Gone

250 18 0
                                    

"Andwae ... (jangan) ... jebal (aku mohon)" tangisku

"Kajjima..(jangan pergi)..jebal (aku mohon)" tangisku pecah melihat bayangan dihadapanku saat ini hilang perlahan demi perlahan.

"OP..PAAAA" Jeritku.

"Ada apa denganmu?" Tanya suster yang menghampiriku saat mendengae jeritanku.

Pandanganku tertuju pada alat pendeteksi jantung, satu-satunya harapan yang tersisa. Hatiku mencelos, bagaikan tombak menghantam jantungku, terasa begitu sakit saat melihat lurus diiringi bunyi panjang alat pendeteksi tersebut.

"Jika aku hanya dapat melihatnya di dalam mimpi, Tuhan.. aku mohon padamu biarkanlah aku ikut tertidur bersamanya" doanku dalam hati

"Sampai kapan kau akan berasa disini?" Tanya Min Jun oppa, kakak laki-laki Donghae

"Jika kau ingin pergi, maka pergilah duluan aku masih ingin disini"

"Aish..kau, kau tidak boleh seperti ini. Kajja (Ayo pergi)..sepertinya akan turun hujan" Min Jun oppa menggenggam tanganku.

"Aku tidak perduli! Pergilah" suaraku meninggi tanpa berniat untuk melihat wajahnya.

Min Jun oppa menarik tanganku, aku yang sedang menatap makan secara otomatis menatap wajahnya. "Astaga Ahra wajahmu, berhentilah menangisinya"

Min Jun oppa nampak terkejut saat melihat wajahku yang basah karena air mata. "Ia akan membencimu jika kau terus seperti ini"

"Membenciku?" Ujung bibirku tertarik keatas membentuk sunggingan senyum kecil.

"Tentu ia membencimu, melihat yeoja yang ia cintai terlihat sangat buruk. Apa kau pikir ia bahagia?" Nadanya meninggi terdengar begitu dingin. "Bacalah ini terlebih dahulu, ia memberikannya padaku beberapa hari yang lalu" ia mengulurkan sebuah kertas berwarna biru muda dari kantung jaketnya.

All is LostWhere stories live. Discover now