Chapter : 04

1.3K 236 4
                                    

_-o0o-_

Sejak kapan kehadiran kalian begitu mempengaruhiku sampai titik dimana aku ingin membohongi diriku sendiri begitu parah, hanya untuk menyatakan jika semua ini tidak pernah terjadi?

Jika kepergian kalian tidak pernah datang.

Dan aku tak pernah ditinggalkan.

Dunia hening dan damai yang kusukai,

Kenapa menjadi begitu menyeramkan dan sepi?

_-o0o-_

.
.
.

"Maafkan saya....."

Hanya sedikit...

Izinkan aku memiliki waktu, hanya sedikit lebih lama.

Untukmu.

Perasaan ini terlalu besar untuk disebut sebagai rasa bersalah.

Jika bisa,

Jika tubuh tua yang lemah ini mengizinkan, rasanya berlutut dan mengatakan setiap kesalahan padamu, tidaklah cukup.

Alasan seperti, terlambat menyadarinya...

Membuat segalanya, terdengar seperti alasan.

"Kenapa kau meminta maaf?"

Choi han terdiam sejenak, sebelum takut-takut berbicara.

"Saya---"

"Sesuatu seperti penyesalan, kasihan, ataupun simpati, tidak ku perlukan."

Sejak awal, ia tak membutuhkan semua itu.

"Jadi, sudahi pikiran tak bergunamu dan istirahatlah."

"......"

"Aku tak memerlukan permintaan maaf dari anak-anak ku. Choi han, selama kamu hidup dan bahagia, itu cukup. Aku tak menyesali apapun."

Syukurlah. Jika ia sedikit saja ragu dan menyerahkan belati itu pada orang lain, maka akan ada seseorang yang menggantikan posisinya saat ini.

Syukurlah itu dia, bukan orang lain. Bukan keluarganya. Karena rasa sakit dari kehidupan yang abadi ini, bukanlah terletak pada fisik....

Pupil hitam Choi han tampak membesar mendengar kata-kata darinya.

'Selalu....'

Sosok yang berdiri di depannya selalu saja terlihat kuat.

Begitu kuat hingga, tak ada yang menyadari sisi rapuh di hatinya.

Choi han selalu mengaguminya.

Ia ingin menjadi kekuatannya. Tidak hanya dia, tapi juga orang lain. Itu sebabnya, mereka terburu-buru ingin menjadi yang terkuat.

Sehingga mereka lupa.

Orang yang mereka hormati, ingin mereka lindungi dan menjadi kekuatannya....

Adalah seorang manusia.

Yang terlihat lemah, namun selalu berdiri kokoh untuk sekutunya. Dan memiliki hati yang paling rapuh, saat menghadapi kehilangan.

"Ca-Cale-nim...."

Sesak.

Rasanya begitu menyiksa.

Bagi Choi han, saat ini, bernafas adalah sebuah kemewahan.

[END] Once upon a time...Where stories live. Discover now