5

1 0 0
                                    

Hari minggu yang cocok untuk rebahan pun telah usai dengan begitu cepat, menyisakan kenangan manis tersendiri untuk seorang Aluna.

Pagi pagi sekali, gadis itu berjalan gontai menuju kamar mandinya. Kalau bukan karena sekolah, pasti ia lebih memilih bergulat dengan bantalnya dari pada mandi sepagi ini.

"Alunaa, itu pacar mu loh, udah nungguin di bawah" ucap Arumi saat tiba tiba menongol didepan pintu kamar Aluna. Yang membuat Aluna terlonjak kaget.

"Ih mamah! Kalo masuk ketuk pintu dulu ngapa" Arumi-mamanya Aluna, tak peduli dengan ucapan anaknya itu, ia segera turun kebawah melanjutkan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga.

Sebelum berangkat, Aluna menyempatkan diri untuk bersalaman dan mencium punggung tangan mamanya.

"Loh, kamu kenapa nyamperin aku?" Tanya Aluna saat menghampiri Arkan yang sedang duduk diatas motornya.

Arkan mengerutkan keningnya. "Emang ngga boleh?"

"Aku ngga enakan sama Dyora, Ar. Bagaimanapun, dia yang selalu berangkat sama kamu sebelum ada aku" jelas Aluna.

"Permintaan Dyora"

Aluna sempat terkejut, sebelum ia memutuskan untuk naik kemotor Arkan.

"Nah gitu dong nurut" motor Arkan melaju tak kencang menuju ke sekolahannya.

Sesampainya diparkiran, seluruh warga sekolah memperhatikan dua insan yang sedang hangat diperbincangkan, berangkat bersama. Banyak dari mereka yang bilang cocok, dan tidak sedikit pula yang mencibir mereka. Iri? Faktor utama. Mereka bisa dikatakan iri karena tak bisa mendapat posisi seperti Aluna sekarang.

Sama hal nya dengan seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka. Orang itu menatap Aluna penuh kebencian seraya mengepalkan kedua tangannya kencang.

"Bang*at" umpat orang itu. Lalu lebih memilih untuk pergi dari tempat semula ia berdiri daripada terus melihat sesuatu yang dibencinya.

Aluna juga sadar dirinya jadi perbincangan saat ini. Ia melirik Arkan yang tampak biasa saja.

"Ngga usah didengerin. Mulut mereka bau" ucap Arkan menyadari raut wajah Aluna.

Dyora datang menghampiri mereka berdua yang sedang berjalan dikoridor sekolah.

"Haiii, Alunaaa" sapa Dyora dengan raut wajah ceria.

"Hai, Dyora" Aluna menyapa balik Dyora dengan canggung. Ia menerima rangkulan bersahabat dari Dyora.

"Arkan, ngga peka banget sih jadi cowok! Gandeng dong pacarnya" kini Dyora beralih pada Arkan. Dyora gemas sendiri dengan tingkah sahabatnya itu, yang bisa dibilang tidak pekaan dan kaku itu. Bagaimana bisa, gadis cantik dan baik seperti Aluna mendapatkan orang seperti Arkan. Bisa dibilang, yang beruntung disini sebenarnya si Arkan. Bukan Aluna.

Tak terasa pun, mereka sampai didepan kelas Aluna.

"Belajar yang bener. Kalo udah istirahat, gue samperin" pesan Arkan pada Aluna. Tak lupa tangannya bergerak mengacak pelan rambut Aluna. Sama seperti hal hal yang wajar dilakukan para cowok pada kekasihnya di dunia oranye.

Aluna mengangguk. Lalu hendak melangkah memasuki kelasnya.

"Eitss.." cegah Arkan.

Aluna menatap bingung kearah Arkan. Pasalnya cowok itu menodongkan punggung tangannya dihadapan Aluna.

Aluna masih tetap tak bereaksi apa apa. Dan Arkan yang semula menampilkan cengiran jenakanya tiba tiba menatap kesal ke arah Aluna.

"Ck. Salim dulu dong" ucap Arkan sambil menyedekapkan tangannya didepan dada.

garis khatulistiwaWhere stories live. Discover now