundaknya sekilas. Dari pantulan kacanya ia mampu melihat sebuah pesawat terbang yang mengudara rendah di langit dengan lampu tembak yang jauh. Bola matanya berputar ke kanan, dimana cafe berjejer penuh oleh remaja. Menjadi khas tongkrongan anak indie, katanya. Marco harus akui pun diseluruh dunia maupun di negara asalnya Canada, apabila malam menghias maka tempat seperti itu memang tepat. Apalagi saat musim salju.

"Oh ayolah Marco, umurmu masih 16 tahun!"

Sampai lupa diri saking menikmati hawa hujan tropis Indonesia. Marco itu masih remaja, namun melankolisnya bagai kakek reyot.

Drrttt. Drrrtt.

"Ya."

"Ingat penanda jam-nya."

Mata Marco terbuka lebar sambil melihat isi pesannya lagi dan mengecak google maps. Saat ini masih 23.10 WIB, namun lewat perkiraan sampai ia akan tiba pada pukul 23.40--jika tak ada hambatan--Jadi Marco tenang dan berusaha menjelaskan, namun telepon sudah dimatikan.

Lagi-lagi ia mendengus sebal. Mungkin saat ini sudah hari kelima dimana program ELITE dihentikan akibat kematian tragis seorang senior yang jatuh dari lantai 100.

"Dihentikan? Omong kosong!" Decih Marco sambil membelokkan stirnya begitu lampu hijau menyala. "Mereka hanya menyusun rencana baru lagi. Pasti." Jujur saja Marco mendukung siapapun yang membunuh senior itu. Semenjak ia mendapati misi rahasia oleh ELITE-5, Marco hampir merasa dia bukan remaja normal. Padahal ia mungkin menghabiskan waktu untuk menyaksikan rasi bintang dari teleskop kamarnya, atau mengurai teori persoalan Einstein dan Stephen Hawking, atau mungkin merakit robot baru.

Marco tak pernah merasa luar biasa. Berbanding terbalik dengan dunia yang memberinya nobel atas penemuannya dalam bidang Fisika.

"Sebenarnya sistem penilaian ELITE bagaimana, sih? Urutan rangking naik turun setiap hari. Bahkan 2AITO memiliki rangking paralel dan persaingannya sendiri yang hasilnya oleh ujian mata pelajaran. Setiap minggu." Daritadi Marco tak pernah berhenti ber-monolog.

Hal pertama saat memasuki gedung mewah itu dari luar membuat terpesona, berbeda ketika sudah masuk. Musik DJ menggebu-gebu, harum alkohol memusingkan kepala, tarian-tarian mahluk fana yang seakan lupa daratan, penutup tubuh ketat, dan terakhir lampu disco diatas dancefloor.

"Bagaimana budak, adakah wanita yang menarik perhatianmu? mungkin kau ingin menggodanya, mengajak kencan, dan... hmph!"

Tanpa embel-embel Marco membekap mulut Pedraza dan menariknya keluar. Smirk terukir di bibir gadis itu yang menarik lengannya kuat ke arah berkebalikan nyaris membuat Marco terjengkang ke belakang.

"Kesini budak."

"Berhenti memanggilku itu."

"Lalu apa? Marco pocahontas?"

ELITE KLASS [END]Where stories live. Discover now