Viden : 06

2.3K 264 4
                                    

Alden

Helaan napas terdengar sangat lega. Beberapa kali Alden melakukan hal yang serupa. Ia merasa sangat bersyukur. Tantangan pressure test kali ini sedikit berat bagi Alden. Hari ini ia hampir saja pulang.

Beberapa peserta kini masih berkumpul di backstage. Melepas penat dengan bercanda dan mengobrol singkat.

"Bisa nggak sih dek, nggak buat kita deg-degan terus. Takut banget gue tadi kalau lo yang pulang." Noni yang duduk disebelahnya angkat bicara.

"Tenang aja, aku nggak bakal cepet pulang." Alden menjawab dengan kepercayaan dirinya yang tinggi. Dengan memamerkan sederet gigi rapihnya.

Noni yang merasa gemas hanya bisa menahan dirinya agar tidak menampar Alden sekarang juga. Semua orang yang berada di sana tertawa. Melihat tingkah Alden yang menurut mereka lucu.

Tak terkecuali Victor. Laki-laki tersebut tengah memperhatikan Alden dari sudut ruangan. Ia tidak ikut duduk melingkar dibawah. Laki-laki kelahiran Semarang tersebut dengan nyaman duduk di kursi pojok ruangan. Dengan posisi seperti itu, ia bisa melihat Alden dengan leluasa.

Ponsel yang sedari tadi ia mainkan kini menampilkan kamera yang tengah menyala. Terfokus pada sosok Alden diseberang sana. Satu kali, dua kali, kini foto Alden sudah tersimpan rapi didalam galeri ponsel kesayangannya.

Ia sedikit menyunggingkan senyum, lalu menatap kembali potret seseorang yang baru saja ia ambil. Tubuhnya sedikit tersentak saat ada seseorang yang dengan tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Oh, Rey. Ngagetin aja." Yang dimaksud hanya bisa tertawa, tanpa menjawab perkataan Victor.

Dengan buru-buru, Victor berusaha untuk menyembunyikan layar ponselnya dari Rey.

"Santai aja kali, gue juga nggak liat." Kata Rey, menyadari jika Victor kini tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

"Haha, apaan." Victor ditempatnya tersenyum canggung. Bingung hendak merespon seperti apa.

"Kalau suka jujur aja sih, Tor."

"Hah? Gimana?"

"Nggak, gue duluan ya." Rey benar-benar pergi setelah itu. Meninggalkan Victor sendirian dengan beberapa pikiran di kepalanya.

.
.

"Halo, mah?"

"Iya, ini aku baru selesai. Kenapa?"

Alden kembali ke ruangannya setelah selesai berbincang-bincang dengan yang lainnya. Menjawab telepon dari Ibu tersayang sembari berjalan menuju kamarnya.

"Nggak ada sih, iya nanti aku telpon Papa. Btw, mah?"

Laki-laki berkacamata tersebut menghentikan langkah kakinya. Sedikit bersandar pada tembok.

"Kemarin Gritte sempet kesini, nyamperin aku. Sekarang orangnya udah balik Surabaya belum?"

Sang Ibu diseberang sana terkekeh, mendengar perkataan Alden yang sebenarnya tidak lucu sama sekali.

"Kamu itu kalau suka sama Gritte itu ya bilang to, nak."

Alden kini hanya bisa terdiam, tidak tahu hendak membalas perkataan sang Ibu bagaimana. Sedang Gritte sendiri juga sudah punya pacar sekarang.

"Nggak, mah. Aku cuma khawatir aja. Soalnya kemarin dia kesini sendiri. Udah dulu ya mah, aku tutup." Sambungan telepon akhirnya tertutup.

Di Balik Layar [ViDen] 🤍 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang