Viden : 04

2.6K 311 5
                                    

Alden

Ponsel yang berada dibawah bantal beberapa kali berdering. Sedang sang pemilik masih asik berkeliaran di alam mimpi. Bergelung malas dibawah hangatnya selimut tebal.

Pemuda dengan senyum manis tersebut mengernyitkan keningnya saat lagi-lagi mendengar bunyi telepon. Ia meraba-raba dimana ponselnya berada.

"Hmm." Ia mengangkat telepon dengan mata setengah tertutup. Hingga tak menyadari siapa yang tengah menelponnya.

"Bangun kek lo, kebo." Alden kembali mengernyitkan keningnya. Menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi seperti ini.

"Ohh, kenapa? Tumben pagi-pagi nelpon."

"Cuci muka dulu sono, bangun kek." Suara yang berada di seberang masih mengomel. Alden berdecak kesal, lalu menjalankan kakinya menuju kamar mandi.

Ponselnya ia bawa, menyalakan speaker agar ia tetap bisa mendengar suara sang sahabat.

"Gue lagi di Jakarta nih, lo boleh keluar gitu nggak sih?" Alden segera membasuh wajahnya, sekalian gosok gigi.

"Nggak tau juga, tapi kalau masih di sekitaran hotel sih kayaknya bisa. Ada acara apaan ke Jakarta?" Tanya Alden.

"Nggak ada apa-apa. Pengen pulang aja, nanti siang gue ke sana. Kirimin alamatnya nanti."

"Hemm, eh, sekarang aja gimana? Sekalian nyari sarapan. Laper."

"Boleh, deh. Kirim location nanti gue ke sana."

Alden mengakhiri teleponnya setelah itu. Kembali keatas tempat tidur, yang sebelumnya sudah mengambil satu botol aqua dingin.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia sedikit terkejut saat mendengar sang sahabat kini sedang berada di Jakarta. Sebab, sehari sebelumnya ia tidak mendapat kabar apapun.

.

"Eh dek, mau kemana?" Alden menoleh saat ia mendengar suara Noni. Perempuan berambut panjang lurus tersebut baru saja keluar dari kamar Machel.

"Ini, mau nemuin temen, Non." Kata Alden, seraya melihat layar ponselnya. Terdapat pesan di sana, ternyata sang sahabat sudah sampai dan kini tengah menunggu di lobi.

"Aku duluan, ya." Noni mengangguk dan Alden melanjutkan kembali langkah kakinya.

Kini ia sampai di lobi, kedua matanya menyusuri seluruh lobi. Mencari keberadaan seorang perempuan yang tengah menunggunya. Ah, ia melihatnya sekarang. Dengan pelan ia melangkahkan kakinya ke sana. Perempuan tersebut tengah memainkan ponselnya. Entah, tengah berkirim pesan dengan siapa.

"Yok, langsung aja." Kata Alden, begitu ia sampai.

Perempuan tersebut menengadah, melihat kini Alden sudah berada di depannya. Alden sering memanggilnya dengan sebutan Ge, meski nama yang tertera di KTPnya tertulis Gritte.

Gritte, perempuan asal Jakarta yang meneruskan pendidikan tinggi ke Surabaya. Awal pertemuan keduanya saat mereka sama-sama menjadi Maba. Awal mula yang klise sebenarnya, Alden saat itu entah sedang terburu-buru atau bagaimana, berlari dengan kecepatan penuh dan tidak sengaja menyenggol bahu anak perempuan hingga terjatuh. Tentu itu bukan awal yang baik, bukan? Gritte saat itu marah besar, memaki-maki Alden yang berlarian tidak tahu tempat. Lalu keduanya bermusuhan, dan memang takdir sedang mempermainkan mereka.

Mereka berada di kelas yang sama dan berada di kelompok yang sama. Empat kali berturut-turut mereka selalu berada di kelompok yang sama. Dan disitulah, mereka berdua menjadi dekat. Lalu kemudian mereka bersahabat hingga sekarang mereka berdua lulus.

Di Balik Layar [ViDen] 🤍 ENDWhere stories live. Discover now