Deadly Rose (New Story)

(4) Duri yang Beracun

"Arcturus! Betelgeuse! Waktunya makan siang!" Jasmine berteriak di dalam kandang, memanggil dua harimau jantan yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri. Tak lama, dua kucing raksasa keluar dan berlari ke arah gadis itu dengan penuh suka cita. Mereka berebut memeluk Jasmine, dan kemudian mendelik ke arah Lucas yang sembunyi di belakangnya, seolah-olah hendak mengatakan, Siapa cowok penakut yang tidak keren ini?

"Tatapan mereka seperti merendahkanku," bisik Lucas dengan lutut bergetar, mengingat beberapa waktu lalu dia diancam akan dijadikan pakan harimau.

"Itu karena mereka dapat mencium ketakutanmu," Jasmine kemudian mengeluarkan daging ayam segar dari box pakan yang dibawanya. "Teman-teman, kenalkan, ini Lucas, dia adalah sahabatku, dia juga selalu memperlakukanku dengan baik di kampus, jadi kalian tak perlu khawatir."

Lucas melambaikan tangan, "halo Arcturus, halo Betelgeuse," sapanya disertai senyuman yang lebih terlihat seperti penderita gejala stroke.

Menanggapi sapaan Lucas, kedua harimau itu langsung mengaum dengan kencang, yang artinya, Halo juga, cowok aneh! "Lihat, kan? Mereka juga bisa berkenalan dengan ramah," ujar Jasmine sambil memberikan daging, dan mengelus kepala dua harimau itu dengan lembut.

Ramah apanya?! Lucas hanya diam menyaksikan kedua harimau itu memakan habis daging segar yang diberikan Jasmine. Dia tak lagi berniat beramah tamah atau berusaha berkomunikasi pada Arcturus, atau pun Betelgeuse yang kelihatannya sama sekali tidak menyukainya.

"Nah teman-teman, nanti kita main lagi ya, sekarang ada pekerjaan yang harus kuselesaikan," Jasmine mengecup manis kedua harimau itu, yang langsung dibalas dengan elusan dan pelukan manja dari keduanya. "Ayo, Lucas!"

Mereka keluar dari kandang, dan menutup kembali pintu besi itu tanpa digembok. "Apa tidak masalah jika tidak dikunci?" Lucas hanya khawatir, kalau-kalau salah satu dari harimau itu keluar, menerkamnya dari belakang, dan mencabiknya hingga... tidak—terlalu mengerikan untuk digambarkan.

Tetapi Jasmine tak mengacuhkan kekhawatiran anak itu, dia hanya tersenyum, dan berjalan dengan tenang menuju paviliun. Mungkin baginya, dua harimau itu terlihat seperti dua ekor kucing menggemaskan pemakan Whiskas yang tidak ada buas-buasnya. "Sejak kecil aku hidup dan tumbuh bersama mereka, dan sejauh ini, mereka belum pernah keluar dari kandang tanpa izin, atau menyerang keluargaku secara brutal, kecuali..."

"Kecuali apa?" Lucas tak berharap Jasmine mengatakan hal yang buruk. Karena ia masih belum percaya sepenuhnya pada hewan buas itu, terlebih perkenalan mereka juga tidak berjalan terlalu baik.

"Kecuali ada orang asing yang datang ke rumahku dengan niat jahat," kedua mata Jasmine menerawang ke langit, lalu kemudian menunduk, seperti sesuatu yang buruk baru saja terbesit di kepalanya. "Entah kenapa, aku lebih percaya pada Arcturus dan Betelgeuse dibanding manusia, karena meski mereka adalah hewan buas, naluri hewani liar mereka bisa dibelenggu dengan kasih sayang yang kami berikan, sementara manusia... sebaik apa pun kita, mereka bisa menusuk kita dari belakang tanpa belas kasih."

Lucas mengangguk setuju, dan merasa sedikit lega, karena tujuannya ke rumah itu memang hanya untuk membantu Jasmine. Dia yakin kedua harimau itu pasti tahu bahwa niat kedatangannya sungguh mulia. "Kau benar soal itu, tapi omong-omong, kau belum menjelaskan tentang... kenapa kau mengaku dari keluarga miskin? Dan kenapa kau menyuruhku datang ke rumahmu?"

Jasmine membuka pintu paviliun, yang lokasinya tepat bersebelahan dengan rumah kaca, tempat dimana Nyonya Artha biasa menghabiskan waktu bersama tanaman-tanaman kesayangannya. "Masuklah dulu, akan ku jelaskan semuanya di dalam," ujarnya.

Lucas melirik sebentar ke dalam rumah kaca, dia melihat seorang wanita paruh baya mengenakan terusan panjang berwarna biru polos, sedang asik merapikan tanaman yang digantung rapi. "Jasmine, apa dia ibumu?" Tanya Lucas.