#2 : Pasukan Tentara Koplak

1K 152 28
                                    


Seperti apa yang direncanakan, para tentara koplak ini bersiap-siap ke hutan yang terdekat. Tak lupa mereka membawa perlengkapan berupa headlamp layaknya orang yang hendak mendaki gunung, dan juga memakai sarung tangan dan sepatu PDL. Serius, ini sudah seperti ingin menyergap pemberontak.

Awalnya paling tidak mengindahkan rencana mencari kuyang, akhirnya Utara ikut juga dalam rencana anggotanya yang komplak ini. Berbeda dengan lainnya yang memakai jaket tebal bak oppa-oppa Korea, Utara hanya memakai jaket kulit hitam untuk menghangatkan tubuhnya.

"Kapt, makan dulu atuh. Kalau nanti laper di tengah hutan, kumaha?" ujar Ujang yang asik makan mie instan disalah satu warung. Ide makan dulu ini dicetuskan oleh Bembeng yang kebetulan tadi tidak kebagian nasi pas makan malam.

"Kapten, si kuyang mah kagak bisa di makan. Sini mending makan mie Indomie aja. Enak, rasa soto," bujuk Bembeng.

"Rasa kari ayam lebih enak sih," ujar Mega.

"Jangan nyari perkara dah, Ga. Kita udah selesai bahas rasa Indomie yang paling enak tadi ya! Jangan ampe gue replay debat kita tadi."

"Chill bang, semua rasa Indomie rebus akan kalah sama rasa Indomie goreng, bener gak, Tur?" ujar Bima.

"Iya, Bang."

"Yaudah Indomie gorengnya satu," pesan Utara. Kalau sudah urusan mie goreng, Utara nggak bisa berkata nggak.

"Asik, kapten yang bayar mie kita ya?" usul Bembeng.

"Jancuk, kenapa jadi minta traktir?" sungut Utara.

"Anggap salam perpisahan, Kapt," ujar Mega.

"Gue setuju," Bima ikut-ikutan.

"Saya juga izin ikut setuju, Kapt!" Gunturpun sama.

Mau tak mau Utara mengiyakan saja, padahal dalam hati sudah misuh-misuh mengutuk para anggotanya dengan berbagai macam hewan di kebun binatang, Jerapah misalnya.

****

Usai mengisi perut, mereka—pasukan TNI koplak dengan di komandoi oleh Utara selaku Kapten pasukan bersiap memasuki hutan untuk misi mencari kuyang.

Utara kira, setelah menyusuri hampir puluhan tempat berbahaya di Kalimantan. Pasukannya pasti memiliki mental kuat dan berani, kini tepat di malam ini Utara sadar. Mereka tidak lebih dari segerombolan laki-laki berotot dan wajah sangar dengan nyali yang tak jauh beda dari remaja yang sedang uji nyali saat kemah. Jujur bahkan anggotanya lebih penakut dari yang Utara ibaratkan tadi.

Terbukti dari mereka yang malah berjalan berbaris di belakang Utara dengan tangan saling berpegangan satu sama lain. Mirip anak ayam yang mengikuti induknya, sialnya disini Utara memiliki posisi induknya.

"Kalau tau penakut, ngapain ngide nyari kuyang, sih?" sungut Utara.

"Atuh, Kapt. Saya mah cuma ngikut aja," ujar Ujang.

"Mega nih idenya sesat!" Bima menyalahkan Mega.

"Maap, Kapt. Saya kira hutannya gak bakalan segelap ini, tau gitu mending saya nonton dangdut Pantura aja di Indosiar."

"Heh, iya gacoan gue hari ini tampil!" sahut Bembeng.

"Heh, kok jadi bahas dangdut?!" ujar Utara.

"Kapt, itu apaan terbang-terbang?!" sahut Ujang.

Utara mengikuti arah hari Ujang, benar saja dia melihat bola api yang terbang di udara. Menurut yang Utara baca di internet, kuyang itu wujud awalnya dari api dulu, lalu dia akan berubah menjadi wujud kuyang setelah mendapat energi. Itu berarti...

Kepada Panglima || Wenyeol [HOLD ON]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن